O1

27 4 8
                                    

Menurut orang-orang di luar sana hidup sebagai satu-satunya putra dan cucu laki-laki di dalam keluarga besar Arkatama mungkin bisa di bilang menjadi impian semua orang, meskipun nama belakang keluarganya tersebut tidak turut termasuk ke dalam 3 nama orang terkaya di Indonesia namun perusahaan keluarga yang sudah memiliki cabang di mana-mana bahkan beberapa bekerja sama dengan pihak luar membuatnya tidak bisa di pandang sebelah mata. Banyak orang yang ingin menjadi seorang Asa Wonwoo Arkatama dengan masa depan yang sudah menjanjikan kehidupannya untuk kedepannya akan seperti apa tanpa harus merangkak dari titik terendah seperti orang-orang yang bahkan tidak pernah tahu kapan akan sampai ke titik puncak, namun di balik itu semua ada sesuatu yang tidak semua orang ketahui yaitu bayaran atas hidupnya sebagai seorang Arkatama yang harus siap berdiri dalam kesempurnaan tanpa celah sedikitpun yang memungkinkan untuk merusak segalanya yang kakeknya bangun dari nol tersebut...

Wonwoo di haruskan hidup dalam kesempurnaan itu mau tidak mau suka tidak suka, selama 17 tahun kehidupannya semua hal telah orangtuanya susun dengan rapih untuk dirinya jika Wonwoo lengah sedikit saja maka Wonwoo jugalah yang harus menyusunnya kembali meskipun harus di barengi dengan rasa sakit atau tangis darah sekalipun. Keluarganya tidak pernah suka akan kegagalan meskipun itu hal kecil sekalipun, itulah yang harus Wonwoo pegang dalam point utama kehidupannya. Maka dari itu, Wonwoo tidak bisa menikmati waktunya sebagaimana anak-anak seumurannya melakukan aktifitas di luar jam sekolah seperti bermain atau menghabiskan waktu akhir pekan bersama teman-teman sebayanya. Sebagian waktunya di habiskan untuk belajar di kamarnya..

Tuk!

Tuk!

Suara krikil terdengar membentur kaca jendela kamar miliknya, Wonwoo yang tengah mengulang apa yang di pelajarinya di sekolah pun bangkit lalu berjalan menghampiri jendela kamarnya dan menemukan seseorang dengan setelan training hitam dan Hoodie dengan warna senada itu tengah tersenyum hingga menampakkan gigi rapihnya. Wonwoo hanya memutar matanya malas melihat kelakuan orang sebayanya itu..

"Aku tandain mukamu kalo sampe kaca jendelaku pecah ya, Gala"

Mingyu meringis sambil menggaruk tengkuknya yang Wonwoo yakini tidak gatal itu, "Maaf, lagian ini malem minggu ngapain diem di rumah coba? Aku telpon juga gak di angkat-angkat, sibuk bener kencan sama buku buku ngebosenin itu kayaknya"

"Hpku lagi ku mode silent"

Kini giliran Mingyu yang memutar matanya malas, "Hadeh.. keluar yuk, gak pusing apa liatin buku mulu"

Jika saja ada orangtua Wonwoo sudah di pastikan Mingyu tidak akan berani melakukan hal seperti ini, bersyukurlah orangtuanya sedang berada di luar kota selama 3 hari kedepan. Jika sebagian teman-teman sekolahnya menganggapnya sebagai kutu buku berwajah dingin yang membosankan juga sombong karena jarang berinteraksi dengan yang lain beda halnya jika sedang bersama mingyu yang mana dia akan menjadi Wonwoo si kucing penurut meskipun tetap dengan sifat galaknya..

Lagi pula ini sudah jam setengah 9 untuk apa Mingyu mengajak keluar?

"Ya udah tunggu"

"Pake jaket, Cing!"

"Bawel!"

Mingyu terkekeh melihat ekspresi garang yang Wonwoo perlihatkan namun menurutnya itu adalah ekspresi imut yang mana membuatnya candu untuk terus menggoda sahabatnya itu terus menerus. Tak butuh waktu lama Wonwoo sudah keluar dan menutup pintu pagar rumahnya, Wonwoo juga sudah pamit ke bibi dan paman penjaga rumah jika akan keluar bersama Mingyu..

"Mau kemana sih?"

"Jalan-jalan aja sekitar sini, menghirup udara segar.. refreshing biar gak mumet liat buku mulu" Ujar Mingyu sambil memakai kupluk Hoodie warna Navy —Hadiah Ulang tahun dari mingyu— yang Wonwoo pakai tidak lupa mengikat longgar tali Hoodie tersebut. Wonwoo hanya diam menerima perlakuan mingyu seperti biasanya..

(OnGoing) SandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang