Terdengar suara auman beruang yang datang dari arah hutan disebelah kanannya. Keinginannya untuk mendapatkan hasil buruan membuat langkah kecilnya membawanya ke sumber suara.
Dengan menunggangi kuda hitam kesayangannya, Kurt, anak berambut abu-abu tersebut menyiapkan peluru di senapan panjangnya. Saat suara auman beruang itu terdengar semakin jelas, dirinyapun mencari sebuah batu besar untuk ia naiki.
Alangkah terkejut dirinya saat melihat seorang anak laki-laki yang mungkin lebih muda darinya berdiri pasrah didepan moncong yang penuh gigi tajam dan berliur nafsu lapar beruang. Mata bocah berambut abu-abu tersebut melihat bahwa anak tersebut menangis sambil melihat sesosok mayat wanita.
"Mungkin orang yang dia kenal telah dimakan beruang didepan matanya." Pikir si bocah abu-abu.
Tanpa pikir panjang, dirinya langsung menembakkan sebuah peluru tepat dikepala beruang dan mengenai titik vitalnya. Beruang tersebut akhirnya mati tergelatak didepan anak yang menangis tadi yang reflek langsung menoleh ke penembak.
Anak kecil berambut coklat tersebut seketika langsung menangis dengan kencang, seolah lega dengan kedatangan pahlawan yang membunuh beruang didepannya.
Krow akhirnya melompat dari batu besar yang menjadi pijakannya tadi. Mendekati mayat besar beruang itu seraya mengeluarkan belati dari holdernya.
Dirinya menguliti kulit beruang tersebut tanpa sisa dan memotong daging-daging beruang tersebut untuk bisa ia bawa beberapa. Semua itu ia lakukan dengan cepat dan dia menyisakan daging beruang itu untuk dibawa oleh anak yang sedari tadi mengawasinya sambil menangis itu.
Setelah selesai, Krow melirik mayat wanita dewasa yang sudah tergeletak tak bernyawa di sebelahnya. Kepalanya sudah hilang dan terdapat bekas cabikan kuat di lehernya.
Krow membuat penghormatan terkahir kepada wanita tersebut dan mulai mendoakannya. Mata ungu anak yang menangis tadi tidak lepas dari gerak-geriknya yang membuat dirinya risih.
"Apa?"
Tidak ada jawaban dalam beberapa saat. Anak itu tetap hanya memperhatikan apa yang Krow lakukan. Walaupun begitu, anak itu mendekatinya dan melakukan hal yang sama sepertinya tadi.
"Terimakasih, Tuan." Ucapnya lirih. Suaranya bergetar dan air matanya jatuh saat tangannya menyentuh mayat yang sudah dingin itu.
"Sama-sama."
Krow sama sekali tidak ingin mengetahui cerita yang terjadi dibelakangnya karena itu dirinya tidak bertanya apapun daritadi.
Dia berbalik dan memanggil kudanya dengan siulan. Krow mengelus kuda hitam yang masih kecil tersebut yang membawa beberapa hasil buruannya sebelumnya.
"Kabut akan turun sebentar lagi, pulanglah." Ucap Krow ketika merasa suhu semakin turun dan mulai agak gelap. Dengan cepat dirinya sibuk memasukkan kulit dan beberapa daging beruang ke tas di kudanya.
"Tapi jika aku meninggalkan ibuku..." Krow kembali melihat anak itu hampir mulai menangis lagi.
"Tinggalkan saja, nanti kau kembali dan bawa semua warga desamu. Jangan ke hutan seperti itu sendirian." Ucapnya acuh tak acuh.
"Kalau begitu, bukankah aku juga tidak boleh kembali sendirian, Tuan?"
Mendengar itu, alis kanan Krow naik sedikit dengan heran saat tangannya masih sibuk menaruh barang-barangnya. Merasa bahwa anak itu pintar bersilat lidah.
"Ya sudah, tunggu saja sampai warga desa menemukanmu."
Seketika itu juga, dirinya merasakan tarikan di bajunya. Melihat ke belakang dan melirik ke bawah ke arah anak yang lebih pendek dan lebih kecil darinya.
"Apa kau akan meninggalkanku juga? Aku benci warga desa, aku tidak mau pulang!" Teriak anak itu. Suara khas anak kecilnya bergetar takut dan melihat ke mata ungu yang menatapnya dengan penuh kekhawatiran akan ditinggalkan.
"Lalu apa? Aku kesini hanya untuk memburu hewan, aku tidak membawa orang." Ucapnya, sedikit kesal karena kebaikannya malah disalahartikan.
"Aku bisa memasak, mencuci baju, dan jika disuruh pun aku pasti juga bisa ikut membantumu berburu! Aku tidak suka didesa, mereka kejam!"
