19

391 9 0
                                    

jangan lupa vote nya

tandain typo

***

zayn memainkan jari jarinya akibat gugup, ia menunduk dalam, takut di tatap oleh papa dan papi nya,kamar sang papa sangat mendukung aura saat ini,ber cat warna hitam, tentu saja menambah aura dingin di sini.

Brian ayahnya? ia sedang duduk diam menatap datar,entah apa yang ada di hati brian,tatapannya terhadap zayn sangat tidak bersahabat.

"zayn, apa benar kau selalu melewatkan sarapan pagi ketika ingin pergi ke sekolah?"tanya riyader dengan bersedekap dada.

"i-- ya"jawab zayn gugup mengangguk lemah.

"kenapa?"tanya nya lagi.

" tidak ingin terlambat "tentu itu bukan alasan yang sebenarnya.

riyader tersenyum tipis "ya mungkin itu bisa kau buat alasan zayn, tapi papa tidak sebodoh itu"

"apa maksud papa?"

"sarapan tidak menghabiskan waktu banyak zayn,sesudah sampai di sekolah pasti masih ada waktu banyak,dan kau lupa? oma mu sendiri yang mempunyai sekolah itu"

zayn sangat tidak tenang sekali, ia tidak bisa berpikir jernih sekarang.

"apa lagi yang akan kau elak?"bukan perkataan riyader tapi rayyan yang sedati tadi diam menyimak.

"ti- "

ceklek...

suara pintu di buka mengalihkan perhatian mereka, zayn yang baru akan membuka suara pun ikut teralihkan ke arah pintu yang di buka.

"kenapa kau masuk zahran"ucap riyader kenapa anak adiknya itu, yang datang adalah zahran, tidak ada angin tidak ada hujan, tiba tiba membuka pintu.

zahran menggeleng "hanya ingin, tentu bukan aku saja yang kesini, yang lainnya juga"zahran membuka pintu lebih lebar, ternyata semuanya ada di belakang zahran.

riyader memijit pelipisnya "ya ampun, kenapa sadari tadi tidak di ruang keluarga saja,kamarku bukan penampungan, ayolah"

"hey apa yang kau katakan riyader!"diana melangkah dan duduk di dekat zayn.

"ckk ma, kau juga? ya ampun "riyader berdecak pelan.

"ada masalah?"tanya sang mama menaikan satu halisnya.

"tidak ma, sudah lah,lupakan,kalian duduk dulu"

"kamar mu seram riyader, tambahkan lah sedikit warna pink agar tidak terlalu seram"diana melihat setiap sudut sudut ruangan riyader, semuanya berwarna hitam.

"ma, tidak dengan warna pink juga"ucapnya memandang sang mama datar, mana bisa begitu, ia tidak mau.

zellfin menatap datar pembicaraan di depannya, tujuannya ingin melihat papa nya mengintrogasi zayn, tapi sesudah ke sini mlah berganti topik.

" sudah lah mari kita lanjut mengintrogasi bungsu itu"ucapnya menatap datar zayn yang berada di topik.

"tidak apa apa, lanjutkan saja"zayn memandang mereka dengan senyum tipis.

Zayn Zhafir (hiatus sementata) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang