02 - Malam untuk Papa dan Daddy

447 58 12
                                    

Happy Reading

Sorry for the typo(s)

Na Jaemin as Anala & Lee Haechan as Hasya 

⚠️

──●●──

"Daddy, kapan pulang?"

"Jam setengah delapan sampai rumah ya, Sayang. Kenapa?"

Nala menepuk-nepuk lembut pantat jagoannya yang baru berusia enam bulan. "Abang, Mas. Tadi gak mau nenen sampai dengar suara kamu―Ish kenapa video call, sih?" gerutunya. Usai menolak, ia menghubungi Hasya lagi. "Jangan video call, Maas."

"Loh kenapa? Mas mau lihat kamu sama abang."

"Jangaan. Nanti abang gak bobo-bobo. Dengar suara kamu aja dia melek lagi. Bingung akunya. Oh iya, malam ini aku masak. Jadi, mas gak usah beli makanan di luar ya?"

Terdengar tawa renyah dari seberang. "Iyaa. Kalau gitu mas mau lanjut kerja lagi. I love you."

"Okay, Daddy! Semangat kerjanya yaa. Soalnya papa sama abang jajannya banyak! I love you. Muach!"

Hasya dan Nala bukanlah sepasang kekasih pada awalnya. Mereka berdua menikah karena dijodohkan. Oma dari pihak Nala khawatir cucu semata wayangnya tidak menyukai manusia lantaran terlampau sering mendekam di dapur. Beliau takut Nala menyukai sayuran, daging, dan peralatan memasak. Sementara itu, oma dari pihak Hasya cemas usianya tak cukup untuk menyaksikan cucu kebanggaan dan kesayangannya menikah.

Apakah yang bersangkutan menolak?

Tidak. Hasya dan Nala justru menerimanya tanpa drama. Toh mereka tidak sedang menjalin hubungan dengan orang lain, alias sama-sama sendiri. Jadi, apa salahnya? Siapa tahu Tuhan memang menakdirkan mereka melalui perjodohan?

Enam bulan hidup berdua, cinta hadir di antara mereka. Coba tebak siapa yang jatuh cinta terlebih dulu? 


──●●──


"Mas pulang, Dek."

Nala tersenyum manis di pelukan yang lebih tua. Kecupan yang mendarat di bibir membuat pipinya bersemu. Ia mengucapkan terima kasih begitu menerima bunga dan es kacang merah kesukaannya. "Pantas aja aku lihat mas berhenti lama banget di dekat Key Stationery."

"Tadi di dekat situ agak macet. Terus ingat kamu suka es kacang merah, jadi mas beli sekalian nunggu jalannya lenggang." Hasya mendekati jagoannya yang terlelap di ranjang mereka. "Abang sudah lama bobonya?" Sengaja ia memanggil putranya dengan sebutan abang untuk berjaga-jaga apabila mereka berniat menambah anggota keluarga.

"Belum. Nanti abang pasti bangun soalnya tahu mas pulang. Jam tidur abang 'kan ikut kamu, Mas. Kalau kamu di rumah, abang mana mau bobo."

Ucapan Anala terbukti benar. Tak lama setelah mereka selesai makan malam, Anggara terbangun. Tangisnya baru berhenti sesudah berada di gendongan ayahnya.

"Diboboin, Mas. Bukan diajak main."

Sekarang pukul setengah sembilan lebih lima menit dan tidak seharusnya bayi berpipi gembul itu bermain. Jangan salah mengartikan teguran Nala. Ia hanya ingin kesayangannya mengerti kapan waktunya tidur dan bermain. Jika dua hal tersebut tidak teratur, itu akan memengaruhi jam tidurnya juga.

Hasya meletakan selimut di dada Angga, pertanda bermain cilukba telah berakhir. Akan tetapi, jemari mungil malaikat kecilnya justru meraih selimut dan menaruhnya di depan wajah lucunya―meniru perbuatannya. Ia tertawa gemas sebelum mencium pipi tembamnya. "Abang yang gak mau bobo, Dek," ucapnya, menyalahkan semuanya kepada Angga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

His Amor ⎸HyuckNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang