13

258 28 5
                                    

Segala sesuatu pada malam itu tampaknya berputar dengan kecepatan tinggi.

Dengan alunan musik elektronik yang memekakkan telinga, lampu warna-warni yang berkelap-kelip di sekelilingnya, dan minuman keras yang kuat di dalam tubuhnya, Book merasa sangat gembira hingga hampir gila. Namun, dalam arti tertentu, kegilaan ini juga bersifat jernih.

Perceraian bukanlah akhir.

Tetapi awal kehidupannya yang baru pada malam ini.

Rasanya seperti mendorong pintu besar hingga terbuka.

Sebelum mendorong pintu ini hingga terbuka, ia masih tak dapat melepaskan diri dari kehidupan suram dan konvensionalnya sebelumnya.

Namun setelah mendorong pintu ini hingga terbuka, dia merasa terlahir kembali.

Dia dibebaskan—

Betapa romantisnya dua kata ini.

Dia secara pribadi membongkar tembok tinggi yang dibangun karena kepengecutan dan penghindaran, melepaskan diri dari penjara yang telah mengurungnya selama satu dekade, melihat dunia nyata, menyaksikan luasnya langit dan bumi, dan melihat pemuda berlari ke arahnya di ladang gandum.

Dia adalah seseorang dengan alam liar tak terbatas di dalam hatinya.

Book menari dengan kacau, bersandar pada Force.

Force menundukkan kepalanya, mencondongkan tubuhnya ke telinga Book, dan berkata, “Kau tidak tahu caranya menari.”

“Kau terlihat seperti jerapah dengan pegas—”

Force berkata, tidak dapat menahan tawa pelan. “Melompat-lompat.”

Book segera berhenti memantul.

Tersipu, dia melingkarkan lengannya di leher Force, berdiri berjinjit untuk mencapai telinga Force, dan terkesiap, "Jerapah ini menyukaimu Jirat."

Dia tidak pernah begitu norak, begitu noraknya sampai-sampai ujung jarinya terasa seperti tersengat listrik.

Wajahnya terbakar, mungkin karena alkohol atau mungkin karena mereka terlalu dekat, dan dia bisa mencium bau feromon di tubuh Force.

Aroma Force seratus kali lipat, seribu kali lipat lebih harum daripada bourbon yang baru saja dikonsumsinya.

Mata hitam pekat Force menatapnya, lalu dia menarik napas dalam-dalam.

“Ayo pergi.” Ucapnya sambil tiba-tiba meraih pergelangan tangan Book dan menarik mereka keluar.

Keduanya bergegas mencapai bar untuk mengambil sesuatu untuk diminum, dan Book teringat bahwa ia membawa tas kain ramah lingkungan yang tidak pada tempatnya.

Saat itu, banyak busa putih tebal mulai jatuh dari atas, mendarat di wajah dan bahu orang-orang—

Seluruh lantai dansa menjadi bagaikan mimpi, seakan tenggelam dalam bak busa raksasa.

Penonton pun langsung heboh dan teriakan pun bergema tiada henti.

Tiba-tiba Book juga ingat bahwa banyak orang menyebutkan sesuatu tentang malam berbusa sebelum datang.

Dia dan Force berhenti sejenak.

Dia mendongak, memperhatikan busa putih bersih yang jatuh lembut ke dahinya, sambil menutup matanya pelan.

—Itu sungguh indah.

Hingga mereka berdua keluar dari Zeus dan berdiri di jalan, dada mereka masih terasa geli seperti yang dirasakan beberapa saat yang lalu.

✅[BL]Last Love (ForceBook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang