chapter 2

105 30 5
                                    





Arga:
gue balikan sama Diana
gue mau kita ceritain kejadian malam itu ke Diana
gue nggak mau hal itu jadi boomerang nantinya, gue nggak mau sembunyiin apapun dari Diana 🙏🏻

Naya seketika meradang membaca rentetan pesan dari Arga.

Naya:
Lo egois. lo nggak mikir banget apa dampaknya kalo lo ceritain hal itu ke Diana?! gue aja nggak bisa bayangin gimana pandangan Diana ke gue kalo dia tau hal menjijikkan itu

Arga:
lo mau kita keep kejadian malam itu selamanya?

Naya:
Iya

Arga:
oke gue ikutin mau lo
sekali lagi sori nay 🙏🏻

Naya:
iya

Arga:
Nay, bisa gue telpon bentar? rasanya kurang pantas kalo cuma di chat.

Naya:
Gue masih di luar, nanti gue yang telpon duluan

Arga:
oke, gue tunggu ya.
makasih Nay

Naya meremas handphonenya kuat,  tubuhnya merosot begitu saja, dia bersandar di tembok sambil menatap satu persatu testpack yang berceceran.

"Gue harus gimana sekarang?" Naya memejamkan mata, menekuk kakinya sendiri, menyembunyikan wajah disana.

"Gue harus ngapain?" ucapnya kian lirih.

"Mama, Naya harus gimana?" Lirihnya penuh rasa kebingungan.

Naya mengusap air mata dengan kasar, "Itu baru hasil testpack, hasilnya belum tentu akurat! namanya alat pasti ada salahnya."

"Iya bisa aja salah.." Naya begitu kalut.



Setelah menenangkan diri dan mengumpulkan keberanian, Naya pergi ke rumah sakit seorang diri tanpa ditemani siapapun untuk memastikan apakah dia benar hamil atau nggak, dia berjalan ke bagian ibu dan anak. Dia harus memastikan sendiri pada ahlinya, malu-malu dia bertanya pada suster yang berjaga.


"Flek di trimester pertama umum terjadi, jadi kamu nggak usah terlalu khawatir, itu nggak berbahaya tapi bila kalau terus terjadi langsung periksa ya, bisa hubungi saya."

"Untuk saat ini keadaannya bagus, sehat, sangat sehat."

Tanpa sadar Naya mengepalkan tangannya, Naya tersenyum tenang mendengarkan apa yang dokter ucapkan — dokter mengatakan kalau Naya positif hamil, kini di dalam tubuhnya ada bagian dari Arga dan dirinya yang mulai tumbuh.

Dengan pikiran tak menentu sepulang dari rumah sakit Naya langsung pergi ke rumah Maurin, sahabatnya. Kurang tepat bila dia harus berkeluh kesah pada Miguel yang ada hanya menambah masalah baru — Miguel sahabat laki-lakinya, sahabatnya dan juga sahabat Diana.

"Hah?! Lo sama Arga..." Maurin memekik nggak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

Naya ngangguk lemah.

"Nay! Arga lecehin lo namanya, dia merkosa lo!"

Naya menggeleng nggak setuju.

"Dia mabuk, gue mabuk, gue nggak ada tenaga buat menolak, gue juga salah. Harusnya gue nggak ngasih celah, harusnya gue nggak iyain waktu dia ngajak minum bareng."

"Telpon si Arga, dia harus tanggung jawab!"

"Nggak usah, gue nggak minat besarin dia."

"Nay?!"

Naya menatap Maurin frustasi, "Gue nggak mungkin besarin anak ini sendiri, gue nggak sanggup! Perjalanan gue masih panjang Maurin.. pertahanin dia sama aja bikin masalah hidup gue makin banyak." Ucap Naya penuh rasa tertekan, matanya memerah penuh emosi.

No RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang