"Aw" Ringis Sasmaya yang tengah mencatok kukunya, namun ... Terlalu dalam, itu sebabnya dia meringis kesakitan, sedikit.
"Aduh kayaknya kedaleman deh ..." Desah Sasmaya melihat kini kukunya terlihat sangat dangkal karena dia mencatok nya terlalu dalam.
Sasmaya mengenal nafas cepat. "Dahlah, dah biasa, nanti juga numbuh sendiri," Ucap Sasmaya Enteng.
Sasmaya tidak tahu cara kerja masa depan seperti apa, dan bagaimana nasib nya ke depan.
Sasmaya Suci Nareswari, seorang gadis berusia 21 tahun, dia sekarang menjadi seorang mahasiswi dkv di University of Rasi semester empat mungkin sekarang.
Gadis yang punya penampilan unik di banding muslimah lainnya, dia punya gaya hijab yang agak aneh atau mungkin unik, hijab nya bisa bermacam-macam bentuk, seperti contoh nya sekarang dia mengenakan hijab yang di kepang.
Biasanya rambut yang di kepang, ini malah hijab yang ia kepang, entah apa yang ada di otak anak dkv satu ini, memang ya. Hah ... Anak dkv mikirnya udah 4D sama kayak Sasmaya ini.
Sebelum pergi ke universitas, Sasmaya menyempatkan diri mengunjungi kakek nya yang kini tengah di rawat di rumah sakit.
Sasmaya POV.
Rumah sakit ... Ini sudah jadi rumah kedua ku, aku sering mengunjungi nya karena aku sangat ingin bertemu dengan orang yang ku sayangi.
Dia adalah ... Kakek ku.
Dia lah yang sudah membuat ku bebas dari kekangan orang tua ku.
Orang tua ku ... Ingin aku kuliah yang berhubungan dengan berjasa pada masyarakat.
Contoh kecilnya mungkin ; dokter, guru, dan bisnis.
Kenapa ketiga itu pilihan nya? Dan bagaimana aku bisa berakhir di jurusan yang ku idamkan.
Ayah ingin aku kuliah kedokteran, karena dari kami belum ada yang menjadi dokter. Aku punya tiga saudara : Kakak laki-laki, aku dan adik perempuan ku.
Kakak laki-lakiku memilih jurusan bisnis, dia punya bisnis dan membuka lowongan kerja untuk orang-orang yang membutuhkan, berjasa bukan?
Haudy, adik perempuan kecilku yang sekarang kini sudah SMA, dia di tuntut menjadi guru, dan kurasa dia mengalir saja, maksudnya nurut dan manut aja.
Sebelum nya aku yang di suruh untuk menjadi guru, ayah ingin aku meneruskan salah satu cabang sekolah nya yang terletak di Rasimalaya.
Lalu ayah meminta, jika tidak jadi guru dia menawarkan ku untuk menjadi dokter. Woah emang ayah ku ini ngelunjak, emang beliau gak tahu kapasitas otak ku kayak gimana.
Ets ... Tapi berkat kakek ku, aku bisa menghindari semua keinginan ayah, aku sedikit merasa bersalah, tapi yah begitulah.
Dan saat itu aku jadi semakin dekat dan membuka diri pada kakek, sebelum kita tak pernah bertatap muka sama sekali, beliau terlihat tegas di sudut pandang ku semasa aku kecil.
Tapi ternyata kakek adalah orang yang hangat dan tak pemaksa, tapi aku tahu hubungan ayah dan kakek semakin merenggang karena ku.
Maaf aku egois yah, tapi jika aku nurut aku malah takut mengecewakan mu.
Sekarang ayah masih berpegang kukuh dengan tekad nya.
Bahkan kini ayah sedang membangun rumah sakit di kota ini, dan menjadi donatur di rumah sakit yang sedang kakek tempati.
Semua pekerjaan kakek, sekarang ayah yang lakukan. Mungkin itu bentuk kepeduliannya pada kakek, ternyata tidak, beliau hanya ingin kesempatan itu yang tak boleh di sia-siakan, kesempatan untuk mengendalikan segala hal.
Apakah aku tinggal diam saja, tentu saja tidak, aku sekarang menjadi mata-mata untuk kakek.
Sedikit demi sedikit aku memperhatikan pekerjaan ayah, jika ada sesuatu yang mencolok dan mungkin menganggu perinsif kakek ku, aku akan memberitahu kakek.
