13.

354 85 10
                                    

"Na

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Na."

"Cantik."

"Na, gue ada salah apa ya?"

"Cantik jawab dong."

"Ini pulang nya sama gue kan?"

"Na..."

Beneran deh, semua obrolan yang Rajevan lontarkan tidak ada satupun yang dia balas. Bahkan sekedar menolehkan kepala untuk menatap pun Nadikta tidak. Rajevan jadi frustasi sendiri, padahal dia udah ngikutin kata Arjuna yang nyuruh dia buat nurut kasih jarak sampai pulang.

Eh ini bel udah bunyi juga Nadikta tetep gak bisa diajak ngobrol.

Dhimas dan Arjuna menggeleng menonton drama didepan mereka. "Gue jadi kepo deh, tadi dia abis kenapa ya? Mana anaknya kita tanya juga gak dijawab-jawab." Bisik Dhimas mendapat helaan napas dari Arjuna.

"Lo gak bawa motor, Na? Mau nebeng gue apa Dhimas, nih?" Pertanyaan Arjuna malah mendapat tatapan sinis dari Rajevan tapi tak ia pedulikan.

"Gue udah persen ojol kok, gue kan bisa sendiri. Duluan deh ya, abang ojol nya bentar lagi sampe." Abis ngomong gitu Nadikta pergi duluan dengan langkah santainya keluar kelas.

Rajevan hendak mengambil langkah untuk menyusul tapi dirinya keburu dihadang Dhimas, Arjuna dan Angga yang malah ikut-ikutan. "Apaan sih? Awas dah."

"Bentar dulu!"

"Lo abis bikin salah apa sih?"

"Iya anjir, itu si Nadikta gak baik-baik mood nya dari siang."

Rajevan mendengus. "Gue gak tau, seinget gue gak bikin salah apa-apa. Kalian juga lihat sendirian tadi balik dari kantin dia langsung marah-marah sama gue."

Arjuna memutar otaknya. "Apa mungkin pas di kantin tadi ada yang gangguin dia ya?"

"Gangguin? Siapa?"

"Mana gue tau? Tapi mungkin salah satu mantan lo, mau mantan pacar atau mantan HTS. Kayak cowok waktu itu."

"Omongan Arjuna ada bener nya sih, masuk akal. Lagian lo sih, banyak banget mantan begituan nya. Pusing sendiri kan."

"Tai lah, lagian gue udah gak deket atau bantuin siapa-siapa lagi anjir. Gue kan cuma fokus sama Nadikta."

"Nah itu dia!" Dhimas menepuk tangannya, "Itu alasan nya, kenapa ada yang ngelabrak Nadikta gara-gara lo lebih fokus sama dia. Jadi orang-orang yang naksir lo pada marah sama Nadikta."

"Itu alasan paling masuk akal sejauh ini."

"Tapi siapa?" Pertanyaan dari Angga bikin mereka kembali menghela napas frustasi.

Tok. tok. "Rajevan." Keempat manusia itu menolehkan kepala dengan kompak pada pintu yang diketuk, padahal terbuka serta nama salah satu dari mereka dipanggil.

Playboy Bucin | nomin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang