☎︎ Prolog

2 0 0
                                    

"tidak, tidak, TIDAKKK" teriak histeris dari wanita yang berdiri di ujung lorong gelap, matanya di penuhi air mengalir berwarna merah melewati pipi tirusnya

"jangan tinggalkan aku..."

"jangan membuang diriku"

"aku juga masih teman kalian..."

bisikan itu membuat bulu kuduk tubuh merinding, para siswa dari kelas 11 mipa 3, SMA Hiasan Tawa menangis mendengar bisikan itu terutama bagi tiga siswi tertentu

wanita tadi mendekati ketiga perempuan itu lalu berbisik dengan suaranya yang serak karna tangisan

"seburuk itukah aku dimata kalian?"

"sampai tega membuatku merasa kesepian"

"kalian pantas mendapatkan jawaban"

"wahai teman..."

"karna, teman itu seperti ini bukan?"

sontak para ketiga siswi tadi berjalan mundur, namun apalah daya sosok wanita itu bisa mengejarnya walau sepertinya sudah terlihat cukup lelah, lengan ia pegang menggunakan lengan satunya karna berlumuran darah

"tolong, bantu aku, agar bisa kembali"

"kembali, ke masa di mana kita masih berteman baik..."

sosok tadi berbicara kembali, air matanya di pipi semakin mengalir deras, pakaiannya basah oleh air hujan

karna diluar, langit pun ikut menangis serta gemuruh petir ikut menghampiri, rasa kesal, sedih, takut, menjadi satu dalam suatu bangunan sekolah

"ukir ukir ukir kembali..."

"ukirlah terus, omong kosong mu"

"ukir semua khayalanmu"

"ukir sampai mulutmu berbusa karna berbicara seenaknya"

"jikalau mati, ukirlah kematian itu dengan penuh rasa bersalah"

wanita berambut panjang sedang itu, berjalan sempoyongan

"dan akan ku ukir, namamu di batu nisan nanti, karna teman selalu membantu di saat saat seperti ini bukan?, jadi mari, aku bantu..."

"aku bantu, agar cepat bertemu ajalmu"

☏☏☏☏☏☏☏☏☏☏

*Bruk*

Arina terjatuh dari tempat tidurnya, segera ia bangun, mengusap punggungnya yang tadi menahan dirinya saat terjatuh ke lantai

"Sakit bet dah" lirihnya kesakitan sembari membersihkan matanya dari kotoran

Arina lanjut melihat ke arah jam yang menunjukkan sudah pukul 06.14 pagi, segera Arina berdiri dengan cepat, berlari membawa handuk lalu masuk ke kamar mandi

"GILAA GUA TELAT ANJIR, BISA BISANYA" gerutunya kesal pada diri sendiri dengan sedikit nada tinggi

Lewat 10 menit, Arina keluar dari kamar mandi, berjalan cepat menuju kamarnya karna udara saat ini cukup dingin, ditambah Arina mandi menggunakan air yang lumayan dingin, seperti di gunung saja rasanya...

Selepas memakai baju, Arina pergi, duduk di tempat makannya

Saat ia menyantap makanannya, ia memikirkan sesuatu, yaa tentang mimpinya tadi

"Mimpi gua kenapa serem amat, masa iya ntar gua se serem itu" gumamnya bingung dan sedikit merinding

"lagian, ga mungkin juga jir, temen gua sejahat itu ntar, orang mereka deket sama asik juga" arina berpikir keras, apa mungkin suatu saat nanti, temannya yang ia bangga banggakan itu akan mengkhianati begitu saja hanya karna satu kesalahan?

"Jangan ngelamun kalo makan, nanti makanannya di makan setan" tetiba saja ibu arina datang sembari membawa beberapa pakaian yang akan di cuci, berjalan menuju tempat penyucian pakaian

"Iya ma, iya" Arina hanya mengangguk, melanjutkan menyantap sarapannya pagi ini, walaupun masih sedikit memikirkan mimpinya semalam

Namun setelah beberapa saat, Arina merasa sedikit pusing, lalu ia mendengar sebuah dengungan dengan nada cukup tinggi serta bisikan lembut yang cukup menyeramkan di telinganya

"Bagaimana jika mimpimu malam tadi, menjadi sebuah kenyataan?"












— TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teman Itu Seperti Ini?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang