Ada anak yang pergi dari rumahnya,
Bukan karena marah, bukan karena kecewa,
Tapi karena impian, cita-cita yang memanggil jauh di sana,
Di tempat yang jauh, di tanah yang belum terjamah oleh langkahnya.Di kamar kos yang sunyi, dia duduk merenung,
Menatap sudut-sudut yang tak pernah bicara,
Membayangkan hari esok, bertanya-tanya,
Akankah impian yang dia kejar, tergapai di ujung sana?Apakah langkah ini akan berbuah,
Ataukah hanya jejak kelelahan, tersesat dalam arah?
Dia meraba masa depan yang masih buram,
Antara keberanian dan kegelisahan, ia terus berjalan.Sendiri, selalu sendiri dalam sunyi,
Kehampaan merengkuh erat di setiap detik sepi,
Langkah-langkahnya berderap, meski hati bimbang,
Antara keyakinan dan ketakutan yang saling menantang.Tapi dia tahu, meski di jalan sunyi ini terasa panjang,
Hanya dia yang mampu menentukan ujung perjalanan,
Karena di balik kegelisahan dan rasa kosong yang menghantui,
Tersimpan kekuatan, harapan yang tak pernah mati.Dia tak akan menyerah, meski dunia terasa berat,
Setiap luka, setiap jatuh, hanya menguatkan semangat,
Untuk terus maju, untuk tetap berdiri tegak,
Menggapai cita yang diimpikan, meski jalan itu tak pernah mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Rasa
PoetryHanya mencoba menulis kumpulan kata kata ditempat yang berbeda. Jika biasanya hitam di atas putih, kini tak jauh berbeda. Hanya saja, disini aku mengetik bukan menulis. Saat kemudian kata kata ku menyatu, berharap kamu mengerti maksudku.