Perut buncit Ibu Hojun sudah dilumuri dengan obat merah.
Dengan perlahan tapi pasti, Jisoo mulai menyayat perut itu secara horizontal pada perut bagian bawah, lalu secara vertikal di bagian bawah pusar.
Jisoo berkonsentrasi penuh agar sayatannya tidak melesat. Kendati ia adalah seorang ahli bedah, melakukan operasi sesar belum pernah dilakukannya secara langsung, hanya pernah menjadi asisten ketika Jisoo praktik dulu.
Walaupun begitu, dengan bertekad penuh, Jisoo tetap melakukannya sekarang hanya dengan alat sekadarnya.
"Mansik! Fokus!" Hardiknya kepada Mansik yang tangannya terus bergetar saat membantu Jisoo mengoperasi.
"I-iya, maaf..."
Jisoo terus membedah dan berusaha mengeluarkan sang bayi agar selamat.
Kurang lebih memakan waktu selama 45 menit, akhirnya sang bayi dapat dikeluarkan dengan selamat, jantungnya masih berdetak walaupun tidak menangis kuat.
Semua tetangga yang menyaksikan adegan menegangkan tadi mendesah lega. Begitu juga dengan Jennie, ada senyum bangga yang ia pancarkan kepada sang suami.
Namun ketegangan belum sirna sepenuhnya.
Setelah Jisoo selesai menutup kembali area bedahnya, Jisoo merasakan hal aneh ketika melihat kondisi sang pasien. Ibu Hojun tiba-tiba terlihat kesusahan bernapas. Dadanya naik turun tidak berirama.
Mansik segera menyerahkan bayi kecil tersebut kepada sang ayah. Kemudian ia segera memberikan Jisoo stetoskop untuk memeriksa.
"Seperti ada yang menyumbat? Apa mungkin ada bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah arteri di paru-parunya?" Gumam Jisoo lirih.
Dia melirik tajam Mansik yang ada di depannya.
"Kita harus segera bawa dia ke rumah sakit. Secepat mungkin! Sekarang!"
"Aku bilang tidak bisa Kim Jisoo! Apa kau tak dengar?!"
Jisoo dan Mansik bersitegang. Karena emosi, Jisoo tanpa sadar menarik kerah baju temannya itu sambil melotot.
"Ada kemungkinan pasien ini menderita embolisme, Park Mansik. Ada yang menyumbat pembuluh darahnya di paru-paru. Apa kamu mau membiarkan Ibu Hojun kehilangan nyawanya? Dan, bayi itu juga memerlukan inkubator segera, Mansik!" Bisiknya lirih tetapi penuh penekanan.
"Mereka bisa dipenjara, Jisoo." Kata Mansik hampir menyerah. "Kau ingin mereka berurusan dengan polisi? Itu akan lebih menyusahkan mereka nantinya."
Jisoo menghentakkan kakinya berkali-kali. Tangannya juga mengetuk dagunya beberapa kali. Pasti ada jalan keluar, pasti. Pikirnya.
Oh Tuhan. Bagaimana ini, kumohon... Aku harus bisa menyelamatkan mereka.
Tapi rumah sakit mana yang bisa menerima dan menutupi identitas mereka?
Matanya yang bergerak gelisah tak sengaja bertemu dengan netra yang sedang memandangnya cemas. Sedetik kemudian, Jisoo mendapatkan jawaban.
"Mansik, segera bawa mereka ke mobilku. Aku tahu rumah sakit mana yang bisa menerima mereka dengan aman. Percayalah padaku!" Ucap Jisoo lantang.
Jisoo hampir saja melupakan privilese apa yang bisa ia dapat dengan menjadi menantu keluarga Kim Hyunbin.
Benar. Kim's Hospital akan menjadi tujuannya. Apapun dampak yang akan terjadi nanti, akan Jisoo urus belakangan. Sekarang ada dua nyawa yang benar-benar harus ia tolong sekuat tenaga.
Setelah semua peralatan operasinya terkemas kembali dalam ransel, Jisoo bergegas keluar menyusul Mansik yang sudah mengevakuasi ibu beserta bayinya ke dalam mobil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me | Jensoo ✔️
FanfictionKarena sebuah tragedi menimpa kakak kandungnya hingga membuatnya koma entah sampai kapan, Kim Jisoo, terjebak dalam suatu konspirasi jahat yang diciptakan oleh ibunya sendiri. Padahal sudah bertahun-tahun Kim Jisoo diasingkan dan tak dianggap. Hingg...