Dan apa reaksi kakek. Kakek hanya tersenyum dan sambil terkekeh kecil, aku benar tak tahu, apakah kakek se pasrah itu?
Setelah itu kakek mengalihkan pembicaraan, dan meminta ku duduk di tempat duduk tepat di samping nya.
Kami tidak berbicara apa-apa, hening. Kami tidak jago mengungkapkan kata-kata, tapi entahlah meski keheningan itu menyelimuti kami, itu malah membuatku tenang.
Kadang aku menemanimu kakek sambil mengerjakan tugas dkv ku, itu sedikit mengurangi rasa stress ku, bukan berarti kita tak berbicara satu kata pun.
Ada waktu di mana aku memberanikan diri memberikan hasil karya ku, dan kakek tersenyum, senyuman yang manis di pandang.
Aku jadi gatal ingin menggambar raut kakek yang menggemaskan seperti itu.
Senyuman nya benar-benar bisa merubah perasaan ku yang tadinya buruk menjadi lebih baik.
...
Sedikit lagi aku akan sampai ke ruangan kakek di rawat, aku mungkin akan sedikit terlambat karena aku berjalan agak pincang.
Kuku yang ku catok perlahan malah semakin menyakitkan, membuatku kesulitan saat sedang berjalan.
Tapi karena aku punya langkah yang cepat, aku tidak terlalu banyak menghabiskan waktu, hanya saja semakin aku melangkah jempol kuku ku juga menyamakan irama dan semakin irama nya cepat, jempol ku semakin nyeri. Apalagi aku menggenakan kaos kaki, dan aku tidak tahu bagaimana keadaan kuku sekarang, terbelenggu.
Clak!
Aku membuka pintu ruangan bernomor 001. Salah satu ruangan VIP dan lokasinya cukup strategis, aku bersyukur, setidaknya tuhan menitipkan anugrah yang membuatku tak kerepotan menjalani hidup ku.
Karena itu aku tak terlalu sering mengeluh, dan begitulah konflik orang kaya, pasti selalu sama seperti di sinetron, kalian pikir saja sendiri.
Tuhan tahu aku serakah, tapiaku tak berhenti berdoa padanya, agar orang-orang terdekat ku selalu dalam keadaan sehat dan di mudahkan dalam menjalankan hidup nya.
Aku membuka pintu, dan melihat kakek sedang berbincang dengan seorang 'pria' mungkin.
Dia terlihat tidak muda, tapi terlihat tidak tua juga. Mungkin aku akan memanggilnya pak.
Dia berbicara ramah dengan kakek ku, dan kurasa kakek menyukai nya, aku tidak pernah melihat senyum kakek se mengesankan itu.
Seperti senyuman seorang ayah yang bangga pada anak laki-laki nya.
Berpikir positif saja, mungkin kakek merindukan ayah, lalu pria itu mengingatkan nya pada ayah.
Hingga aku bertanya-tanya bagaimana Hubungan kakek dan ayah sebelum nya, bagiku hubungan mereka rumit dan sulit di deskripsikan. Aku hanya berharap mereka baik-baik saja.
Mata kami bertatapan, (Aku dan pria asing itu) Dan kakek pun menyadari kehadiran ku.
Aneh rasanya aku tak merasa asing dengan pria itu.
Pertama kali yang kulihat hari itu adalah, rambut nya yang berwarna ungu mencolok dan mata berwarna biru yang menarik perhatian ku, aku yakin kita saling bertatapan lewat dari satu menit.
Hingga dia, pria itu mulai tersenyum kepadaku, mungkin baginya itu seperti senyuman yang akan berpikir kalau aku menganggap nya adalah senyuman lembut yang ramah.
Ohk big no.
Aku merasa langsung aneh, kenapa dia bisa tersenyum dengan lebar seperti itu, sebelah mataku bergerak naik turun sangat cepat, satu ma
ta ku itu bergetar mungkin agak sedikit geli melihat senyuman itu.
Tapi kenapa harus aneh?
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Rival To Partner ( Wacaku )
Teen FictionPOV Sasmaya : Rasimalaya tempat yang dulu ku anggap membosankan, tapi kini kota itu membuatku sedikit berpikir berbeda karena kehadiran sosok yang bisa di bilang cukup "percaya diri" itu lah ciri khas nya, suka semena-mena pada orang, tidak kurasa d...