putra ke dua

37 2 0
                                    

Disebuah istana yg megah, suara riuh ricuh terdengar hingga lantai dasar, beberapa pelayan berlarian masuk menuju kamar megah yang berada di lantai tiga, lantai yang dihuni oleh putra ke dua dari tuan dan nyonya besarnya.

Bocah tersebut sedang kesulitan bernafas, tangan nya mencengkram erat dada kirinya, sambil terus menggeliat bak belut yang keluar ke daratan.

Bocah berusia 9 tahun ini mengidap asma akut sejak lahir, yg membatasi nya melakukan banyak hal yang ia gemari, hidup nya layaknya burung dalam sangkar yang megah, jangankan keluar dari gerbang Mension di depan sana, bahkan untuk sekedar keluar ke lantai dasar saja, jarang ia lakukan.

Para pelayan akan mengantarkan makanan dan minuman ke kamarnya yang sangat luas itu, mengantarkan segala hal yang ia butuhkan agar tuan mudanya tak kerepotan.

Tuan muda satu ini memang sedikit nakal, menurut nya larangan dari para pelayan adalah sebuah perintah, contohnya saja saat ini, dia kambuh karena menghiraukan larangan dari pengawal pribadinya Yamato dan Iori, mereka melarang tuannya untuk tidak berlari, tuannya malah menambah kecepatan lari nya dan menyusuri lorong-lorong yang terletak di lantai tiga ini.

" Riku San .. bernafas perlahan.." ujar iori penuh kehawatiran.

Ia mengusap dada tuannya, memberi jalan bagi oksigen yang hendak menuju paru-paru si surai merah itu.

" Yamato San.. apa kau sudah menemukan nya?" Serunya pada Yamato yg masih sibuk mengacak-acak laci tuan mudanya itu.

" Riku , dimana kau meletakkan semua inhaler mu itu ?!!" ujar Yamato dengan frustasi, semua nakas dan laci sudah ia geledah, tapi tak ada satupun inhaler disana.

Beberapa pelayan juga sudah ikut kelimpungan mencari benda trb, melihat tuan mudanya tak berdaya di atas kasur, membuat mereka kalang kabut.

" hhh... Haaah... Haaah...hhh...hhhhh... Hah..hah.."

" kau letakan dimana Riku San ?" tanya iori pada Riku yg masih berusaha dengan nafas nya.

" dapat !!" Yamato dengan cekatan memasukan alat tsb pada mulut Riku yg masih terbuka, menyemprotkan nya beberapa kali, hingga membuat tubuh tuan mudanya itu sedikit tenang. Matanya mulai terpejam dan nafasnya juga telah kembali normal.

Iori mulai membaringkan tubuh tuan mudanya itu pada kasur dengan ukuran king size, menyelimuti nya hingga menutupi bagian dada sang tuan.

Melihat tuan nya terlelap, iori yg notabenenya berusia sama dengan Riku, mengembungkan pipinya kesal, pasalnya tuannya ini sangat kekanakan, sulit diberitahu tan seperti tak pantas menjadi putra dari kerajaan, ia tak memiliki wibawa sama sekali. Berbeda dengan sang kaka, anak pertama dari keluarga Nanase.

Tenn Nanase, putra pertama dari keluarga Nanase, berusia 12 tahun, 3 tahun lebih tua dari Riku nanase, di usia dini, ia sudah diberi pembelajaran tentang bisnis dan tatanan kerajaan, di usia 9 tahun dia juga sudah diangkat sebagai pemegang perusahaan cabang yg berada di kota Kyoto, dan sekarang jumlah di usia yang ke 12 tahun, cabang yg sudah ia kepalai sudah sekitar 3 perusahaan di wilayah berbeda.

Dia juga di angkat sebagai kepala prajurit perang, sebagai benteng keamanan negara, ia adalah prajurit termuda yang berhasil menyusun strategi, guna mengalahkan serangan dari kerajaan Jerman.

Otaknya yang cerdas juga sudah mengembangkan banyak hal, ia juga di tunjuk sebagai jembatan antara kerajaan jepang dengan kerajaan-kerajaan luar negri yang ingin menjalin kerjasama secara ekonomi ataupun politik.

Ia sangat diminati oleh para pebisnis, dan juga para petinggi negara, karena kepiawaian nya dalam menangani segala masalah dalam diplomasi.

Karena kepercayaan yang dilimpahkan kepada nya, juga mengakibatkan jarang nya ia berada di istana, saat singgah pun ke dua saudara ini tidak pernah saling sapa dan sebagainya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Cerita Pendek Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang