Orang-orang mungkin akan mengatakannya wanita gila, karena poros hidupnya penuh ia pusat kan pada satu pria yang sudah bertahun-tahun ini bersamanya, suaminya Jung Ho-Seok. Bukankah cinta memang begitu? Apa salah mencintai pria yang berstatus suamin...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sayang, pulang! | Iih, kok tidak dibalas?| Tidak sayang lagi pasti | Sudahlah | Aku merajuk! |
Bibir Nari mengerucut bahkan terlihat nyaris bergetar saat melihat ruang percakapannya dengan sang suami. Wanita itu lapar dan ingin dimasakkan Jajangmyeon oleh suaminya. Hanya ingin makan kalau suaminya yang membuatkan. Kehamilan yang sudah masuk pada usia 7 bulan itu, membuat Hoseok sering bolak-balik untuk pulang ke apartemen mereka dari kantor hanya karena khawatir pada mood Nari yang sering berubah dan keinginan mendadak yang kalau tidak di turuti akan membuat sang istri merajuk bahkan menangis sendiri. Tapi Hoseok tak pernah mengeluh, mungkin menggerutu dalam hati tentu pernah. Namun mengingat Nari yang tengah mengandung buah hati mereka dan membawa sang calon bayi kesana kemari dalam perutnya yang pasti akan semakin berat seiring bertambah usia kehamilan, pun hormon yang meningkat pasti sulit sekali untuknya. Hoseok hanya perlu memahami, tidak sesulit Nari yang tengah mengandung anak mereka. Jadi pria itu akan terus mengelus dada untuk bersabar.
Setelah hampir setengah jam suara notifikasi akhirnya Nari dapatkan.
| Sayang, maaf baru aku balas | Tadi sedang ke pabrik untuk cek mesin yang rusak, ponselnya tinggal di mobil | Ingin apa, hmm? | Ini aku pulang, ya? | Ingin dibawakan apa? | Sayang? | Masa di lihat tapi tidak di balas? | Jangan merajuk dong | Aku minta maaf ya?
Tentu saja Nari membaca sejumlah deret pesan dari sang suami, tapi sungguh ia benar-benar sudah merajuk sekarang. Tidak mau membalasnya sama sekali, jadi ia hanya diamkan dengan air mata yang sudah sedari tadi luruh. Entahlah dia cukup sensitif, sedih sekali Nari rasa. Sedang ingin makan Jajangmyeon yang dibuatkan sang suami, tapi suaminya tidak pulang-pulang.
"Papa tuh aneh tau, nak!" cicit Nari mengelus perutnya.
Ia kesal pun juga lapar, pikirnya suaminya itu tidak mengerti dia lagi, tidak sayang lagi. Selama hamil, Nari mudah sekali overthinking. Ia terus menangis, tidak tau kalau suaminya sudah panik pun mengumpat sendiri karena sudah lalai meninggalkan ponselnya. Memang tidak terlalu lama, katakan saja 30 menit tapi Hoseok tau Nari tidak bisa menunggu. Kebiasaan barunya selama hamil ya begitu. Hingga dua puluh menit kemudian, mobil itu sudah tiba di basemen. Untung jarak tempuhnya tidak jauh.
"Sayang?" panggil Hoseok terengah setelah tiba di apartemen mereka.
Wanita itu berbaring di ranjang membelakangi Hoseok, tubuhnya naik turun akibat isakannya. Nari abaikan kedatangan sang suami, ia masih setia pada rasa sedih dan kesalnya.
"Sayang... maaf" pinta Hoseok mengusap lengan itu setelah duduk di pinggir ranjang, tetapi tentu saja Nari lekas menepis tangan pria itu.
"Maaf ya, tadi mesinnya benar-benar rusak, jadi aku harus cek dulu. Salahku juga tidak bawa ponsel, maaf ya" sesalnya.
Tak lekas menyerah, Hoseok masih terus mencoba. Kini ia naik ke atas ranjang dan memeluk Nari dari belakangWalau ditepis dan terus memberontak, sungguh tak membuat Hoseok berhenti. Sampai akhirnya wanita itu lelah sendiri dan Hoseok lantas bangkit menarik lembut wajah istrinya yang bersembunyi di bantal.