Melihat ketakutan yang terpancar dari mata yang lebih pendek membuatnya tahu bahwa memang ada sesuatu yang terjadi pada anak itu di desa yang mungkin tidak jauh dari sini. Namun, mau bagaimana lagi. Dirinya terlalu takut untuk membawa orang lain dalam perburuannya.
Membawa orang lain apalagi anak kecil sepertinya yang merupakan santapan lezat bagi hewan buas di dalam perjalanannya yang tidak aman bisa saja akan membunuhnya. Karena sudah pasti dirinya hanya akan melindungi diri sendiri dan kudanya.
Krow takut tidak akan bisa melindungi anak itu dari cengkraman hewan buas.
"Tidak mau." Krow dengan tegas menolak keinginan dari lawan bicaranya itu. Dia bersiap untuk segera pergi.
Anak kecil itu menunduk seolah kehilangan harapan. Krow melihat bahwa anak itu menggigil kedinginan dan disaat bersamaan terdengar suara bising juga cahaya obor api dari balik kabut yang mulai turun.
Krow membuka kain panjang yang ia jadikan sebagai syal dan memberikannya pada anak kecil itu. Si surai coklat pun menerimanya dengan ekspresi bingung sambil melihat wajah Krow.
Krow dengan kikuk menjelaskan apa maksud dari tindakannya. Memang benar bahwa Krow adalah tipe yang jarang berinteraksi dengan orang lain jika bukan dengan orang yang mungkin ia kenal dekat dan percaya.
"Kain ini berjasa untuk mengurangi suhu dingin yang menusuk kulitku saat sedang melakukan perburuan."
Mata anak itu berbinar kembali dan segera memakai kain besar itu. Saat dipakai oleh Krow sendiri memang sudah terlihat besar tapi saat dipakai oleh anak berambut coklat itu, kainnya menjadi seperti selimut.
Setelahnya, Krow mulai menaiki kudanya dan bersiap untuk pergi meninggalkan anak itu saat mengetahui arak-arakan warga desa mulai mendekat.
"Siapa nama, Tuan?" Tanya Si surai coklat ketika melihat penyelamatnya mulai beranjak pergi.
"...Kylo." Jawabnya lirih. Dia merasa tidak percaya untuk memberikan nama aslinya pada orang lain. Dirinya tidak tahu alasan kenapa anak itu membenci warga desanya. Atau mungkin sebaliknya, warga desanyalah yang membencinya.
Bisa saja kan namanya disalahgunakan dan berujung kepalanya diberikan hadiah bounty. Tanpa pikir panjang, Krow langsung menarik tali kudanya dan pergi.
"Terimakasih atas semuanya! Aku akan menjadi pemburu hebat sepertimu juga! Suatu saat nanti kita akan bertemu lagi, Tuan Kylo!"
Teriakan anak itu terdengar jelas di telinganya. Disaat bersamaan dirinya merasa bahwa mungkin dia salah langkah saat memberinya syal miliknya dan malah akan membuat anak itu mati karena keinginannya untuk jadi seorang pemburu menjadi semakin kuat.
Padahal maksud dari tindakannya adalah membuat anak itu merasa takut dan mengubur mimpinya untuk ikut berburu bersamanya karena bahkan harus membawa setidaknya selimut tebal agar bisa membunuh rasa dingin di alam bebas.
"Namaku El-!"
Sekarang Krow sudah sangat jauh dari tempat itu dan suara teriakan dari anak laki-laki tadi sudah menghilang ditelan udara.
Setelah ini, dirinya akan mengembara lagi untuk bertahan hidup. Dirinya naik ke puncak bukit dan melihat pemandangan yang sangat indah.
Sambil menikmati pemandangan indah yang disuguhkan di depan matanya, Krow juga menenggak minumannya. Setelah ini ia berniat mencari sungai untuk mandi dan kebutuhan lainnya.
"Dunia ini sangat luas dan aku hanyalah satu diantara jutaan mahkluk yang mendiami dunia ini."
Menghela nafas pendek, "siapa takut? Akan ku jelajahi dunia walaupun banyak rintangan menghadang! Ayo Kurt!"
Dia menarik tali kekang kudanya dan membuat kedua kaki kudanya terangkat. Kemudian mereka berdua melaju bersama dan berubah menjadi titik hitam kecil hingga akhirnya menghilang di balik cakrawala.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
❝𝗦𝗮𝗻𝗴 𝗣𝗲𝗺𝗯𝘂𝗿𝘂❞ ||【𝐑𝐃𝐑𝟐 𝐑𝐏 - 𝐊𝐫𝐨𝐰 𝐓𝐡𝐨𝐫𝐧𝐞𝐬】
FanfictionAndaikan ada yang bertanya, "siapa pemburu paling hebat di Desa Valentine?" Maka, jawabannya adalah Krow Irving. Seorang pemuda yang berusia 20 tahun, berambut abu-abu di kuncir kecil dengan ciri khas hiasan kepala dari coyote, hasil buruannya. Wal...