Prolog: bagian 3

8 1 9
                                    

Tast tast!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tast tast!

Kini arch telah berada di sebuah ruangan redup bersama tiga orang asing. Satu diantaranya adalah sosok pemimpin dan duanya lagi merupakan seorang algojo.

Nyaring suar suara nyaring pula cambukan di tubuh arch.

Setelah di lumpuhkan, arch makin tak berdaya.

Penyiksaan yang mereka lakukan bukan hanya sebuah bentuk gertakan semata, mengulik informasi lebih setelah mendapatkan berkas arsip rahasia tersebut dari arch.

Mereka sadar bahwa dirinya mungkin saja memiliki salinan file tersebut, atau malah ada arsip lain tentang organisasi mereka.

Arch tak berdalih saat di tanyakan soal maklumat tersebut, ia telah berkata dengan jujur tentang penyelidikannya namun tak tahu menahu dengan cecaran mereka.

Ia malah baru tahu bahwasanya asosiasi gila ini mempunyai hal gila lainnya.

"Apa... kalian juga ikut terlibat dalam tragedi genosida di luaran sana!? Huh ..." Teriaknya sambil terengah-engah

Arch benar-benar muak, rasa sakit di sekujur tubuhnya tak tertahankan. Ia mencoba mempertahankan kesadarannya sebisa mungkin.

"Prrttt- memangnya kenapa? jika kami benar-benar terlibat. Hmm?" Ujar pria yang sedang duduk santai.

Amarah arch memuncak seketika, "Bajingan! Kalian benar-benar menjijikan! Dasar setan!" makannya memenuhi seisi ruangan.

"Beraninya kau menghina Mr. B dasar bocah bodoh." Salah satu algojo menarik rambut arch dengan kencang, sehingga bukan sehelai dua helai rambut arch rontok dari kulit kepalanya. sungguh pilu melihat kondisinya kini.

Kedua lengannya di potong dengan kasar, saat darahnya mengalir deras mereka dengan sigap menghentikan pendarahan agar arch tetap hidup untuk mengulik informasi darinya.

Kedua kakinya juga sudah hancur akibat hantaman benda bermasa tinggi yang di jatuhkan oleh kedua algojo tersebut.

Putus asa tanpa harapan, ia hanya berharap agar bisa mati secepatnya.

Jika bukan karena obat-obatan aneh mungkin ia bisa pingsan walau sesaat saja.

Ia tak pernah mempercayai keberadaan entitas ilahi seperti dewa. Namun kali ini ia benar-benar berharap kepada entitas yang ia ragukan.

Dalam hatinya ia memohon untuk sesaat saja. Setidaknya biarkan dirinya memberi tahu kebenaran, hanya untuk sesaat saja.

"Tu-tunjukanlah kebenaran... Walau... walaupun sesaat... Sungguh- aku mohon." Hening sejenak, arch tak mampu menghirup udara dengan tenang. Pikirannya kosong melompong, putus harapannya dalam luka hati serta penyesalan.

Sungguh, sedikit saja kesalahan bisa berakibat fatal.

Sesalnya tak akan mengubah apapun.

Mungkin dari pada di cap sebagai seorang pahlawan, ia lebih pantas di cap sebagai pendosa besar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AbabeltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang