Indagis

65. Kemunculan Ifrit (7)

Pada awalnya, aku hanyalah seorang pria yang tampak tak peduli dengan siapapun. Aku hanyalah seorang preman yang kerjaannya hanya merugikan masyarakat.

Merampas dan merampok orang hanyalah hal yang biasa kulakukan pada masa itu. Aku tidak peduli dengan segala penderitaan yang mereka rasakan, yang terpenting adalah aku bisa hidup enak tanpa perlu bekerja keras.

Aku juga memiliki kemampuan untuk melihat dan berinteraksi dengan mahluk gaib. Tapi aku sama sekali tidak tertarik untuk melakukan pesugihan atau semacamnya.

Kukira seumur hidupku aku hanya akan menjadi pria yang seperti itu. Hingga pada akhirnya, seorang wanita yang sangat baik telah mengubah sudut pandangku terhadap dunia.

Gadis itu bernama Linda, awalnya ia datang padaku hanya untuk memintaku berhenti berbuat jahat. Tapi siapa juga yang mau disuruh-suruh oleh orang yang bahkan tak kukenal.

Hingga akhirnya aku pun mengusirnya, dan berharap gadis itu tak muncul lagi.

Tapi, Linda terus menerus kembali padaku dan membujukku untuk menghentikan segala perbuatan jahatku.

Awalnya perilakunya itu kuanggap sebagai hal yang mengganggu. Tapi perlahan, ketulusan hatinya telah menggugah hatiku.

Ia adalah satu-satunya orang yang tampak peduli padaku. Ketika aku terluka karena dipukuli orang akibat perbuatan jahatku, ia dengan sabar mengobati lukaku.

Awalnya aku heran mengapa ia begitu baik padaku, tapi ia bilang bahwa aku akan memiliki takdir besar di masa depan nanti.

Seiring waktu, perasaan cinta pun terus bertumbuh dalam hati kami. Hingga akhirnya aku dengan Linda pun menikah.

Saat itulah tujuan hidupku pun berubah, aku bertekad untuk membahagiakan keluargaku apapun yang terjadi.

***

Belakangan ku ketahui, bahwa Linda merupakan seorang Indigo, yaitu orang yang mampu melihat dan berinteraksi dengan mahluk gaib sepertiku.

Tapi Linda bilang, bahwa aku itu berbeda. Aku memiliki hal spesial yang tak dimiliki Indigo lainnya.

Meskipun aku dan dia hidup secara sederhana, tapi hidup kami bahagia. Hingga maut pun menjemputnya saat ia melahirkan Putraku, Bhadrika.

***

Berkat penelitian yang ia lakukan, aku jadi mengerti soal silsilah keluargaku sebagai seorang Indagis.

Meskipun dari yang ku pelajari bahwa Indagis itu memiliki tanggung jawab yang besar. Tapi aku mengabaikan itu semua, aku mengabaikan segala nilai moral yang telah Linda ajarkan. Aku kembali menjadi seorang pria yang egois demi membahagiakan putraku apapun caranya.

Hingga akhirnya seorang pria tua bernama Chandra datang padaku.

"Bertobatlah, maka aku akan membantu kehidupanmu dan juga orang-orang terdekatmu!" Ucapnya.

Namun aku mengabaikan segala nasehatnya. Meskipun pria itu berulang kali datang padaku, tapi aku selalu mengabaikannya.

Hingga suatu hari, aku bertemu dengan seorang Indriya yang bernama Maya.

Awalnya aku menganggapnya sebagai gadis yang naif dan bodoh. Namun nasehat yang ia keluarkan entah kenapa selalu berhasil menyentuh hatiku. Sama seperti yang pernah Linda lakukan padaku dulu.

Aku merasa, apa yang Maya ucapkan ada benarnya juga. Aku selalu berusaha membahagiakan roh Bhadrika dengan caraku sendiri, tapi aku tak pernah berpikir apakah caraku ini benar-benar telah membahagiakannya atau tidak.

Aku juga mengerti akan perasaan gadis itu saat ia merasa tidak berguna bagi orang terdekatnya. Sama seperti perasaan yang kurasakan di saat kematian dua orang keluargaku.