32|| dokter?

549 92 35
                                        

Jisoo hendak menjemur waslap yang telah digunakan untuk mengompres kaki Jennie. Namun, kumpulan anak-anak kecil di belakang villa mereka menyita perhatiannya. Anak-anak kecil itu, bukannya bermain dengan ceria di cuaca indah pagi ini, mereka termenung menundukkan kepala.

Jisoo berinisiatif menghampiri.

"Hei, hei anak-anak..." Sapanya. 

"Kenapa? Kalian tidak pergi bermain? Kenapa malah melamun eoh?" Pertanyaan Jisoo membuat para bocah mengangkat kepala serempak. Salah satu anak yang terlihat paling tinggi berambut ikal berdiri.

"Kami tidak diizinkan bermain di sini, Paman. Katanya kami mengganggu para pekerja kebun."

Jisoo mengikuti arah tunjuk bocah ikal itu, lalu melirik jam tangannya.  Pantas saja, jam pagi seperti ini memang sedang sibuk-sibuknya orang-orang berlalu lalang di perkebunan yang berada di belakang villa. Dan memang, halaman belakang villa tidak cocok sebagai tempat bermain anak-anak, terlalu banyak peralatan besar dan benda tajam yang tergeletak. Ke depannya, Jisoo akan meminta kepala kebun membenahi peralatan kebunnya dengan benar.

Jisoo merendahkan tubuhnya, menyejajarkan posisi dengan anak kecil itu.

"Kalau begitu, ayo... ikut aku." Ajak Jisoo. Dia menghela lima anak kecil-kecil itu menuju ke halaman depan villa.

Jennie yang masih asik mengobrol dengan Ibu Seo, terkejut dengan kedatangan anak-anak bersama sang suami. Tetapi kemudian, senyumnya terkembang.

"Hei, boys... tampan tampan sekali kalian." Sapa Jennie riang.

Dia menatap suaminya, "eoh tiba-tiba? Kenapa mereka bersamamu, By?"

"Anak-anak ini hanya bengong di halaman belakang. Daripada diam saja, aku ingin mengajak mereka bermain di sini. Boleh kan, Jen?"

Jennie mengangguk antusias. Tentu saja dia tidak masalah.

Perempuan berpipi mandu itu terus memandang bangga ke arah suaminya yang sedang bermain bola bersama anak-anak itu. Dia terus mengusap perutnya, pasti anak mereka dari dalam sana ikut bahagia melihat sang ayah yang begitu penyayang. Dalam benak, Jennie berdoa, semoga pemandangan indah di depannya sekarang, kelak bisa terwujud bersama anak-anak mereka sendiri.

Jisoo terus menghalau bola yang terus ditendangkan ke arahnya. Sepertinya anak-anak itu menjahili Jisoo yang sedari tdi hanya berlarian tanpa bisa merebut bola dari mereka. Jisoo terus menghindar, sampai akhirnya ia bisa merebut bola dan mengoceknya.

Lelaki bertubuh kekar itu terus menendang bola mendekati gawang, dirasa jaraknya cukup, Jisoo membidik sudut tendangannya yang akan ia layangkan untuk mencetak gol. Tetapi tiba-tiba, salah satu anak berlari menghampirinya untuk merebut bola. Saat jaraknya tinggal beberapa langkah lagi, tanpa sengaja, sang anak tergelincir sendal yang dipakainya sendiri. Tanpa bisa dicegah, anak itu pun terjatuh.

"Aduh!"

Jisoo langsung berlari menghampiri. 

"Astaga, kamu baik-baik saja, nak?" Tanyanya. Dia menarik pelan kaki anak itu, terlihat ada luka gores yang berdarah di lututnya.

"Lio! Tolong ambilkan salep luka di ruang kerjaku." Teriak Jisoo meminta bantuan.

Lalu ia membopong anak itu untuk duduk di bangku taman, Jennie ikut membantu mendudukan anak yang terjatuh itu.

"Apa sangat sakit? Tidak apa-apa, sayang. Anak jagoan pasti bisa menahannya." Hibur Jennie. Ia meniup-niup luka sang anak dengan pelan, berharap rasa perihnya berkurang.

"Jennie, Jisoo... Aku akan ke dalam dulu. Anak-anak juga perlu makanan dan minuman. aku akan menyiapkannya." Ucap Ibu Seo.

"Eoh. Iya, Bu. Tolong siapkan buah-buahan juga untuk mereka." Balas Jennie.

Heal Me | Jensoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang