Bab 2 : Pria Besar

113 33 3
                                    

Xiao Duyi melewati jalanan becek dengan genangan air bau yang membuat perut mual. Terlihat beberapa kantong plastik besar berisi sampah-sampah menumpuk dihinggapi lalat hijau dan beberapa tikus yang mengais sampah dengan tangan kecil mereka. Di depan Gereja tua yang sudah sangat lama ditinggalkan sekelompok gelandangan tua berkumpul bermain kartu ditemani beberapa botol minuman keras murahan dengan aroma yang menyengat.

Xiao Duyi mendorong pintu toko kecil yang berderit keras karena sudah sangat tua. Ia disambut dengan suara radio usang yang hampir tidak jelas memutar lagu apa, kipas gantung yang berdebu sama sekali tidak membantu menghalau pengapnya toko kecil ini.

“Aku membutuhkan obat penahan nyeri, kasa, dan obat merah.” Xiao Duyi berkata pada penjaga toko yang segera mengambil barang pesanan Xiao Duyi. Ia meletakkan cukup kasar barang-barang itu ke atas meja, karena toko kecil ini adalah toko yang paling lengkap di Distrik Cerberus maka tidak heran jika pria ini bisa berlaku sewenang-wenang pada pelanggannya. Jika kau tidak suka dengan caraku melayani, maka pergi saja.

Pintu sekali lagi berderit nyaring, seorang pria tinggi memasuki toko dengan sebatang cerutu di antara celah bibirnya. Mata biru seperti samudra lepas yang misterius dan menakutkan.

Xiao Duyi berpikir mungkin tinggi pria ini mencapai 200 cm. Benar-benar tinggi. Tidak bisa dibandingkan dengannya.

Ketika mereka berdiri bersebelahan, Xiao Duyi bisa menghirup aroma nikotin yang kuat bercampur dengan aroma parfum mahal.

“Bos, apa kau memiliki kondom?” Ketika pria itu bicara suaranya dalam, seperti seekor serigala di tengah hutan belantara.

Penjaga toko membetulkan letak kacamatanya. “Berapa ukuran yang kau butuhkan?”

“XL.”

Xiao Duyi nyaris tersedak ludahnya sendiri. Sementara penjaga toko menyeringai. “Ah, pria besar ya.”

Xiao Duyi segera mengambil semua barang-barang yang ia butuhkan. Ia meletakkan beberapa lembar uang seharga dengan barang yang dibelinya. Setelah itu Xiao Duyi pergi, tetapi entah mengapa meski sekilas Xiao Duyi bisa merasakan iris biru itu meliriknya dalam.

.
.
Xiao Duyi tidak tinggal di Distrik Cerberus, ia menaiki bus yang mengantarnya ke Distrik Midgard.

Di sepanjang jalan Xiao Duyi bisa merasakan luka-lukanya berdenyut dengan menyakitkan, ia berharap bisa mengobati lukanya sesegera mungkin.

Distrik Midgard seperti yang dikatakan, memang benar-benar tempat yang suram. Bangunan dengan cat mengelupas tanpa ada niat untuk diganti, tenda-tenda bermunculan saat malam hari menjual makanan dengan harga yang murah, beberapa pengendara fokus untuk menghindari lubang di jalanan yang belum juga ditambal.

Xiao Duyi sama miskinnya dengan Distrik ini. Pakaian yang ia kenakan mungkin dibelinya tiga tahun yang lalu, bahkan jaket coklat yang ia kenakan sudah ditambal beberapa kali dan warnanya memudar parah. Karena hidup dalam jeratan kemiskinan, Xiao Duyi memiliki tubuh yang kurus dan pendek. Bangunan Midgard tinggi dan kacau, kebanyakan tidak menghadap sinar matahari langsung. Kulit Xiao Duyi pucat karena jarang bersinggungan dengan cahaya matahari.

Pintu kedai mie kecil terbuka, aroma kaldu daging menyeruak.

“Xiao Duyi, kau sudah datang?”

Kedai hampir tutup karena sudah sangat larut. Seorang pria muda dengan mata cerah menyambutnya, pria itu mengenakan celemek merah dengan logo kaldu bubuk yang baru diluncurkan tahun lalu.

“Mie seperti biasa, Mu Lin.”

Xiao Duyi pergi ke sudut ruangan. Ia membersihkan meja yang masih dilapisi oleh minyak tipis. Xiao Duyi meletakkan obat yang ia beli ke atas meja, dengan telaten yang sangat terlatih Xiao Duyi membersihkan luka-lukanya, memasang kasa, dan meminum pereda nyeri.

