01: Hari Pertama

12 0 0
                                    

⚠️ Peringatan! ⚠️
Cerita ini mengandung kata-kata kasar, kekerasan, penindasan, serta kenakalan remaja lainnya.

Harap bijak dalam membaca!

•••

Mungkin kalian tidak asing dengan sebutan sekolah elit atau sekolah favorit. Ya, sekolah dengan label itu adalah sekolah yang memiliki murid-murid berprestasi di dalamnya. Terlihat sangat penuh attitude baik diluar, tapi saat kamu berbaur di dalamnya, oh dude kamu akan tahu betapa buruknya sekolah itu. Kamu pasti akan berpikir, “Sekolah ini sama saja dengan yang lain, keburukan mereka tertutupi oleh anak-anak pintar. Kerja bagus.”

Begitulah yang seorang Yukimiya Kenyu akhirnya tahu. Ia masuk ke SMA Blue Lock karena sebutan baik itu. Tapi hancur seketika saat Kenyu melihat keributan di hari pertama masa orientasi siswa.

“Bangsat! Dia duluan yang mulai! Lepasin gak?!”

“Lo yang nonjok gue duluan anjing!”

“Jalan lihat-lihat! Mata lo di pakek! Jangan jadi pajangan doang, sekalian aja ganti pakek mata kaki noh!”

Mendengar keributan itu entah kenapa membuat Kenyu jadi tertawa kecil. Lucu pikirnya. Ia kemudian melirik teman di sebelahnya, manusia dengan rambut putih keabuan dan warna hijau segaris di poninya—Otoya Eita—teman satu SMP Kenyu, mereka baru kenal setahun.

“Mau ngelerai gak?” tanya Kenyu.

Otoya tampak tersenyum tipis, “Biarin aja udah, seru tau. Ayo terusin bwah bwah bwaah!”

Kenyu geleng-geleng di buatnya. Ya memang seharusnya ia tidak perlu bertanya, begitulah seorang Otoya Eita.

•••

“Kamar... Nomor...”

Langkahnya dibawa menelusuri lorong asrama. Sedikit informasi tentang SMA Blue Lock, sekolah elit ini memiliki sistem asrama. Sebagian boleh tinggal, siapa yang mengajukan akan diterima sesuai kuota yang tersedia.

Manusia dengan kemalasan tingkat tinggi seperti Nagi Seishiro tentu saja tidak ingin membuang banyak waktu hanya untuk berjalan atau mengayuh sepeda menuju sekolah. Ada asrama yang lebih dekat dengan sekolah, jadi kenapa tidak?

Nagi dengan tas ransel besar dan koper itupun mencoba mengingat nomor kamarnya. Pikirannya sedikit kosong karena mengantuk. Ini akibat ia begadang hanya untuk bermain game dan menonton YouTube. Sebaiknya jangan ditiru.

“Maaf, dari tadi saya lihat kamu mondar-mandir, perlu bantuan?”

Nagi berbalik untuk menatap siapa yang bertanya padanya barusan. Lelaki tinggi dengan rambut cokelat dibelah ke samping, kacamata bulat, juga senyum ramahnya tampak menatap Nagi dengan penuh perhatian.

Culun, siapa nih? Nagi membatin. Kurang ajar memang anak ini.

“Nyari kamar, ga tau, tersesat.” Nagi yang sedang malas berkomunikasi pun akhirnya merangkum apa yang ingin ia katakan. Sungguh bocah ajaib.

Lelaki yang dibilang culun itu adalah Kenyu. Meski tidak terlalu paham apa yang diucapkan Nagi, ia tahu garis besarnya.

“Tadi saya dengar waktu di lobi, kamu sekamar sama saya di lantai dua. Kamar nomor enam puluh. Ayo keatas,” ajak Kenyu.

Nagi tak membalas, ia akhirnya mengikuti Kenyu untuk naik lantai dua. Ia tidak banyak mengeluarkan suara, tapi rungunya mendengar setiap kata yang diucapkan Kenyu. Lelaki itu mengenalkan dirinya, bertanya hal-hal yang tidak penting, juga membuka obrolan yang sedang trend.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Barudak Bangor -top six blue lock!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang