11. Birthday Cake

1.1K 203 100
                                    

Chapter sebelumnya apakah berhasil bikin kamu gerah?
😭😭🤣

***

Kelopak mata Anjani merenggang perlahan, praktis memicing begitu sinar mentari yang menembus kaca jendela menerjang penglihatannya. Anjani kembali memejam, berniat ambil lima menit lagi untuk tidur, tetapi kejadian semalam tiba-tiba menghambur ke kepalanya. Kilasan malam panas terputar kelewat jelas. Anjani sontak melotot dan beringsut mendudukkan diri. Refleks menengok ke samping, tetapi rasa lega langsung menyelimuti dada lantaran tak Anjani temukan Danu di sisinya. Perempuan itu mengembuskan napas sambil usap wajah. Dan begitu saja kesadarannya jatuh ke dalam lamunan. Sertamerta terbayang-bayang yang semalam, tuai rona merah di kedua sisi pipi. Anjani limbung lagi, meringkuk mendekap erat guling, membenamkan wajah ke bantal dan melepas pekikan tertahan.

"Tadi malem gue ngapain ...," gumam Anjani sembari menatap langit-langit kamar. Dirinya dan Danu benar-benar melakukan itu semalam, semalaman, sesuatu yang kemarin-kemarin bikin Anjani gemetar saat membayangkan. Masih terngiang-ngiang di telinganya, suara-suara tak senonoh yang penuhi sepenjuru kamar. Amat membekas di pelupuk mata, potret seulas seringai di kedua sudut bibir Danu saat Anjani menangis sebelum capai klimaksnya. Ah, gila. Anjani kepanasan lagi. Api itu kembali membakar sekujur badan. Ia pun lekas berguling ke kiri dan kanan demi mengenyahkan segala nista dari kepala. Ia enggan bertatapan dengan Danu karena pasti awkward banget.

Belum lihat wajah Danu saja Anjani sudah terbayang tampang usil Danu.

"Gue ngungsi dulu apa ya ke rumah Mama selama seminggu? Soalnya tiap lihat muka dia gue refleks inget yang semalem ... kan nggak lucu kalau lagi ngobrol biasa tapi pikiran gue malah ke mana-mana." Saking frustrasi dan senangnya, Anjani guling-guling lagi.

Sekitar lima menit Anjani melakukan yang demikian; kejang-kejang akibat euforia membuncah dalam dada. Tapi aksi gilanya langsung berhenti ketika derit pintu berbunyi dan sosok Danu kemudian terbingkai pandangannya. Tatapan Anjani dan Danu bertautan selama tiga detik, tapi Anjani segera memutus kontak mata, tarik selimut hingga ujung kepala. Danu melepas kekehan geli menyaksikan kelakuan malu-malu istrinya. Danu mendekat, lantas membawa diri duduk di tepian ranjang. Disibaknya selimut perlahan, tapi ada sedikit kendala sebab tangan Anjani menahan. Alhasil Danu ikutan berbaring miring, memeluk punggung perempuannya dengan hangat. Dapat Danu dengar suara cekikikan Anjani.

"Gue udah bikin sarapan, mau mam sekarang gak, Yang? Atau mau mandi dulu? Yuk, gue bantuin kalau lo mau bersih-bersih dulu," bisik Danu yang disambut keheningan panjang. Danu mendusel-duselkan wajahnya ke kain selimut di bagian tengkuk Anjani-nya. Bersih-bersih yang Danu maksud tuh bukan membersihkan kotoran sisa pergumulan—yang satu itu sudah ia lakukan satu jam setelah sesi bercinta selesai—tapi murni mandi. Sikat gigi dan lainnya. Namun, tanya Danu tak kunjung dapatkan sahutan. "Yang?"

Anjani diam bukan karena budeg, dia bisa dengar Danu dengan jelas kok—jelas banget malah karena bibir Danu berada tepat di tengkuknya. Ia dapat merasakan gerak bibir Danu di sana, mengecupinya berulang kali dari luar selimut. Anjani bukannya ogah jawab, tapi lidahnya mendadak kelu. Sesuatu kayak nyangkut di tenggorokan, bikin seret. Apalagi saat Anjani mendengar Danu meletakkan panggilan baru di kalimatnya, itu apa maksudnya, ya?

Yang?

Yang Mulia, kah?

Enggak, enggak, becanda. Anjani tahu maksudnya tuh sayang. Karena tahu, makanya ia kini mati kutu. Kelewat senang hingga kepalanya tak mampu merangkai kata. Alhasil ia bungkam meskipun Danu terus memanggilnya.

"Anja?"

Anjani bergumam, akhirnya.

"Ada yang sakit, ya? Pas pipis masih kerasa sakit?" Danu merasa sudah keterlaluan semalam, terlalu lama membagi nikmat di ranjang hingga Anjani mengeluh perih ketika buang air kecil. "Anja, say something dong?"

SweetliesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang