WPWT: Sebelum Hangat itu Hilang

2 0 0
                                    

Seperti biasa keluarga kecil Vihokratana sedang melakukan aktivitas sarapan pagi bersama, tidak ada yang berbicara satu sama lain, hanya ada suara dentingan sendok tengah beradu dengan garpu mengenai piring keramik. Mereka fokus pada makanan masing-masing karena telah memiliki peraturan dari sang kepala keluarga; bahwa saat makan, wajib untuk menghabiskan sajian di depan, tidak boleh main ponsel, membaca buku, membawa tugas ke meja makan dan hal lain yang bisa mengabaikan makanan. Kaku bukan? Namun bagi Frank anak kedua dari tawan dan Mook, selalu merasa keluarganya begitu kolot, terlalu mengikuti larangan jaman orang dulu untuk mengajarkan anak-anaknya.

Bermartabat tinggi, menjunjung moralitas dan nilai-nilai budi luhur yang telah mereka rasakan harus di ikuti juga didalam keluarga sendiri.

Walau begitu mereka penuh kasih sayang, kelembutan yang berlimpah dan hangat untuk menunjukkan bahwa disinilah tempat ternyaman dan pulang setelah seharian pergi. Orang tuanya selalu memberikan kenyamanan yang nyata, membuat Frank sedikit dimanja dan mungkin hal itu yang menimbulkan rasa tak suka dari sang kakak. Win Metawin. Terkadang Frank tidak sengaja melihat tatapan itu dari mata kakaknya, ia akan mengubah wajah hangat penuh cintanya saat dua orangnya teralihkan menjadi wajah bosan dan jijik yang kentara.

Padahal Frank tidak bermaksud membuat Win iri. Mereka berdua terpaut cukup jauh, sepuluh tahun, mungkin dulu Win merasa satu-satunya yang akan disayang dan dimanja oleh ayah pun mamanya. Namun sayang sekali, kehadiran sosok adik tidak diinginkan lahir dan mengambil alih perhatian yang tadinya untuknya seorang harus dibagi dan tersisihkan.

Frank juga sering sekali merasa di-bully oleh Win, beberapa kali saat orang tuanya pergi waktu kecil mungkin umurnya sepuluh tahun dan Win berusia dua puluh tahun. Dengan sengaja dijadikan pembantu, memerintahkan untuk mengambil banyak makanan dan minuman kepada teman-temannya. Win mengundang banyak orang disana, Frank yang dilanda bingung pun hanya menuruti. Sampai win tak tahu bahwa pada saat itu Frank mendapatkan sesuatu yang buruk, kakaknya terlalu fokus membuat pesta besar tanpa adanya alasan dibalik itu dan akibatnya sampai sekarang Frank masih mengingatnya dengan jelas dan mengubah diri menjadi tak normal.

Kakaknya terus bertingkah seperti itu, kini umurnya telah menginjak enam belas tahun. Perlakuan win, sama sekali tidak pernah Frank laporkan pada Tawan sebab rasanya dia akan semakin membuat sang kakak menaruh benci yang sangat besar.

Sedih sekali. Mungkin dia adalah adik yang tidak diinginkan. "Dek, kamu nanti pulang jam berapa?" Ibunya bertanya.

Mook mengetahui mimik sendu sang putra bungsu, setelah menyelesaikan acara sarapan pagi dan tengah disusun oleh para pekerja ia bertanya untuk mengambil alih perhatiannya kembali. Anaknya seperti sedang memikirkan sesuatu, Mook tahu sang anak tengah sibuk dengan segudang tugas yang tidak ada habisnya. Frank memang sering mengeluh, terkadang Mook juga ikut membantu agar bebannya sedikit berkurang.

Namun dari wajah Frank, ia terlihat berpikir keras dan melayang jauh dari sini.

Tawan ikut memperhatikan dengan melirik ponselnya, Win yang masih mengunyah acuh tak acuh memandangnya.

"Ma nanti malam aku nginap dirumah teman, tidak pulang."

"Teman siapa?" sambar tawan cepat, nadanya sarat akan kehangatan dan kekhawatiran seorang ayah terhadap anaknya.

Ia perlu tahu siapa-siapa saja yang berteman dengan anaknya, alasannya, agar tidak dipengaruhi buruk dan tidak membuat anaknya terjerumus tentang kenakalan anak muda sekarang. Tawan sangat mewanti hal itu tidak akan pernah menimpa anak-anaknya, terutama Frank. Anak bungsunya itu sangat rapuh, rentan dan mudah sekali untuk terjebak dilingkungan gelap.

Frank menjilat bibirnya, gugup, sang ayah sudah mengetahui temannya siapa saja hanya satu yang tidak dia tahu adalah; dia memiliki pacar seorang pria dewasa. Walau sebenarnya sudah hampir putus, Frank juga tidak ada niatan memberi tahu akan hal ini karena dia meragu tentang ayahnya yang mungkin saja tak menyukai sang anak gay.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Wrong Person At The Wrong Time (DrakeFrank) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang