chapter 1

212 39 7
                                    




Naya mengernyit, kepalanya langsung terasa berdenyut begitu hebat ketika dia membuka matanya— dia mengerjap menelisik sekitar, matanya menyipit terus berusaha mengumpulkan kesadarannya, gue di kamar hotel?

kamar hotel?

Naya memejamkan mata mencoba mengingat yang sudah terjadi.

"Stop, Arga."
Ini nggak benar.
"Nggh."
"Diana."

Kilatan kegiatan erotis penuh keringat panas yang dilakukan semalan muncul begitu saja di benak Naya, perempuan itu menggeleng keras, "Hah? Nggak mungkin" dia susah payah menelan salivanya, "Nggak mungkin.." Kejadian itu terus muncul di kepala Naya.

Naya menggeleng berharap semua yang melintas di kepalanya itu hanyalah sebuah mimpi tapi kenyataan lain menampar Naya, perempuan itu bisa merasakan tubuhnya bergesekan langsung dengan selimut putih, di balik selimut dia tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun.

"Naya, lo habis ngapain." Desisnya sembari memijat pangkal hidung.

Perempuan itu mencoba bangun dari posisinya — Naya seketika itu meringis merasakan sesuatu yang aneh disekitaran kemaluannya.

Sial.

Semua itu benar terjadi, semua bukan hanya mimpi semata..

Naya menarik selimut tebal ke atas dada, dia mencari handphonenya.

Satu pesan yang langsung mencuri perhatian Naya, pesan dari Arga.

Arga:
gue ke bawah dulu, izin pake mobil lo.
mau ambil baju gue sama bawain baju buat lo.

Naya berteriak, semua bukan mimpi, semuanya benar terjadi! semalam dia dan Arga melakukan apa yang seharusnya enggak mereka lakukan.

Sesuatu yang seharusnya nggak dia lakukan bersama mantan kekasih dari kembarannya sendiri.

Nggak jauh berbeda dengan Naya, Arga pun merasakan hal yang sama ketika tadi bangun tidur. Lelaki itu terbangun dengan keadaan pusing, bingung saat merasakan ada seseorang yang sedang dia peluk dan memeluk balik dirinya.

Kepala Arga makin berdenyut saat melihat Nayanika yang berada di pelukannya, tertidur damai.

Arga tentu bisa merasakan hangat kulit dari Naya yang nggak pakai apapun di balik selimut tebal. Dengan penuh hati-hati Arga menyingkir, lelaki itu mengedarkan pandangannya. Kamar cukup berantakan. Arga berusaha mengingat namun sulit yang bisa dia ingat hanya saya dia sibuk merancau tentang Diana.

Arga kesulitan mengingat apa yang terjadi.



"Begok, begok, begok." Arga membenturkan kepala di kemudi.

"Harusnya gue bisa kontrol diri."



Naya:
Masih lama? gue mau pulang.

Arga:
parkiran, bentar.





Arga menghela nafas berat, semua sudah terjadi mau bagaimana lagi. Arga melangkah menuju kamar di mana dia meninggalkan Naya. Arga mengantuk pintu kamar, lalu dia masuk smabil menundukkan pandangan, dia menyimpan paper bag berisi pakaian untuk Naya di tepi ranjang, "Naya, baju buat lo.."

Naya enggan menatap Arga.

"emm, gue tunggu di balkon."

Naya hanya membalas dengan gumaman.

Arga keluar dari kamar, dia menunggu Naya dengan perasaan tak menentu, sambil menunggu Arga menghubungi pelayananan hotel untuk diantarkan sarapan.

15 menit berlalu, Naya akhirnya keluar.
Arga berdiri menghampiri untuk meminta maaf. Belum sempat berkata apa-apa Arga lebih dulu memejamkan mata ketika menerima tamparan keras dari Naya.

No RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang