Prolog: bagian 1

8 1 5
                                    

Sela raya menyaksikan adegan laga, arch yang kini sedang di buru oleh sekelompok agent organisasi besar, bak rusa dikejar harimau ia menderita luka berat di bahu akibat sebuah peluru senapan yang berhasil menembus raganya yang kokoh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sela raya menyaksikan adegan laga, arch yang kini sedang di buru oleh sekelompok agent organisasi besar, bak rusa dikejar harimau ia menderita luka berat di bahu akibat sebuah peluru senapan yang berhasil menembus raganya yang kokoh.

Di pinggir kota yang sunyi, hanya terdapat rongsokan yang menggunung.

Tepat tengah malam, arch masih bertahan sembari bersembunyi di balik kilang bangunan roboh.

Angin malam berhembus, namun tetesan keringat tak meng-goyahkan raganya yang kelelahan.

Bukan hanya menjadi tetesan, keringat dan darah di bahunya sudah membasahi tubuhnya.

Sunyi dalam diam, gelap ruang tak terhindar akibat sinar sang rembulan malam.

Sambil mengamati dari sela-sela celah retak, arch tak kala waspada.

Seekor rusa bodoh yang mencoba mengusik sang penguasa hutan, merupakan tindakan paling bodoh yang pernah ada.

Srek srek

Sebuah langkah kaki terdengar pasif menuju kilang roboh yang dimasuki arch.

Waspada arch makin intens.

Tak mempedulikan kondisi fatalnya saat ini, hanya ada satu tujuan. Yaitu bertahan dan melawan.

Senjata yang berhasil ia pertahankan adalah sov dan khnaff, walaupun sov hanya tersisa satu peluru di dalamnya tapi tak jadi hambatan baginya, ia akan sangat beruntung jika mampu menumbangkan musuhnya dalam sekali serang.

'sayang sekali aku kehilangan delta bersamaku.' batinnya seraya mengkrutkan dahi.

Melekukan kedua lutut di ubin kotor, arch bersikap den senapan panjangnya (sov) menyambut kedatangan sang pemburu.

Mengindentifikasi target secara visual. Mengincar otak dan jantung akan berakibat fatal, namun arch yakin bahwa perlindungan di area tersebut amat terjaga.

Tak seperti dirinya yang minim perlengkapan anti peluru, agent border cross (abc) pasti amat sangat sulit ditumbangkan oleh amatir sepertinya.

Hold hold hold!

Tap Tap tap.

Suara langkah kaki terdengar padu dalam gema kesunyian.

Hanya ada satu titik yang bisa arch tembak.

Dari sudut ruang, arch mengamati titik lensa sov untuk mengukur ketepatan dalam arah membidik.

Lensa micro itu sangat akurat apabila jika sang pengguna paham akan momentum dari gerak, geser, arah, masa, kecepatan, dan ketepatan peluru.

Tap tap

Suara langkah kaki semakin mendekat, secara perlahan menunjukan sosok pria dengan aksesoris pelindung yang lengkap, semuanya serba hitam.

Mengenakan helm khusus, baju ketat dengan pelindung dada yang nampak tipis namun amat kokoh.

Salah satu tangannya menggenggam sebuah senapan berukuran sedang, lalu satunya lagi seperti sedang mengaktifkan alat detector  yang menampilkan layar hologram.

Sembari melirik lingkup area sekitar dengan layar hologram berukuran mini, pria itu berjalan perlahan.

Arch bersiap-siap menembak targetnya. Dalam hitungan "tiga...dua..satu!"

Doorn!

Peluru dari sov seketika melesatkan cepat mengarah ke tubuh bagian bawah perut sang pemburu.

"Arrrggggh!" Pemburu itu menjerit kesakitan, "sialan!" umpatnya seraya mengarahkan senapan di tangannya.

Doorr door door dor!

Senapan itu bertipe AK74 yang merupakan senapan dengan reload peluru cepat, sehingga mampu menembakkan satu peluru dalam jeda waktu yang singkat.

Walau cepat tetap saja ketepatan akurasi sang penembak amat kacau akibat luka pada area tembak.

Arch dengan sigap menerjang maju kearah sang pemburu seraya menghindari tembakannya.

Menarik khnaff dari sarungnya di pangkal kaki arch. Ia menerjang cepat dengan tepat menebas leher sang pemburu sebanyak tiga kali.

Darah si pemburu menyembur keluar mengenai arch.

Kini tubuhnya bukan hanya basah akibat keringat dan darahnya beberapa saat lalu, namun kini juga terdapat darah musuhnya yang asing.

Arch berbisik pelan dengan nada dingin. "Semoga kau tenang dalam kekosongan." ujarnya tenang dalam sunyi. Ia melirik tubuh mati sang pemburu, "hmm ini bisa menggantikan delta untuk sesaat." Arch kemudian mengambil senapan si pemburu berserta beberapa barang bawaan milik si pemburu.

Ia melangkah keluar kilang dengan penuh kewaspadaan, melirik lingkup area sekitar yang akan ia lalui.

Pukul tiga pagi ia berhasil selamat dari maut. Ini bukan satu-satunya maut yang mengincarnya. Semoga ia masih bisa melihat fajar kembali... ya semoga.

Tbc.

Hai this is angerbooda~

Terimakasih telah membaca bagian awal cerita kami dan sampai jumpa di chapter selanjutnya.

Nota: saya akan lebih fokus pada genre aksi dan fantasinya ketimbang genre bl romantis.

Tag rate dalam cerita ditujukan untuk beberapa adegan kekerasan dalam cerita, dan bukan hanya merujuk pada seksualitas. Mungkin saya tak akan menambah hal demikian untuk kelangsungan cerita.

Bye bye ^~^

Published: 26-10-2024.

AbabeltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang