Guys Jangan lupa dukungannya di karyakarsa ya dan komen di jalan cerita serta vote.
Supaya Jae bisa mengembangkan cerita Sasusaku setiap harinya 😇
.
.
.
Happy Reading
Sasuke kembali ke rumah besar Naruto dengan pikiran yang penuh gejolak. Kejadian di sekolah masih terbayang jelas di benaknya—Sarusuke dibully oleh anak Gaara dan Sarada yang hampir mengenalinya. Rasa cemas dan bingung menyelimuti hatinya saat ia memasuki rumah yang pernah menjadi markas teman-teman dekatnya.
Naruto, yang sedang duduk di ruang tamu sambil menikmati ramen, segera menyadari kehadiran Sasuke dan menatapnya dengan penuh perhatian. "Oi, Sasuke! Kau tampak tidak tenang. Ada apa?" tanyanya dengan nada khawatir.
Sasuke menarik napas dalam-dalam sebelum duduk di sofa di sebelah Naruto. "Aku baru saja mengalami sesuatu di sekolah. Sarusuke... dia dibully oleh anak Gaara. Aku tidak bisa membiarkannya begitu saja, jadi aku intervening," jelas Sasuke dengan nada datar namun tegas.
Naruto mengernyitkan dahi, "Apa? Sarusuke? Kenapa dia bisa terlibat masalah seperti itu? Aku akan bicara dengan Gaara jika perlu."
"Aku sudah menghentikannya," jawab Sasuke, "tapi yang lebih mengkhawatirkan adalah Sarada. Dia hampir mengenaliku—dari gerakanku saat bermain basket. Itu membuatku cemas."
Naruto terdiam sejenak, menilai situasi itu. "Itu memang bisa jadi masalah, Sasuke. Tapi kenapa kau tidak bilang pada Sakura? Dia mungkin bisa membantu menjelaskan situasi ini," sarannya.
Sasuke menggeleng. "Aku tidak tahu apakah Sakura tahu tentang Sarusuke yang dibully. Kami masih berurusan dengan masalah keuangan dan pekerjaan, jadi bisa jadi dia tidak menyadari hal itu. Dan lagi, aku tidak ingin dia khawatir tentangku. Dia sudah cukup terbebani."
Naruto mengangguk, memahami perasaan sahabatnya. "Kau perlu membicarakan ini dengan Sakura, Sasuke. Dia adalah ibunya Sarusuke dan Sarada. Jika mereka menghadapi masalah, dia harus tahu. Mungkin, setelah berbicara, kalian bisa mencari solusi bersama."
Sasuke terdiam, meresapi kata-kata Naruto. Dia tahu bahwa membuka diri kepada Sakura adalah langkah yang tepat, tetapi rasa takut dan cemas akan reaksi Sakura membuatnya ragu. "Aku tidak ingin membebani Sakura lebih jauh lagi," katanya perlahan.
"Ini bukan tentang membebani, Sasuke. Ini tentang keluarga," jawab Naruto tegas. "Keluarga seharusnya saling mendukung dan berbagi beban. Jika kita tidak membicarakannya, semuanya hanya akan semakin rumit."
Akhirnya, Sasuke mengangguk perlahan. "Kau benar. Aku akan bicara dengan Sakura tentang Sarusuke dan apa yang terjadi di sekolah. Aku hanya berharap dia tidak terlalu marah."
Naruto tersenyum. "Kau tahu Sakura. Dia mungkin terlihat tegas, tapi dia juga peduli. Dia akan mendukungmu dan keluargamu. Ambil langkah itu, dan aku yakin semuanya akan berjalan baik."
Dengan tekad baru, Sasuke mengangkat ponselnya dan menekan nomor Sakura. Meskipun jantungnya berdebar, dia tahu bahwa berbicara dengan Sakura adalah hal yang tepat. Dia berharap ini akan menjadi langkah awal untuk memperbaiki tidak hanya hubungannya dengan putrinya, tetapi juga dengan istrinya yang sudah lama terabaikan.
Sasuke mengambil napas dalam-dalam sebelum menekan nomor Sakura di ponselnya.
Suara dering terdengar beberapa kali sebelum Sakura menjawab dengan nada yang agak terkejut. "Halo? Siapa ini? "
KAMU SEDANG MEMBACA
18 A G A I N
Short StoryRumah tangga Sasuke dan Sakura berantakan hanya karna permasalahan keuangan beserta pekerjaan mereka masing - masing untuk memenuhi kebutuhan sang anak yang sudah bertambah dewasa di masa SMA kelas 12. Kau mabuk? " " Apa peduli mu, Sasuke? " Tany...