Mu Lin muncul membawa semangkuk mie dengan irisan daging babi asap yang lezat. “Kau bertarung lagi, apa kau menang kali ini?”

Karena kedai sepi, Mu Lin dengan santai duduk di depan Xiao Duyi.

Selama ini Xiao Duyi memiliki teman sebagai partner untuk mencuri. Mungkin Mu Lin adalah teman pertama yang ia miliki, mereka tinggal bersebelahan di flat paling murah Distrik Midgard. Awal mula pertemanan mereka adalah Xiao Duyi yang protes dengan suara desahan wanita-wanita Mu Lin, semakin lama mereka semakin sering mengobrol dan pertemanan dibentuk begitu saja.

Xiao Duyi menyeringai dan menjawab santai. “Tentu saja.”

“Hoo, Duyi malam ini sangat kaya! Traktir aku!”

“Uang pegawai tetap lebih banyak dibanding petarung jalanan sepertiku.”

Xiao Duyi meraih kotak rokok dari tas kecilnya, ia mematik api dan mulai menghisap rokok murahan itu. Asap beraroma tajam melayang di udara.

“Oh, ya Gisela menitipkan sesuatu untukmu.”

Mu Lin bangkit, mengambil sesuatu dari meja kasir. Ia meletakkan sebuah buku dengan sampul wanita bergaun biru dan sepatu kacanya. Xiao Duyi mengeja hati-hati.

“Cinderella?”

“Yah, Gisela bilang kau harus berlatih membaca dengan buku ini. Dia ingin kau membacakan untuknya besok.”

Karena sejak kecil tinggal di Kota Nyx dan berusaha keras bertahan hidup, Xiao Duyi lupa caranya membaca. Tetapi ia bisa menghitung karena pekerjaannya sebagai pencuri.

Baru-baru ini di Distrik Midgard ada seorang guru muda yang muncul untuk melatih anak-anak jalanan. Gadis bermata hijau yang cantik, namanya adalah Gisela Klein.

Gisela adalah gadis yang ceria dan sederhana, ia berhati hangat dimana karakter ini jarang ditemukan di Distrik Midgard yang keras. Gisela dengan cepat menyadari bahwa Xiao Duyi ingin belajar membaca setelah sering melihat Xiao Duyi mengintipnya mengajar anak-anak jalanan.

Dengan tangan terbuka Gisela menerima ‘murid’ barunya ini dan mengajarinya hati-hati.

“Hei, kau sangat bersemangat saat diajari oleh Gisela. Tetapi kau menolak ku ketika aku mengajarimu membaca. Bukankah ini terlalu mendiskriminasi?” Keluh Mu Lin. Xiao Duyi tidak menjawab. “Kau menyukai Gisela, kan?”

Xiao Duyi tersedak ludahnya sendiri ketika pertanyaan itu dengan santai meluncur dari celah bibir Mu Lin.

“Apa?”

Mu Lin menyeringai senang. “Tidak perlu menyangkalnya, aku bisa menyadarinya dengan cepat! Tidak masalah Gisela adalah wanita yang cantik dan baik, siapa yang tidak menyukainya?”

Ujung telinga Xiao Duyi memerah. Secara tersirat membenarkan perkataan Mu Lin.

“Duyi ternyata sedang jatuh cinta hahaha!”

“Aku tidak…”

“Tidak perlu menyangkal terlalu keras. Aku bisa memahaminya. Aku mendukungmu dengan Gisela, tenang saja!”

Tetapi Xiao Duyi sadar betul siapa ia dan siapa Gisela. Dirinya hanya petarung jalanan miskin dan tidak bersekolah. Sementara Gisela menjadi Guru bukan untuk mencari uang, pakaian yang ia kenakan selalu indah, dan wanita berpendidikan. Xiao Duyi sadar akan kapasitasnya sendiri. Jatuh cinta terkadang bisa menghilangkan logika jika terlalu masuk ke dalamnya, Xiao Duyi membatasi dirinya dari bayangan delusi yang tidak realistis itu.

Pelanggan baru masuk, dengan malas Mu Lin pergi untuk melayaninya. Sementara itu Xiao Duyi mematikan puntung rokoknya, mulai menyumpit mienya dan membaca dalam hati isi buku yang ada di tangannya ini.

Berharap keesokan harinya ia bisa membacakan buku ini untuk Gisela dengan penuh percaya diri.

TBC

Yap yap Chanyu kita tingginya sekitar 200 cm dan Duyi 160 cm 😌😌😌😌

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BL] A Perfect StromTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang