"Although it hurts, hurts and hurts The reason I live is you, I love you as much as love is hurts"
Gadis itu terduduk dalam diam dengan semua renungan yang selalu hinggap menghampirinya, disaat dirinya terbangun dalam tidurnya dan mendapati seseorang berada disamping tempat tidurnya. Hatinya terus bergemuruh dan berteriak jika ini adalah salah, memberikan seluruh hidupnya pada pria yang jelas bukan miliknya. Hubungan mereka hanyalah hubungan gelap yang sudah mereka jalankan selama 2 tahun ini.
Ruby Clark -gadis itu mungkin harus menyesali semua yang ia dapatkan karena keegoisan dirinya yang tidak sanggup menahan semua perasaan sakit karena seorang pria yang telah menduakannya disaat ia dan pria itu telah sepakat untuk segera melanjutkan hubungan keduanya dalam ikatan pernikahan.
Namun ia merasa lelah dan memilih untuk mengakhiri hubungannya bersama kekasihnya itu dan memilih untuk mendekati pria yang sudah jelas memiliki seorang istri dalam kehidupannya.
"kau sudah bangun?" pria yang semalam menyentuh seluruh tubuhnya tanpa cela itu kini merengkuhnya dalam pelukan hangat disaat mereka masih berada diatas tempat tidur yang hanya berbalut selimut tipis dimana tubuh polos mereka tersembunyi.
"ada apa? kenapa kau selalu menjadi pendiam disaat kau bangun tidur" pria itu masih memeluk Ruby dengan intim, membuat perasaannya terasa begitu sesak dalam keheningan.
"karena aku sedang berpikir, kapan kita akan mengakhiri hubungan ini?"ucapnya dengan pelan dan terdengar dengan begitu menyesakan.
"lupakan! kita tidak akan pernah mengakhirinya" penolakan tegas pria itu seolah tidak dapat terbantahkan.
"kita tidak dapat seperti ini terus" Ruby berusaha menatap pria itu agar memahami perasaannya
"sebaiknya kita bersiap-siap untuk pergi ke kantor" pria itu menyela dengan cepat mengabaikan ucapan Ruby dan beranjak pergi meninggalkan gadis itu dalam kesedihan.
Ini memang salahnya, ia seharusnya menjaga jarak dengan atasannya itu hingga hubungan ini tidak perlu terjadi. Ia sangat merindukan kehidupannya yang semula yang tanpa beban dan pemikiran negatif tentang dirinya sendiri.
💎💎💎
"Only one person lingers, You came to me Step by step and embraced my heart With your warm touch"
Thomas Horwitz - menutup kedua matanya saat tetesan air shower menghujani tubuh polosnya, benaknya masih dipenuhi oleh pertanyaan gadis yang sudah 2 tahun ini menjalin hubungan dan hidup bersamanya dalam persembunyian.
Tidak bisa- Thomas tidak bisa lepas dari Ruby, gadis itu sudah memberikan hal yang tidak pernah ia dapatkan dari istrinya. Egois- mungkin kata itu memang lebih tepat untuknya karena dirinya tidak bisa melepaskan salah satu untuk pergi dari sisinya, ia masih membutuhkan istrinya karena perusahan yang dimilikinya begitu mengandalkan keluarga istrinya yang berasal dari kalangan konglomerat.
Dan Ruby- hatinya seolah sudah terikat oleh gadis itu dan sulit untuk ia lepaskan. Tidak peduli akan beratnya hidup ini atau seberapa hancur hatinya saat mengetahui jika istrinya menduakannya ia hanya membutuhkan Ruby sebagai penyembuh lukanya.
.
.
.
.
.
."Do you see this love? Do you hear"
Perjalanan itu terasa sunyi saat keduanya masih bungkam dan menutup rapat bibir mereka dalam keheningan. Ruby hanya menatap pemandangan jalan dari balik mobil Thomas yang masih melaju dengan kecepatan sedang.
Sementara Thomas berusaha untuk memusatkan konsentrasinya pada jalan meskipun ia merasa tidak bisa nyaman dalam keadaan diam ini, karena biasanya keduanya akan selalu tertawa bersama dan membicarakan apapun dalam perjalanan mereka.