" Tenn-nii, bagaimana kabarmu?" Riku yg tidak bisa bergerak dengan bebas karena selang infus yang menggantung itu, perlahan mendekatkan dirinya dengan Tenn yg menatap kosong kamar inapnya yg terasa gelap.
" aku buta Riku ." ujar Tenn datar , air mata perlahan meluncur dari mata indah nya , yg tetap bersinar walaupun saat ini ia tak dapat melihat seberkas cahaya apapun dengan retinanya yg rusak itu.
" gomen Tenn-nii, jika saat itu aku mengajakmu bertemu .. "
" kujou San benar, kau memang pembawa sial, kau adalah penghambat karir ku, kau juga perusak kebahagiaan ku, kau juga selalu merebut semuanya dari ku !!!" ujar Tenn dg nada yg semakin meninggi di setiap katanya.
Riku hanya diam mematung, kata yang Kaka nya ucapkan, sudah cukup untuk menghancurkannya menjadi beberapa keping.
" kau puas ?, apa sekarang kau senang ?" Tenn memalingkan wajahnya, menuju tempat Riku berada, walau nyatanya tak ada yg dapat ia lihat selain kegelapan.
" kau sudah mendapatkan apa yang kau mau, pergilah dari hadapanku Nanase Riku !"
" aku muak dengan mu !!" Tenn semakin meluap-luap.
" jika saja kau tidak terlahir, ibu tak akan kesulitan saat natal dan tahun baru tiba, jika saja saat itu kau tak bernyanyi di hadapan ayah, ia pasti masih hidup, dia tak akan meminjam uang untuk menyekolahkan mu di sekolah yang sama dengan ku !, jika saja kau tak merepotkan, aku pasti punya banyak teman !!, sehari hari hanya mengurusi anak penyakitan seperti mu, yg bahkan tak bisa di ajak bermain kejar-kejaran, apa menurutmu aku senang??"
" dengan semua pengorbanan ku !!, kau masih saja mengusik masa depan ku."
" ini kesalahan ibu, dia melahirkan benalu seperti mu, dia salah untuk menjagamu tetap hidup !!"
Tes ..
Air mata Riku sudah luluh, mendengar perkataan Tenn. Riku tau betul bahwa ia sangat merepotkan, tapi ia tak pernah menyangka bahwa Kakanya sangat menderita hidup bersama nya, ia kehilangan akalnya dan bersikap egois untuk selalu berada di samping Kaka kesayangan nya ini, nyatanya saat bersama nya, sang kaka justru sangat amat menderita.
" go .. gomennasai Tenn-nii, ma.. bagaimana agar kau memaafkan ku Tenn-nii?"
" berhentilah bersuara Riku !!, mendengar suara mu membuatku muak!!, aku tidak mau mendengar mu!, suara iblis mu itu !! , jangan berani menampakkan nya lagi pada ku !!" Riku terhentak, nafasnya tercekat barang beberapa detik, membiarkan semilir angin menerpa surai merahnya.
" baiklah Tenn -nii, jika itu yang kau mau, aku tidak akan menggangu mu lagi, aku juga menyesal untuk terlambat menyadari bahwa Tenn-nii sangat menderita hidup bersama ku"
" ini suara terakhir ku, Tenn-nii, maafkan aku .."
Tenn tak dapat melihat ekspresi sang adik, mungkin ia menangis, dapat didengar lewat suaranya yg bergetar.
Suara deritan pintu terdengar halus memberi pertanda bahwa Riku sudah pergi, entah kemana, Tenn tak peduli.
Manik magenta nya kembali berair, mengingat semua yang ia ucapkan pada saudara kembarnya itu, sungguh menyakitkan, namun ia juga membenci keadaan ini. Dimana ia tak berdaya dengan emosi dan egonya yang terus mengendalikan nya. Padahal hatinya ingin dipeluk oleh Riku, mengapa Riku menuruti perkataan nya begitu saja?, bukankah harusnya ia tak menyerah dengan Tenn?, apa dia benar-benar akan pergi dan meninggalkan Tenn sendiri?.
" Aku membenci mu"
Tenn menangis, mencengkram dadanya yg masih terasa sesak, ngiangangan kata-kata nya terus berputar dikepala, membuat otaknya tak berfungsi dengan baik .