Prolog

11 4 0
                                    

.

.

╔══ ≪ °❈° ≫ ══╗

For the last time the universe screams, when the apocalypse comes to us, there are only two of our souls destroying, loving, hating each other.

Then it all stopped, when i saw your face

╚══ ≪ °❈° ≫ ══╝

.

.

Langit malam bergemuruh riuh, langit-langit menangisi bumi ketika sayatan demi sayatan melukainya. Jerit-jerit angin yang membawa aroma besi dan anyir menjadi satu, membuat langkah tidak lagi setegap awal. Sebuah dinding sihir sekalipun tidak dapat menahan seluruh luka sehingga ia pecah tak terbentuk menghancurkan sekitarnya.

Tidak peduli separah apa luka yang menghiasi tubuh mereka, lingkungan yang tidak sadar mereka hancurkan akibat tenggelam dalam api amarah, kekecewaaan dan kesedihan yang tercampur aduk hingga terasa sesak di dada, sekalipun masih ada kesempatan mengangkat pedang dan sihir yang tersisa, pertarungan ini tidak akan ada ujungnya.

Pria itu menopang tubuhnya kembali dengan pedang yang tertancap di atas tanah, ia kembali beranjak dari rasa frustasinya akan pertarungan ini.

Napasnya tersengal-sengal, bahkan sisa-sisa darah yang mengering masih menghiasi fisiknya dan darah yang keluar dari rongga mulutnya.

Bukan, bukan ini akhirnya.

Ia mengangkat kepalanya memandang sosok wanita yang berjarak beberapa meter dari tempatnya, memegang lengannya yang berlumuran dengan darah dan tangisan langit menodai cairan merah itu pada buminya yang subur, wanita itu berusaha beranjak berdiri sendiri tanpa bantuan pedang atau apapun di atas reruntuhan. Pemandangan ini sungguh menyayat hati.

Bukan ini yang ia harapkan.

"Kumohon..." suaranya yang parau nyaris tenggelam di bawah ricuhnya langit yang semakin deras. Rasanya ia tidak punya kekuatan lagi untuk sekedar mengangkat jarinya ketika melihat wanita itu kembali mengangkat tangannya ke udara, lalu cahaya putih keemasan bersinar dari telapak tangannya.

Ia tidak ingin lagi bertarung dengan wanita itu, sama sekali ia tidak ingin semuanya terjadi. Semuanya, ia tidak mengharapkan kehancuran saat ini terlebih kondisi wanita itu lebih menyakiti hatinya.

"...Hentikan, aku tidak.. tidak ingin bertarung denganmu...Lily" pintanya kepada wanita yang menjadi lawannya kali ini. Sia-sia air matanya berderai deras namun, langit semakin terisak menyamarkan tangsinya ketika cahaya ditangannya semakin bersinar.

"...ini harus menjadi akhir dari kita.."

"..Lily!" Pria itu semakin kehilangan suaranya, tak kuasa mendengar apa yang menjadi selanjutnya dari ucapan wanitanya.

Lily, wanitanya, dan lebih dari itu.

Setengah wajah dari wajah wanita itu tertutupi oleh darah perlahan diusap oleh tetesan yang menderainya akan tetapi, tetap saja pemandangan itu tetap samar dalam penglihatan sang pria terkecuali warna matanya berkilau dan semakin redup kilaunya seakan menatapnya sayu penuh dengan kekecewaan yang mendalam.

Ini sungguh gila, kepalanya penuh dengan gemuruh-gemuruh hingga terasa sakit tak tertahankan.

"Kehancuran bukanlah pilihanku, Yang Mulia," derap langkahnya yang tak beraturan dan terasa berat tak begitu hening akibat percikan tanah yang basah, perlahan mendekat kearah pria itu. "Namun, aku juga tidak memiliki sisa untuk diserahkan.." sambungnya terdengar begitu pilu.

"Hukum semesta yang kau junjung tinggi kini hanya tinggal sebuah cerita. Lalu, aku? Aku hanya pecahan dari kehancuran yang kau biarkan terjadi!"

Ketika ia melihat wajah cantik wanitanya, semuanya berhenti, tangan yang penuh luka ingin menyentuh wajah itu pun seketika berdiam di tempat saat melihatnya.

Ia terdiam, memperhatikan setiap detail sudut wajahnya, letak lukanya, bahkan mencari makna dari sorot matanya saat ini. Ini kali pertama ia melihat, wanitanya menatapnya demikian, sebuah tatapan yang butuh waktu untuk mengartikan, butuh waktu untuk mencari celah makna lain tak kunjung ia temukan.

Sekalipun pandangnya semakin memburuk, ia dapat menyimpulkan apa yang ia lihat dari mata wine itu.

Saat kilatan menghantam, seketika bumi menahan napas.

╰ ─┉─¡! ❖ !¡─┉─ ╯

.

.

.

Halo, semuanya, Rebee disini! Selamat datang di tulisan pertama aku di Wattpad semoga kalian menikmati hasil karya aku. Aku ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada kalian yang sudah menyempatkan untuk membaca ceritaku.

Udah dari lama pengen menyemplung dalam dunia kepenulisan bahkan saat aku dari kelas 5 SD cuma baru kesampaian sekarang dan ini sangat menjadi tantangan baru buat aku karena dalam kesibukan kuliahku, aku juga perlu meluangkan waktu untuk progres cerita ini.

Aku sangat tertarik dengan genre kerajaan, fantasi, dan romance walau hidupku jauh dari kata romance hahaha. Semoga kalian menyukai tulisan aku yang mungkin saja masih banyak kesalahan kata ataupun tanda baca.

Funfact, cerita ini pernah aku tulis di sebuah buku selama 6 bulan dan ngabisin 3 buku tulis dan yang baca tema-teman terdekat aku, dan alurnya aku modifikasikan.

 Untuk kabar update dan informasi lain tentang ceritaku kalian bisa follow instagram aku @/rebeepie atau kalian bisa aja klik di bio wattpad aku.

Kritik dan saran yang membangun bisa disampaikan lewat dm instagram ya sayang-ku semua.

.

.

The Untouched Crown: At The Edge of Magic and PowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang