MJ-1

14 1 0
                                    

"Le, beneran kamu nggak pingin ketemu sama tunanganmu?" Tanya sang ibu pada anaknya, dan hanya gelengan kepala yang sang ibu dapat.

Selalu aja begitu, ketika sang anak di tanya, apakah dia mau bertemu dengan tunangannya, selalu aja dia menjawab 'bu, ibu nggak perlu mempertemukan Shaka dengan tunangan Shaka Bu, Shaka ikhlas lahir batin dengan pertunangan ini, ibu tenang aja Yo Bu, Shaka bakal jaga perasaan Shaka buat dia bu'.

Hati orang tua mana yang tak haru mendengar jawaban seperti itu dari putra satu-satunya.

Bukannya apa, sang ibu hanya ingin mempertemukan Shaka dengan tunangannya, karena Shaka di jodohkan di umur yang masih 9 tahun. Sedang sang tunangan yg masih berumur 7 bulan di kandungan.

"Yo wes Bu, Shaka mau ke sawah dulu, udah di tunggu sama bapak"

Shaka terlahir dari keluarga yang sederhana dan juga harmonis. Tak di pungkiri kalau Shaka sangat menyayangi dan menghormati ke dua orang tuanya.

Saat di tengah jalan Shaka di kagetkan dengan 2 mobil sport yang tengah menghampirinya.

"SHAKA" teriak salah satu remaja jakung yang tengah menuruni mobilnya.

Shaka hanya tersenyum ramah saat mengetahui bahwa oknum yang tadi memanggilnya tidak lain adalah Fatih, teman semasa kuliahnya. Dan ya saat ini, Shaka hanya membantu sang bapak di sawah.

Ngomong ngomong soal bapaknya Shaka, Bapak Hary adalah seorang juragan tembakau di desanya, ladangnya ada di mana mana, tidak sedikit juga yang di sewakan untuk membantu para petani petani yang tidak mempunyai lahan untuk bercocok tanam.

"Lo mau kemana dah shak? Kok bawa cangkul segala" tanya Bagas yang baru sadar kalau yang di bawa Shaka adalah cangkul.

"Oh Iki, aku mau ke sawah, bantu bapakku"

"Lah, terus kita kerumah Lo siapa yang anter, kita kan lupa arah rumah Lo dimana" keluh bima pada Shaka.

"Owalah, kalian mau kerumahku to, tak kirain kalian mau jalan jalan aja" kekeh shaka setelah mendengar keluhan Bima.

"Yo wis ayo, ikuti aku dari belakang" ajak Shaka pada teman temannya

"Ka, mending Lo naik mobil gue aja, ga enak kalo Lo nya jalan kaki tapi kitanya naik mobil" Rico yang sedari tadi hanya diam, kini menyahuti saat Shaka mengatakan ingin berjalan kaki sedang dia dan yang lain naik mobil.

"Tenan gak Popo to Iki?" Tanya Shaka pada Rico, pasalnya ia tak enak hati kalau main numpang di mobil orang lain, ya walaupun mereka pernah berteman waktu masih menjadi mahasiswa.

"Santai aja ka, ya udah buruan naik"

2 mobil sport telah sampai di halaman rumah Shaka. Mereka pun menuruni mobilnya sambil membawa barang bawaannya masing masing, cukup banyak sih karena mereka menginap di rumah Shaka sekitar 2 bulan lebih, niatnya sih cuma 1 bulan, tapi setelah merasakan indahnya pemandangan pedesaan dan segarnya udara pedesaan, membuat mereka enggan untuk cepat cepat pulang ke kota.

Setelah cukup lama, pintu rumah terbuka, dan menampakkan wanita paruh baya yang kini tengah membawa selang dan alat alat menanam lainnya. Niatnya Sarah ingin menanam bunganya yang di beli tadi pagi, tapi setelah membuka pintu beliau di kagetkan dengan anaknya dan sekelompok anak muda lainnya.

"Bu, ibu masih ingat ora, Iki koncone Shaka, pas Shaka masih kuliah di kota dulu bu" tutur Shaka sambil mencium punggung tangan ibunya, dan di ikuti oleh ke 6 temannya.

"Yo wes lak ngono, temanmu Ndang di suruh masuk ae le, ibu masih mau nanam bunga dulu"

Setelah berpamitan dengan putranya, Sarah langsung menanam bunganya di taman sebelah rumah.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mas JawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang