Hai, Karisa!

8 2 0
                                    

Jakarta, 2019 — banyak manusia berlalu lalang melewati jalan menjalankan hidup mereka seperti hari-hari biasanya. Banyak ragam manusia yang ditemui Karisa di pagi, di mana pagi ini merupakan pagi pertama dirinya ada di kota kelahiran ibunya.

Memang, Karisa bukan lahir di Jakarta bahkan belasan hidup dirinya belum pernah menginjakkan kaki di Jakarta karena ibunya tidak pernah ingin pulang ke kota ini.

Pagi ini, Karisa dan kakaknya datang ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan mereka. Sedikit sedih bagi Karisa jika harus berpisah dengan ibu dan ayahnya yang ada di perdesaan, sedangkan dirinya dan kakaknya di kota bersama dengan tantenya.

Tanpa disadari, rintik hujan mulai turun membasahi rambut pendek milik Karisa, membuat Karisa mendengus kesal akan hal itu.

"udah yuk, kita neduh aja" kekeh Kak Ilham, sambil menutupi Karisa dengan jaketnya.

Ilham dan Karisa berlari ke arah Halte bus untuk berteduh sejenak. Sembari menunggu hujan reda Ilham beberapa kali mencoba menghubungi ibunya yang ada di desa, namun sialnya karena hujan membuat jaringan Ilham tiba-tiba menghilang membuatnya kesal.

Tiba-tiba seseorang pria datang menggunakan jas hujan berwarna biru ke arah Halte dengan jas hujan yang sudah robek, membuat perhatian Kak Ilham dan Karisa terarah kepadanya.

Pria itu hanya tersenyum ke arah kak Ilham dan Karisa, sambil melepas jas hujannya.

                                 —

08.15 — hujan belum juga reda, membuat jalanan Jakarta mulai ditutupi dengan genangan air yang mulai naik.

"Ekhm" pria dengan jas hujan itu berdehem, mencoba menarik perhatian kak Ilham dan Karisa. Memang, kak Ilham menoleh ke arahnya tapi tidak dengan Karisa yang bodo amat sambil membaca novel yang dirinya bawa dari desa.

"Orang mana bang? Udah lama nunggu di sini?" Ucap pria itu, dia berbicara seakan-akan lawan bicaranya menjawab apa yang sesuai ia bayangkan.

"Ga usah sok asik deh lo, baju kayak gembel gitu" bukan kak Ilham yang menjawab, melainkan Karisa dengan tatapan sinis ke arah pria itu.

"Kok lo yang sewot, gue nanya abang ini kok. Gue punya nama ya, jangan asal namain orang gembel! Nama gue Agas" ucapnya dengan intonasi nada sedikit ditinggikan, membuat Karisa semakin sinis terhadap dirinya.

"Sudah, sudah. Gue sama adek gue ini dari desa, kita dari awal hujan udah di sini" ucap kak Ilham mencoba melerai pertengkaran ringan antara Karisa dan Agas.

"pfft, Gadis desa ternyata" ledek Agas kepada Karisa yang tampaknya akan memaki-maki Agas.

Ternyata dugaan kak Ilham salah, masih saja mereka melanjutkan pertengkaran itu. Membuat kak Ilham menghela napas pendek memperhatikan pertengkaran antara adiknya dengan Agas.

"Gue juga punya nama kali! Nama gue Karisa! Dasar gembel ga ngaca" ucap Karisa kesal, sambil memalingkan mukanya. Dirinya seakan-akan tidak mau melihat Agas saat itu.

Kak Ilham hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya ringan, melihat tingkah laku adiknya yang baru saja menginjakkan kaki di kota orang, tapi sudah bikin ulah saja.

"Hai Karisa, glad to know you!" Ucap Agas sebelum dirinya berlari meninggalkan kak Ilham dan Karisa.

Karisa yang mendengar perkataan Agas tiba-tiba menggedik ngeri. Sebelumnya, dirinya tidak pernah merasa ilfeel waktu pertama kali kenal dengan orang, berbeda dengan Agas yang langsung membuatnya merinding sebadan-badan.

'ini orang sinting banget gila!kok ada ya orang kota sintingnya keterlaluan' Karisa membantin, dengan mata yang tak lepas pandangan dari punggung Agas yang mulai menjauh dari pandangannya.

—527 word.

AkaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang