Prolog

116 13 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prolog

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prolog

Mobil yang dikendarai Lalisa memasuki kawasan Haverhill. Lalisa tidak sama sekali tahu ada sebuah kawasan yang begitu suram dan tampak seperti kota mati di pinggiran kota Janewa. Dan Ya Lalisa berkendara hampir 2 jam dari Ibu Kota untuk menuju rumah itu.

Tindakan nya memang begitu nekat, namun Lalisa tidak perduli, ia harus selamat, semakin hari ancaman kematian, teror yang di berikan kepada nya semakin membuat nya takut. Namun alih-alih meminta pihak berwajib untuk melindungi nya, Lalisa memilih menemui seorang ketua Gengster yang begitu terkenal akan kekejaman nya di dunia hitam.

Lalisa membutuhkan pria itu dan para kawanan nya untuk melindungi nya, berapa pun yang pria itu ingin kan, gadis itu yakin mampu memberi nya.

Lalisa harus hidup untuk menikmati kekayaan nya yang tidak akan habis termakan waktu.

Mobil yang di kendarai Lalisa memasuki halaman luas, di ujung sana Lalisa bisa melihat sebuah Rumah mewah yang memiliki pagar besar namun dibiarkan terbuka lebar, mungkin sepanjang perjalanan nya tadi rumah ini lah yang paling mewah dengan halaman yang begitu besar bahkan halaman belakang rumah itu langsung menuju ke sebuah hutan.

karena tidak ada carport di halaman sebesar lapangan sepak bola itu, Lalisa pun memutuskan untuk parkir di tempat dimana beberapa mobil lain terparkir asal di halaman.

Setelah mematikan mesin mobil nya, gadis itu berusaha mengatur nafas, meyakinkan diri untuk tidak akan mundur. Sudah sampai sejauh ini. Pikir nya.

Lalisa turun dari mobilnya kemudian meringis saat melihat jam di tangan nya yang menunjukan pukul 1 dini hari, sangat nekat sekali. Ia sendiri sangat binggung dengan sifat implusif nya ini.

Lalisa melangkah kearah rumah besar itu, catsuit hitam bermerek Valentino itu masih mebalut tubuh ramping nya, ia sengaja padakuan dengan blazer panjang musim dingin dengan merek serupa.

Rambut nya ia biarkan tergerai namun untuk menutupi penampilan nya dari media, gadis itu sengaja mengenakan topi dan kacamata hitam, tidak lupa tas berharga ratusan milyar menyantol di pergelangan tangan nya, tentu saja itu hanya salah satu benda koleksi Lalisa.

Sepatu hak tinggi berwarna coklat hitam itu berhenti tepat di depan pintu besar. Lalisa membuka kacamata nya kemudian melihat ada dua orang pria berbadan besar di kanan dan kiri pintu itu, tidak bergerak sedikit pun, wajah mereka sedatar batu.

Lalisa berdekhem, berharap kedua pria itu menyadari keberadaan nya dan menghampiri nya, namun seperti nya mereka terlatih untuk menjadi patung.

Lalisa menghentak kaki nya kesal, tidak ada bel di dekat pintu, harus kah ia menorobos masuk saja, ah perduli setan, Lalisa tidak perduli, ia pun memutuskan untuk masuk sendiri.

"Jangan salahkan aku, jika aku masuk begitu saja, kalian saja tidak menyambutku." Lalisa berdecak, langsung masuk begitu saja, kebetulan saja pintu setinggi tiga meter itu tidak di kunci.

Lalisa melangkah takut-takut, di dalam rumah itu terdapat beberapa Lorong, dan sepanjang perjalanan ia cukup mengagumi interior rumah ini.

Rumah besar ini memang tidak ada apa-apa nya di banding Mansion milik Lalisa, namun ia menyukai bagaimana pemilik rumah ini memadukan warna hitam dan grey menjadi lebih maskulin yang mengartikan bahwa rumah itu milik seorang pria berkharisma, terlebih tangga melingkar di tengah ruangan menuju ke satu kamar dilantai atas. Hanya satu pintu yang berada di lantai dua, apakah mungkin itu kamar pemilik rumah?

Lalisa memilih tidak perduli, yang harus ia pikirkan sekarang bagaimana bisa tidak ada seorang pun di dalam rumah sebesar ini, Lalisa jadi binggung harus kemana.

"Eummm- Fuck!"

Lalisa bergeming mendengar suara erangan seorang pria, Lalisa yakin erangan itu berasal dari ruang tamu yang berada di balik tangga melingkar itu.

Menelan Saliva susah payah, Lalisa mencoba berjalan kearah ruang tamu, awal nya Lalisa lihat sofa putih besar di depan perapian yang begitu menghangatkan, namun seketika langkah gadis itu terhenti, Lalisa melihat semua itu, mata nya mengerjap, reflek menutup mulut nya karena melihat aktivitas yang tidak senonoh di depan sana.

Ya, seorang pria duduk disofa dengan seorang wanita yang berada dibawah sedang menggulum kejatanan nya.

Lalisa yakin pria itu melihat keberadaan nya, namun pria itu tidak perduli, ia nampak pongah dengan kedua tangan terbentang selebar kekuasaan disandaran sofa, pria itu masih mengenakan kemeja nya yang rapih, sedangkan wanita itu sudah tak berbusana.

"Shit! Faster." Pria itu tidak merubah posisi bahkan tidak repot-repot membantu wanita itu untuk lebih cepat memasukan kejantanan nya yang besar, panjang dan penuh dengan vena itu kedalam mulut nya dalam-dalam...

Oh shit, Lalisa seketika tersadar dan berbalik, membuat pria itu menyunging senyum sinis.

Saat pria itu menggerang mencapai puncak, Lalisa buru-buru menutup telinga nya, berjalan bahkan sedikit berlari, ia tidak mengerti mengapa ia malah terpukau dengan ketampanan dan kejantanan pria itu yang begitu- eummm menggairahkan.

"Sial, sial,sial..." Lalisa mengumpat kemudian menruntuki kebodohan nya.

Harus nya Lalisa tahu sejak pertama memutuskan pergi ke tempat ini, bahwa pria itu tidak beres, ia harus bergegas pergi atau ia akan ikut gila bersama pria itu.

Saat sedikit lagi tangan Lalisa akan meraih handle Pintu utama, sebuah cengkraman keras di pergelangan tangan nya membuat tubuh nya sontak berbalik menabrak dada bidang pria itu.

Pria itu tersenyum ramah. "Selamat datang Nyonya Lanton."

Lalisa bersumpah pada detik itu pula Jantung nya berdebar, iris mata Coklat gelap pria itu, begitu mengintimidasi kuat, bahkan hampir membuat Lalisa oleng dari pijakan nya, untung saja pria itu sudah memakai celana nya. Astaga jika tidak mungkin Lalisa tidak bisa menahan gairah nya

"Saya Jungkook Kim, Saya harap Nyonya Lanton tidak kelelahan karena perjalanan yang panjang kesini." Ucap Jungkook ramah.

Sangat ramah, hingga Lalisa tidak sadar Pria itu sudah merengkuh pinggang nya untuk semakin mendekat--

Oh, sial, sial, milik pria itu benar-benar besar bahkan sekarang menonjol menekan perut Lalisa kuat-kuat.

Just TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang