•••
Bangkok Hospital, 19 April 2024.
Nunew berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan langkah gontai dan perasaan yang campur aduk.
Air mata sudah membasahi pipinya sejak pertama kali dia mendengar kabar naas ini.
Ketika Nunew mendapatkan panggilan telepon dari rumah sakit bahwa Ibunya kecelakaan, tanpa berpikir panjang lagi, dia langsung segera pergi meninggalkan pekerjaannya, tidak peduli dengan apapun konsekuensi yang akan dihadapinya nanti.
Langkahnya terhenti tepat didepan ruangan ICU tempat Ibunya berada. Nunew hanya bisa diam mematung saat melihat tubuh Ibunya yang terbaring tak berdaya disana, terkungkung dengan segala macam bentuk selang yang masuk melalui bagian tubuhnya.
Dari balik kaca pintu ruangan tersebut, Nunew hanya bisa menangis terisak dalam diam sambil menutup mulut dengan kedua tangannya, berusaha untuk tidak mengeluarkan suara sedikitpun.
Tak lama kemudian, seorang Suster keluar dari ruangan tersebut, "Anda keluarga dari Ibu Kannika?"
Nunew mengangguk mengiyakan seraya menghapus air matanya, "Saya anaknya. Bagaimana keadaan Ibu saya, suster?"
"Silakan ikut saya ke ruangan dokter. Biar dokter saja yang menjelaskannya." Jawab suster tersebut.
Lantas Nunew pun mengikuti langkah sang suster menuju ruangan dokter yang dimaksud.
Separah apa kondisi Ibunya sehingga suster saja tidak dapat langsung menginformasikan padanya?
Ada bayangan ketakutan yang melintas dalam benaknya. Segala kemungkinan buruk mulai berkecamuk tanpa henti di dalam kepalanya.
Dan sesuai dengan dugaannya, hatinya langsung mencelos ketika mendengar penjelasan dari dokter.
Ibunya mengalami cedera kepala yang cukup parah, menyebabkan otaknya membengkak akibat trauma benturan keras, membuat Ibunya koma tak sadarkan diri.
Nunew hanya terdiam lemas mendengar penuturan sang dokter. Detak jantungnya berdegup kencang tak karuan, telapak tangannya terasa dingin menandakan bahwa dia mukai dilanda rasa cemas.
Bahkan ucapan dokter yang memberinya harapan pun tak mampu menenangkannya lagi. Dia sangat takut kehilangan Ibunya.
"Baik, kalau begitu terima kasih, dok."
Setiap langkah terasa menjadi lebih berat ketika Nunew keluar dari ruangan dokter. Dadanya begitu sesak setelah mengetahui kondisi Ibunya yang kritis.
Sejak tadi ponselnya terus bergetar, namun dia sudah tidak memiliki energi untuk melakukan apapun, bahkan untuk sekedar membuka ponselnya saja dia enggan melakukannya.
Nunew pun kembali duduk pada kursi yang berada di depan ruangan Ibunya. Dia menghela napas panjang sambil menyandarkan punggungnya pada tembok. Sekarang apa yang harus dilakukannya?
Nunew terdiam selama beberapa saat.
Pikirannya melanglang buana terpecah belah. Benaknya kembali memutar memori saat Ibunya pamit untuk pergi keluar kota selama beberapa hari untuk bekerja. Jika tau semuanya akan berakhir seperti ini, dia tidak akan mengizinkan Ibunya pergi.
Namun nasi sudah berubah menjadi bubur. Nunew tidak dapat melawan takdir. Sekarang yang hanya bisa dia lakukan hanyalah menunggu Ibunya bangun dari koma.
Tak lama, seakan baru terpikirkan olehnya, Nunew baru teringat kalau dia belum mengurus administrasi untuk Ibunya. Dia benar-benar melupakan hal yang satu itu, apalagi barusan dokter maupun suster tidak menyinggung perihal biaya sama sekali padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temporary (ZeeNunew)
RomanceLambat laun Nunew semakin merasa kehilangan dirinya sendiri. Kehidupan baru yang awalnya membuat Nunew terlena, kini perlahan berubah menjadi belenggu yang menyakitkan dan meyisakan kehampaan dalam dirinya.