129

3 2 0
                                    

Ada anak yang pergi dari rumahnya,
Bukan karena marah, bukan karena kecewa,
Tapi karena impian, cita-cita yang memanggil jauh di sana,
Di tempat yang jauh, di tanah yang belum terjamah oleh langkahnya.

Di kamar kos yang sunyi, dia duduk merenung,
Menatap sudut-sudut yang tak pernah bicara,
Membayangkan hari esok, bertanya-tanya,
Akankah impian yang dia kejar, tergapai di ujung sana?

Apakah langkah ini akan berbuah,
Ataukah hanya jejak kelelahan, tersesat dalam arah?
Dia meraba masa depan yang masih buram,
Antara keberanian dan kegelisahan, ia terus berjalan.

Sendiri, selalu sendiri dalam sunyi,
Kehampaan merengkuh erat di setiap detik sepi,
Langkah-langkahnya berderap, meski hati bimbang,
Antara keyakinan dan ketakutan yang saling menantang.

Tapi dia tahu, meski di jalan sunyi ini terasa panjang,
Hanya dia yang mampu menentukan ujung perjalanan,
Karena di balik kegelisahan dan rasa kosong yang menghantui,
Tersimpan kekuatan, harapan yang tak pernah mati.

Dia tak akan menyerah, meski dunia terasa berat,
Setiap luka, setiap jatuh, hanya menguatkan semangat,
Untuk terus maju, untuk tetap berdiri tegak,
Menggapai cita yang diimpikan, meski jalan itu tak pernah mudah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sudut RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang