Arthur kini sampai di parkiran gedung pencakar langit milik papanya. Dengan tergesa ia keluar dari mobil menuju ruangan sang papa. Meninggalkan sopir yang terheran-heran dengan Arthur yang tak seperti biasanya. Walaupun pendiam dan minim ekspresi, tetapi Arthur biasanya sedikit hangat padanya yang sudah bekerja sejak Arthur belum ada di dunia.
⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️
Suara pintu yang dibuka kasar membuat pria di dalam menegakkan kepala. diangkatnya salah satu alis saat mendapati putranya menampilkan ekspresi berbeda.
"Ada apa hm?" Arthur masih diam, mencoba mengatur nafasnya yang tersendat, ia tak boleh menangis di depan papanya. Arthur itu bukan anak laki-laki cengeng atau sejenisnya. Namun setelah sehari mengenal Louise, hatinya langsung luluh hanya dengan menatap wajahnya. Lalu, kini tiba-tiba pikiran buruk temtang Louise yang tak suka dengan Arthur karena sikapnya kemarin masuk ke kepalanya. Sial, ia benar benar tak tahan untuk tak mengeluarkan air mata.
"Papa..."
Suaranya bergetar, Felix bahkan dibuat menahan senyum ditempatnya. Sudah lama sekali tak melihat putra kesayangannya menangis. Hanya diam dengan raut wajah datar. Padahal Arthur hanyalah anak yang baru menginjak kelas 7, namun tingkahnya tak seperti anak seusianya yang ceria. Felix rasa ia sudah melimpahkan kasih sayangnya kepada putra semata wayangnya. Namun sikap pendiam Arthur tak bisa hilang begitu saja.
"Louise...."
"A-aku membuatnya menjauh, hiks Papa".
"Jangan sampai Louise--"
Belum selesai Arthur menjawab, Felix memotong ucapannya. Rasanya Felix ingin tertawa ditempatnya. Ia sangat menikmati wajah menangis putranya. Jadi memberikan sedikit tambahan tak apa, kan?
"Louise ya?"
Arthur mengangguk dua kali dengan sesenggukan yang berusaha ia tahan, Sebenarnya ia malu, sangat malu. Tapi rasa tak tenang membuat hatinya tak nyaman. Jadi, mau tak mau ia terpaksa mengadu.
"Bocah laki-laki lucu yang kemarin kau tinggalkan tanpa sepatah kata?" Arthur kembali mengangguk. Sungguh, perasaannya buruk terhadap sang papa.
"Arthur, sepertinya bocah itu tak mau berteman denganmu, melihat sikapmu dari awal, bocah lucu itu pasti tak tahan."
Wajah Arthur pias seketika. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Bagaimana jika Louise memang menjauhinya?
Tidak tidak. Sejauh apapun Louise pergi, Arthur akan mengejarnya. Ia tak akan melepaskannya, apalagi membiarkannya lari"B-bagaimana bisa?"
"Lihatlah bagaimana sikapmu saat awal perkenalan Arthur, apakah selama di kelas kau menngajaknya bicara? kini gelengan arthur berikan, dengan wajah merana yang senantiasa ditampilkan.
"Maka terimalah konsekuensinya."
"TIDAK!"
"Tidak mau Papa, aku tidak mau."
"Papa hiks."
⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️
"Lou apa kau tak ingin pulang?"
"Dizon, jadi kau bermaksud mengusirku ya?"
"Astaga bukan itu maksudku, hanya saja kakakku akan kembali nanti malam."
Raut panik Dizon sedikit terlihat. Louise yang melihatnya tak paham maksud dari tatapan pemuda di depannya. Ia mengernyitkan alisnya, dengan kedua netra yang senantiasa melihat Dizon mondar-mandir di tempatnya.
Dizon hanya khawatir. Kakaknya, Dion Edbert. Ia merupakan pemuda yang mudah terobsesi dengan suatu hal yang menarik hatinya, Bukan soal cinta, karena itu adalah suatu hal yang tak dipercaya oleh kakaknya. Yang pasti, apapun yang Dion klaim sebagai miliknya, tak akan ia bagi. Apalagi Louise, Dizon khawatir bocah di depannya akan menjadi objek obsesi baru kakaknya. Jadi, sebelum hal itu terjadi, lebih baik ia berjaga-jaga.
"Kakakku menyeramkan jika sudah tertarik pada suatu hal."
"Dizon." Panggilan Louise membuatnya tersadar. Sial, sekarang sudah pukul 17:03. Hanya beberapa jam lagi kakaknya pasti akan tiba.
"Ya, ada apa?"
"Kakakmu..." Hening beberapa saat, Dizon masih menunggu lanjutan kalimat yang akan Louise katakan, hingga selanjutnya Dizon hanya bisa memejamkan mata sembari terus bersabar.
"Pedofil ya?" Cukup sudah. Dizon harus mengantarkan bocah ini pulang sebelum emosinya dipermainkan. Ia usap wajahnya dengan kasar, lalu bibirnya bergerak tanpa suara, mengatakan sesuatu yang tak mungkin Louise dengar.
"Louise sialan!"
gatau pls, ak bingung banget kehabisan ide😔😔
![](https://img.wattpad.com/cover/377901137-288-k70933.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BARREY (Hiatus)
General FictionTentang Louise Faine Barrey, anak laki-laki 12 tahun yang terjebak dalam sebuah keluarga hingga tak bisa menemukan jalan keluarnya. Mereka selalu memastikan Louise ada dalam jangkauannya, ditambah lagi dengan putra ketiga yang mengalami gangguan jiw...