#1

3 1 0
                                    

03 September 1734 tepatnya Tengah malam saat semua tertidur pulas, hanya tersisa penjaga diluar pintu kamar Elina dan Yohan .

Malam itu terjadi badai yang embuat Elina sedikit terganggu,Elina nampak gelisa dan mulai merasakan keram di perut nya.
Hal tersebut membuat Yohan menyadari bahwa sudah waktunya Elina melahirkan anak mereka. Yohan berusaha menenangkan Elina dan bergegas memanggil penjaga untuk mencari tabib dan memanggil pelayan.

"Elina tenang lah aku ada disini, aku disini Elina" suara petir menggelegar membuat Yohan merasa sangat panik dan tak tau harus berbuat apa kecuali menenangkan Elina.

"Bertahan lah Elina,tabib akan segera kemari, bertahan lah"

Elina terus menggeliat kesakitan, tak selang beberapa lama tabib dan para pelayan datang.
Tabib meminta Yohan keluar dan menyerahkan Elina serta calon anak nya kepada mereka.

"Tuan silahkan anda menunggu diluar, kami akan menangani nyonya dan calon bayi anda dengan baik"

"Baiklah, aku percaya pada kalian tolong segara berikan kabar baik kepada ku"

Hujan yang sangat besar menjatuhi kediaman itu, badai yang tak henti serta Guntur yang sangat mengganggu membuat hati Yohan kian bercampur aduk.

Sementara diasgard yang merupakan dunia para dewa,berdiri se-seosok pria dengan tubuh tinggi tegap tengah berdiri sendirian menatap ke arah luar tebing curam yang berada di Kediaman nya.

Petir bergemuruh tak beraturan seolah memberinya pertanda,lalu Senyum semerinngah memenuhi sudut bibirnya.

Dia berjalan meraih sabit panjang milikinya lalu duduk tenang sambil membersihkan ujung bilah nya perlahan. Pria itu nampak sangat menikmati pertunjukan alam yang tengah terjadi, suara-suara bising dari gemuruh nya hujan serta kilatan-kilatan petir yang menggelegar itu seperti musik alami baginya.

Setiap sasapan yang ia tarik dari bilah sabitnya merupakan ribuan nyawa dari ribuan manusia yang pernah di ambilnya, namun entah berapa banyak jiwa yang menghilang dari raganya sabit itu tak pernah tergores sedikit pun.

"Mengapa riuhnya alam mu minyingsing sampai ke pada ku wahai nona yang belum aku ketahui rupa nya, mengapa semesta begitu sendu saat menyambut mu?
Mengapa gemuruh menghantar hadirmu? Apa kah pergi mu akan damai?"

Naa...naaa...naaa...

Hemm...MMM...MMM..

"Apa yang disembunyikan tuan ku, apa yang tengah ia bisik kan ditelinga mu, entah seperti apa tangis mu...hmm..hmmm"

"Apa yang harus aku bawakan untuk mu,agar tangis tak semenyedihkan itu,agar sakit itu tidak teramat pedih,oh..nona kecil yang malang"

Pria itu bergumam dengan irama, menikmati setiap sentuhan nya kepada sabit yang melampaui tingginya..

"Ckk!..kenapa harus sekarang?!"
Ia tersentak seolah ada hal yang sedang mengganggu pikirannya, seketika raut wajah pria itu menjadi dingin dan datar.
ia melepaskan sabit nya lalu meletakan sabit itu tepat disamping nya.

Tak lama kemudian seorang pria dengan pakaian rapi membawa buku yang digenggam rapat oleh sarung tangan nya,ia menghampiri pria itu dan berkata...

"Apa yang kau lakukan wahai zulyus?!"

"Hmm..."
Pria itu menoleh,sembari menatap dingin .

"Zulyus, apa kah aku harus mengulangi dan mengingat kan mu?" Tatap nya berbicara kepada pria dingin ituu.

"Ahh..sudahlah aku tau apa yang kau ingin kan Lucas,aku tau tentang tugas ku jadi bisa kah kau pergi sekarang?!" Gumam nya sambil menegak secangkir anggur.

my amoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang