Otentisitas dan Kesalahpahaman

1 0 0
                                    


Hanya karena diriku diam dan pendiam bukan berarti aku tak terkoneksi

Hanya karena diriku selalu butuh waktu mencerna segala sesuatu bukan berarti aku kebingungan

Hanya karena aku lugas dan langsung bukan berarti aku tak baik dan tak mampu menolong

Aku, yang hanya menjadi diriku, selalu salah untuk dimengerti

Aku hanya punya satu dan dua orang yang selalu bersamaku, dan mereka pun pergi. Meninggalkan aku seorang diri. Menutup akses percakapan. Mungkin karena tak mau diinterupsi dan diganggu. Aku ingin menutup akses itu juga dalam hidupku. Tapi aku tahu mereka baik dan aku percaya mereka. Aku tak ingin membenci

Bersahabat sungguhlah berat. Ingin rasanya aku berbagi ketika aku bersama kolega yang tidak menyenangkan. Ketika aku selalu diajaknya bertarung memperebutkan validitas dan rasa suka banyak orang.

Ketika pekerjaan kami jadi kacau karena dia begitu tolol untuk memahami apa yang perlu, dan tega membiarkan banyak orang dirugikan karena sikapnya.

Lalu orang orang itu, orang orang bodoh lugu penakut akan dia menarikku lagi untuk melakukan apa yang menyusahkan padahal mereka begitu percaya si culas?

Aku benci sekali keadaan ini

Aku ingin meninggalkan dan membiarkan saja semua hancur tak terkendali

Tapi, ada satu orang yang begitu peduli dengan keadaan, mencecarku terus dengan istilah tak peduli, dan menuntutku melalui orang lain

Aku kebingungan apa yang harus aku lakukan?

Apakah aku akan menolongnya?

Atau, aku biarkan saja semua me njadi neraka bersama dengan si culas yang sangat dibanggakan ini?

Katakanlah, wahai angin, apa yang harus aku lakukn?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 16 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cerita Diri yang Tak Pernah Dimengerti?Where stories live. Discover now