» 𝟏 «

610 40 2
                                    

•••

"The world is beautiful, when we are together."

•••

"Rin, kau baik-baik saja?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rin, kau baik-baik saja?"

"Aku seperti bermimpi panjang sekali..."

°°°

Normal P. o. v

Di lorong rumah sakit yang sunyi, langkah kaki seorang lelaki menyapa keheningan. Itoshi Rin, demikian namanya, melangkah dengan tenang, tubuh tegapnya menjulang tinggi. Rambut hijau gelapnya yang terurai lembut kontras dengan warna teal netral yang terpancar dari matanya. Wajahnya yang tampan terukir dengan garis-garis halus, menandakan usia muda yang dipenuhi dengan pengalaman. Di tangannya, ia menggenggam erat sekeranjang buah jeruk yang matang, hadiah untuk seorang teman masa kecil yang kini terbaring lemah di salah satu ruangan di rumah sakit.

Rin berjalan dengan tujuan, matanya tertuju pada nomor ruangan yang tertera di secarik kertas kecil yang ia genggam. Setiap langkahnya terasa berat, entah karena enggan menjejakkan kaki ke tempat suram ini atau justru ia hanya malas melakukannya. Rin terus memikirkan seseorang yang berharga baginya, rekan yang telah lama ia kenal. Ingatan masa kecil mereka berputar-putar di kepalanya, saat-saat penuh tawa dan canda yang kini terasa begitu jauh.

Setibanya di depan pintu ruangan, Rin terdiam sejenak. Jari-jarinya dengan gugup merapikan surai darkgreen yang sedikit berantakan. Napasnya tersengal, menandakan rasa gugup yang tak dapat disembunyikan. Ia menarik napas dalam-dalam, menenangkan dirinya sebelum mengetuk pintu dengan pelan.

"Masuk," suara lemah namun ramah terdengar dari dalam ruangan.

Rin membuka pintu dan melangkah masuk. Matanya langsung tertuju pada sosok gadis kecil yang terbaring di ranjang ruang rawat. Wajahnya pucat, namun senyum manis terukir di bibirnya saat melihat Rin tiba.

"Rin, kau datang lagi?" sapa [Name], yang merupakan salah satu pasien di tempat ini, juga... seorang teman yang berharga bagi Itoshi Rin.

"Ya," jawab Rin datar, seperti biasa. Namun di balik itu semua, terpancar rasa perhatian dan kelegaan yang tak dapat disembunyikan.

Rin mendekat dan masih memegang keranjang buah itu ditangannya. "Ini untuk mu," ujarnya singkat. "Aku tak tau harus memberi apa. Jadi mungkin ini dapat diterima?" Laniutnya, dengan keraguan yang tersirat.

"Terima kasih, Rin, aku sangat menghargainya," jawab [Name] dengan senyum hangat. "Apa kabarmu, apa kau sedang senggang?" [Name] mencoba berbicara lebih banyak dengan Rin. Karena, kalau bukan [Name] yang menyapa duluan, mereka akan tetap saling diam.

𝗢𝘂𝗿 𝗗𝗶𝗮𝗿𝘆 ➣𝐈𝚝𝚘𝚜𝚑𝚒 𝐑𝚒𝚗 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang