Ep.6

67 4 0
                                    

Guys Jangan lupa dukungannya di karyakarsa ya dan komen di jalan cerita serta vote.

Supaya Jae bisa mengembangkan cerita Sasusaku setiap harinya 😇

.

.

.

Happy Reading





Saat Sasuke berjalan menuju kelas, pandangannya tiba-tiba tertuju pada sosok seorang gadis yang berdiri di balik lorong sekolah.

Gadis itu tampak menyembunyikan diri di sudut yang sepi, dan dengan tangan gemetar, ia memegang sebatang rokok.

Sasuke mempersempit matanya untuk melihat lebih jelas, dan tiba-tiba hatinya tercekat—itu adalah Sarada, putrinya.

Mata Sasuke membulat saat melihat Sarada yang sedang merokok. Rasa kecewa, marah, dan khawatir bercampur jadi satu di dalam dirinya.

Dia tidak percaya bahwa putrinya, yang selama ini ia anggap sebagai sosok yang kuat dan disiplin, melakukan hal seperti itu. Tanpa berpikir panjang, Sasuke mendekati Sarada dengan langkah cepat.

"Apa yang kau lakukan, Sarada?" Sasuke berkata dengan nada keras, hampir seperti seorang ayah yang tidak bisa lagi menahan emosinya.

"Kau tahu tidak seharusnya merokok! Apa kau sadar betapa buruknya ini untuk kesehatanmu?"

Sarada yang sedang asyik dengan rokoknya, terkejut melihat sosok pemuda yang tiba-tiba muncul dan memarahinya. Wajahnya langsung berubah masam, tidak senang dengan sikap Sasuke yang tiba-tiba menyerangnya.

"Apa masalahmu? Siapa kau, sok tahu? Ini bukan urusanmu!" jawab Sarada dengan nada tinggi sambil melirik tajam ke arah Sasuke.

Sasuke terdiam sejenak, mendengar kata-kata kasar dari mulut putrinya. Dia hampir lupa bahwa dalam bentuk tubuh mudanya ini, Sarada tidak mengenalinya sebagai ayahnya yang berusia 35 tahun.

Rasa kecewa dan sakit hati merayap di dalam dirinya, tetapi dia segera mengendalikan emosinya.

"Sarada, kau tidak tahu siapa aku," kata Sasuke dengan suara yang lebih tenang namun tegas.

"Tapi aku hanya ingin mengingatkanmu bahwa tindakan ini bukan jalan keluar dari masalah apapun. Aku tahu kau lebih baik dari ini."

Sarada memutar bola matanya, tampak jengkel dengan kata-kata Sasuke. "Oh, jadi sekarang kau menguliahi aku? Kau tidak tahu apa-apa tentang hidupku atau masalahku, jadi jangan sok mengaturku!" ucapnya tajam, sambil mematikan rokoknya dengan kasar.

Sasuke merasa sangat terluka, tetapi dia tahu bahwa ini bukan saatnya untuk memperlihatkan kelemahannya. Di dalam dirinya, ia hanya ingin merangkul Sarada dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja, bahwa ia selalu ada untuknya. Namun, ia juga tahu bahwa dalam kondisi ini, ia harus menjaga identitasnya tetap tersembunyi.

"Aku hanya peduli, itu saja," kata Sasuke akhirnya, menatap mata Sarada dengan penuh rasa sayang yang tertahan.

"Aku ingin kau tahu bahwa ada orang yang peduli padamu, bahkan jika kau tidak menyadarinya."

Sarada menatap Sasuke dengan ekspresi bingung dan sedikit terkejut. Kata-kata pria asing ini, entah mengapa, menyentuh hatinya meskipun ia tidak sepenuhnya mengerti kenapa.

Namun, dengan sikap keras kepala khas remajanya, Sarada hanya mendengus kesal dan berjalan pergi, meninggalkan Sasuke di lorong.

Sasuke berdiri di sana dengan perasaan campur aduk—marah, kecewa, namun juga dipenuhi rasa cinta yang begitu besar untuk putrinya. Dia tahu bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk memperbaiki hubungan dengan Sarada, meskipun dalam tubuh muda ini dia harus melakukannya tanpa mengungkapkan siapa dirinya sebenarnya.

18 A G A I N  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang