Malam minggu adalah malam yang sangat cocok untuk di manfaatkan bersama pasangan, entah itu hanya sekedar movie night di rumah, makan di pinggir jalan, pergi ke mall, atau berkunjung ke tempat wisata. Di malam minggu ini, seorang perempuan bernama Azalea Filania Edelin, atau lebih sering di panggil Leya tengah terlihat sedang menikmati makan malam di pinggir jalan bersama suaminya, Alvaro Alagar Barnet.
Tahun ini adalah tahun kedua mereka menikah. Selama dua tahun ini, hubungan mereka selalu terlihat harmonis, jarang sekali terlihat cekcok. Hal yang menjadi pemicu pertengkaran diantara keduanya selama ini sederhana, hanya karena perbedaan pendapat, bukan karena hal – hal yang besar. Dan ketika mereka bertengkar, sebisa mungkin mereka menyelesaikan masalah mereka dengan kepala dingin, mengesampingkan ego mereka masing – masing.
Sebelum menikah dengan Alvaro, Leya selalu bertanya pada dirinya sendiri, apa sebenarnya makna dari kata bahagia? Sedari kecil, Leya tumbuh menjadi anak yang jauh dari kata bahagia. Ayahnya, cinta pertamanya, telah menancapkan luka di hatinya, sejak ia masih kecil. Segala macam rasa sakit sudah diberikan oleh ayahnya, mulai dari fisik nya yang terkena sasaran ayahnya, hingga mentalnya yang di hajar oleh ayahnya habis – habisan.
Jika ia tidak menikah dengan Alvaro, mungkin sampai saat ini ia tak akan pernah bisa bebas dari ayahnya. Jika ia tidak menikah dengan Alvaro, mungkin ia tak akan bisa merasakan di cintai dengan sangat tulus oleh laki – laki. Iya. Keadaannya perlahan berubah semenjak Alvaro masuk ke dalam hidupnya. Sedikit demi sedikit, Alvaro bisa mengobati luka di hatinya, menggantinya dengan kebahagiaan.
“Kalau lagi makan, jangan melamun,” ucap Alvaro menyadarkan Leya dari lamunannya.
Senyuman terukir di bibir Leya. Ia kembali menikmati nasi goreng dan es jeruk yang ada di hadapannya, sambil sesekali ia mengedarkan pandangannya ke arah sekelilingnya.
“Mas,” panggil Leya.
“Apa, sayangku?” tanya Alvaro.
“Rasanya jadi anak perempuan yang bisa di cintai dengan tulus sama ayahnya, gimana, sih?” tanya Leya pada suaminya itu.
Alvaro mengikuti arah pandangan Leya. Saat ini perempuan itu tengah memperhatikan anak kecil yang sedang makan bersama ayahnya. Anak kecil itu terlihat sangat bahagia makan bersama ayahnya, padahal mereka hanya makan satu piring berdua.
“Gak usah di lihat, Ley, kalau itu buat kamu sakit,” ucap Alvaro.
Senyuman miris terukir di bibir Leya. Sekarang ia menyadari, bahwa materi bukanlah hal yang bisa membuat seseorang bahagia. Nyatanya, banyak orang yang kurang beruntung di dunia ini, namun hidupnya bisa bahagia, karena mereka bisa di cintai dengan tulus oleh orang – orang di sekitarnya.
“Are you oke?” tanya Alvaro dengan suara lemah lembutnya.
“Kenapa aku gak bisa seberuntung mereka, Mas? Banyak perempuan bilang bahwa cinta pertama mereka adalah ayahnya, tapi kenapa bagi aku ayah adalah orang pertama yang menancapkan luka di hati aku?” ucap Leya mencurahkan isi hatinya.
Raut wajah Alvaro berubah menjadi sendu, ketika mendengar isi hati Leya. Alvaro memang tak terlalu tau banyak, tentang luka yang Leya terima dari ayahnya. Namun melihat dari bagaimana Leya bersikap pada ayahnya, Alvaro bisa membaca bahwa luka yang Leya terima dari ayahnya banyak, hingga membuat perempuan itu kecewa dengan ayahnya.
“Ley, Aku mengerti, peran ayah memang sangat di butuhkan oleh setiap perempuan. Aku mengerti, mungkin terkadang kamu iri, ketika kamu melihat banyak perempuan di luar sana yang bisa dekat sama ayahnya. Gapapa, menurut aku itu wajar,” ucap Alvaro.
“Kamu hebat, Ley. Kamu adalah perempuan yang kuat, karena kamu masih bisa bertahan dengan hidup kamu yang dulu pahit. Gak semua perempuan bisa kuat seperti kamu, disaat mereka ada di keadaan yang sama seperti kamu. Jangan membandingkan hidup kamu dengan hidup orang lain, ya?” ucap Alvaro sambil mengelus punggung tangan Leya.
Leya menundukkan kepalanya, menahan tangisnya yang ingin turun membasahi pipinya.
“Kamu jangan jahat seperti ayah, ya, Mas? Kalau kamu jahat seperti ayah, siapa laki – laki yang bisa aku percaya?” ucap Leya pelan, namun masih mampu Alvaro dengar.
“Aku gak bisa menjanjikan apapun, tapi aku akan berusaha untuk menjadi suami yang baik untuk kamu. Trush me, aku akan berusaha membahagiakan kamu dan mengobati luka – luka yang ada di hati kamu,” ucap Alvaro.
Alvaro menangkup wajah Leya dengan dua tanganya, menatap manik mata isterinya itu dengan tatapan teduhnya.
“Jangan nangis, Ley. Air mata kamu terlalu berharga untuk jatuh hanya karena hal sepele seperti ini. Aku yakin, di depan nanti, akan banyak kebahagiaan yang hadir di hidup kamu,” ucap Alvaro.
“Semoga, Mas,” ucap Leya.
Alvaro menyeka air mata yang membasahi pipi Leya, menatap isterinya itu dengan senyum di bibirnya.
“Ayo, makan malamnya di habisin. Nanti sampai di rumah aku peluk, ya? biar isteri aku yang cantik ini gak sedih lagi,” ucap Alvaro.
***
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak ya teman - teman, hehehe. Bantu vote, komen, dan follow ya, biar aku semakin semangat nulisnya, hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Makna Bahagia?
Teen FictionCerita ini bercerita tentang seorang perempuan yang tak pernah mendapatkan perasaan cinta dari ayahnya, cinta pertamanya. Hidupnya penuh dengan luka dan trauma sejak ia kecil. Hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang laki - laki, yang bisa merubah...