Di sebuah sekolah menengah yang ramai, di mana suara tawa dan obrolan siswa menggema di setiap sudut, terdapat dua sosok yang sangat berbeda. Mark adalah seorang siswa yang ceria dan penuh semangat, dikenal di kalangan teman-temannya sebagai "seniman" karena bakatnya dalam menggambar dan melukis. Di sisi lain, Jeno adalah siswa yang lebih pendiam, terampil dalam matematika dan sains, namun memiliki kepribadian yang hangat dan perhatian. Meskipun mereka memiliki minat yang berbeda, sebuah ikatan kuat terjalin di antara mereka.
Suatu pagi di kantin sekolah, Mark duduk dengan teman-temannya, menciptakan sketsa di buku gambar. Saat itu, dia melihat Jeno duduk sendirian di sudut, tenggelam dalam buku catatannya. Tiba-tiba, terlintas di benaknya untuk mendekati Jeno. "Hei, Jeno! Mau ikut makan siang?" tawar Mark dengan senyuman lebar. Jeno menatapnya dengan sedikit terkejut, tetapi kemudian tersenyum dan bergabung.
Dari situlah segalanya dimulai. Mereka mulai menghabiskan waktu bersama, sering kali bertukar cerita tentang mimpi dan cita-cita. Mark sangat menyukai cara Jeno menjelaskan hal-hal sulit dalam matematika, dan Jeno sangat terpesona dengan kemampuan Mark dalam menggambar. Momen-momen kecil ini membuat mereka semakin dekat, tetapi Mark mulai merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan. Perasaannya tumbuh setiap kali mereka menghabiskan waktu bersama, namun dia tidak berani mengungkapkannya.
Satu hari di musim panas, saat sekolah mengadakan kegiatan outing ke pantai, Mark dan Jeno ikut serta dalam perjalanan itu. Di pantai, mereka bermain pasir, membangun istana pasir, dan tertawa bersama. Mark mencoba menggambar Jeno dengan latar belakang laut yang biru, dan saat Jeno melihat gambar itu, dia merasa terharu. "Kamu selalu tahu bagaimana menangkap keindahan," puji Jeno sambil tersenyum.
Setelah seharian bersenang-senang, mereka duduk di tepi pantai, menatap matahari terbenam. "Mark, kamu tahu tidak, aku sangat menikmati waktu kita bersama," kata Jeno, suaranya lembut. Mark merasa jantungnya berdebar. "Aku juga, Jeno. Kamu adalah teman terbaik yang pernah aku miliki," jawabnya, berusaha menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya.
Saat tahun ajaran baru dimulai, mereka kembali ke sekolah dengan semangat baru. Namun, ada sesuatu yang berbeda dalam diri Mark. Dia tidak bisa berhenti memikirkan Jeno dan perasaan yang semakin mendalam ini. Ketika mereka duduk di kelas, Mark sering mencuri pandang ke arah Jeno, memperhatikan cara dia berkonsentrasi saat guru menjelaskan pelajaran. Jeno yang tidak menyadari pandangan Mark, hanya fokus pada pelajarannya.
Satu hari, Mark merasa sudah saatnya untuk mengungkapkan perasaannya. Dia merencanakan sesuatu yang istimewa. Dengan bantuan teman-temannya, dia mempersiapkan sebuah kejutan untuk Jeno. Mark memutuskan untuk mengundang Jeno ke acara seni yang diadakan di sekolah, di mana dia berencana untuk memamerkan lukisannya yang paling berharga—lukisan tentang persahabatan mereka.
Saat malam acara tiba, Mark sangat gugup. Dia memastikan bahwa lukisannya sempurna, mewakili semua kenangan indah yang mereka bagikan. Ketika Jeno tiba, wajahnya bersinar. "Wow, Mark! Lukisan ini luar biasa!" seru Jeno, terpesona. Mark tersenyum, tetapi hatinya berdebar lebih cepat. "Terima kasih, Jeno. Tapi ada yang ingin aku katakan," katanya, suara Mark bergetar.
Ketika suasana menjadi tenang, Mark mengajak Jeno ke sisi lukisan. "Ini adalah kita, Jeno. Semua momen yang kita lewati bersama. Dan aku ingin tahu... apakah kamu mau lebih dari sekadar teman?" Tanya Mark, menatap dalam-dalam ke mata Jeno. Jeno terdiam, wajahnya memerah.
"Aku... aku tidak tahu harus berkata apa," jawab Jeno, tetapi kemudian dia menggelengkan kepalanya, "Tapi aku juga merasakan hal yang sama, Mark." Mark merasa seperti beban besar terangkat dari dadanya. Mereka saling tersenyum, dan saat itu, keduanya tahu bahwa perasaan mereka telah terbalaskan.
Sejak malam itu, hubungan mereka berubah. Mereka menjadi pasangan yang saling mendukung dan mencintai. Mark mengajarkan Jeno cara melukis, sementara Jeno membantu Mark dalam pelajaran matematika yang sulit. Setiap hari, mereka berbagi kebahagiaan dan tantangan, menjadikan momen-momen kecil sebagai kenangan berharga.
Satu hari, saat mereka belajar bersama di perpustakaan, Jeno tiba-tiba berkata, "Mark, aku ingin melukis sesuatu untukmu." Mark terkejut dan bertanya, "Untukku? Kenapa?" Jeno tersenyum. "Karena kamu telah mengubah hidupku, dan aku ingin memberikan sesuatu yang istimewa untukmu."
Beberapa hari kemudian, Jeno menunjukkan lukisannya kepada Mark. Itu adalah lukisan indah tentang pemandangan alam dengan dua sosok yang berdiri berdampingan. "Itu kita, di masa depan, selalu bersama," kata Jeno. Mark merasa terharu dan berjanji untuk selalu bersamanya.
Tahun berlalu, dan hubungan mereka semakin kuat. Mereka menghadapi banyak tantangan bersama, tetapi cinta mereka hanya semakin mendalam. Mark terus mengejar impiannya untuk menjadi seniman, sementara Jeno berhasil meraih beasiswa di universitas ternama untuk bidang teknik. Mereka saling memberi dukungan dalam setiap langkah perjalanan hidup.
Suatu malam, di bawah langit berbintang, Mark mengajak Jeno kembali ke tempat di mana mereka pertama kali mengungkapkan perasaan mereka. Dengan penuh harapan, Mark berkata, "Jeno, aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Aku tidak hanya mencintaimu, tetapi juga ingin menjadikanmu sahabat seumur hidupku."
Jeno menatap Mark dengan mata penuh cinta, "Aku merasa hal yang sama, Mark. Kamu adalah bagian terpenting dalam hidupku." Mark kemudian mengeluarkan sebatang cincin sederhana dan berlutut. "Maukah kamu menjadi pasangan seumur hidupku?"
Dengan air mata bahagia, Jeno menjawab, "Ya, aku mau!" Mereka berpelukan, merayakan cinta mereka yang telah tumbuh dan berkembang.
Akhirnya, Mark dan Jeno bukan hanya pasangan, tetapi juga sahabat sejati yang saling melengkapi. Mereka menjalani kehidupan dengan penuh cinta, terus menggambar masa depan yang indah bersama, menciptakan kisah cinta yang tak akan pernah pudar.
To be countine!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Stories
ФанфикLong story short [BXB] Note : Semua watak, karakter, maupun sifat semua tokoh dalam cerita ini sama sekali tidak berhubungan dengan kehidupan idol di dunia nyata. ~Terima kasih ~