Part 1 (Kaba): First Tragedy
Bab 1: Duka Kehilangan
"Giliranmu yang mengantar Ringo ke sekolah hari ini." Mara menatapku dengan tatapan memicing. Hanya dengan tatapan saja, Mara berhasil membuatku sadar telah melakukan kesalahan besar.
"Sorry, ada masalah dengan rekaman semalam di studio."
Mara bersedekap. Wajahnya yang ayu bisa berubah dingin dan menyeramkan jika sedang marah seperti ini. Wajar dia marah. Sejak awal, aku dan Mara sudah berjanji untuk saling berbagi tugas terkait Ringo, putra semata wayang kami. Termasuk tugas antar jemput ke sekolah. Seringnya pekerjaan yang tidak mengenal waktu membuatku terpaksa mangkir dari tanggung jawab dan Mara selalu ada untuk membereskan semua kekacauan yang kuperbuat.
She's the greatest wife of all time.
"Jangan lupa buang sampah sekalian."Mara menunjukku dan wajahnya masih terlihat tegas.
Aku memeluknya. "Siap, Bu Bos."
Di pelukanku, Mara tertawa. Wajahnya yang tadi dingin, kini berubah hangat. Matanya yang membentuk garis saat tersenyum menjadi salah satu alasanku jatuh cinta kepadanya.
She's my first love. Jatuh cinta pada pandangan pertama itu benar adanya. Aku membuktikannya langsung pada Mara, saat berkenalan dengannya ketika kami sama-sama mengenakan seragam putih abu-abu.
Cinta itu masih ada sampai sekarang, di tahun kedelapan pernikahanku.
Aroma manis yang menguar dari tubuhnya menggelitik hidungku. Aku menghirup napas dalam-dalam untuk menyimpan aroma tersebut.
"Aku berangkat, ya. I love you." Mara menciumku.
Aku bersandar ke pintu saat Mara dan Ringo bergandengan tangan menuju mobil. Aku bergeming di tempat, menatap ke satu titik tempat Mara dan Ringo berada. Perlahan, mobil tersebut meningalkan pekarangan rumah.
Saat berbalik, sekilas aku melihat cahaya putih yang begitu terang, sampai menyilaukan mata. Aku kembali memutar tubuh dan mencari-cari mobil yang membawa istri dan anakku. Namun aku tidak menemukannya.
Cahaya putih menyilaukan itu menelan mobil yang membawa anak dan istriku.
Lalu, kegelapan menguasaiku.
Gelap dan pekat.
Napasku sesak. Rasanya ingin berlari agar keluar dari kurungan kegelapan ini. Namun mataku tidak melihat adanya jalan keluar. Kegelapan ini semakin pekat, kian menenggelamkanku. Aku menatap ke segala penjuru,berharap ada setitik cahaya yang bisa menuntunku.
"Kaba, ayo bangun." Samar, aku mendengarkan suara Mara.
Mara? Kenapa dia bisa sda di sini? Bukankah dia seharusnya mengantarkan Ringo ke sekolah?
"Mau sampai kapan kamu seperti ini?" Lagi, aku mendengarkan suara Mara.
Cahaya putih menyilaukan membuatku refleks menutup mata menggunakan tangan. Dari balik lengan aku berusaha menyesuaikan mata dengan cahaya yang tiba-tiba menerangi.
Di depanku, aku melihat mobil yang dikendarai Mara. Tiba-tiba saja aku berada di pinggir jalan. Keadaan jalan yang ramai membuatku panik. Aku melihat sekeliling dan tertumbuk pada mobil yang melaju kencang.
"Mara," jeritku.
Mara berada di depan mobil yang melaju kencang. Dia berada dalam bahaya. Aku berusaha mendekati, tapi seolah ada yang memaku kakiku di tempat. Aku berteriak, tapi telingaku sendiri bahkan tidak bisa menangkap teriakan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ex Crash (Buku Ketiga STORM Series)
ChickLitBREAKING NEWS: Kecelakaan Tragis Menewaskan Istri Drummer STORM ** Sebuah kecelakaan tragis membuat Kaba menarik diri dari spotlight. Untuk menyembuhkan luka, Kaba bersembunyi di sebuah villa yang tenang di Bali. Rhea meninggalkan Jakarta dan semua...