01: Siapa Dia?

358 214 368
                                        

_______________✪⁠㉨⁠✪_____________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______________✪⁠㉨⁠✪_____________

Pagi hari di SMA Sinar Mandiri, derap langkah terdengar di koridor, murid-murid saling menyapa, dan guru-guru sibuk dengan tumpukan kertas ujian. Di tengah keramaian, lima sahabat selalu menempati sudut kantin, dekat jendela besar yang menghadap lapangan.

Salsabila, atau Salsa, duduk dengan buku catatan terbuka, sesekali melirik teman-temannya yang sibuk. Andre lagi-lagi menceritakan hal konyol sambil menyuap nasi goreng, membuat semua tertawa meski cerita-ceritanya sudah hafal. Salsa tersenyum, sementara Adel tersipu melihat Andre yang ceria. Fajar duduk tenang, hanya mendengarkan dan ikut tertawa. Obrolan mereka pun beralih ke topik lain yang lebih ringan.

"Eh, kalian udah pada belajar buat ulangan matematika besok?" tanya Salsa sambil melihat ke arah Rizal.

Rizal memasang wajah santai dan menggeleng. "Ah, nanti aja lah, malem. Ngapain buru-buru, toh ulangannya juga besok," jawabnya dengan tenang.

Salsa mendengus kecil, tapi tidak lagi mencoba menasihati. Sudah terlalu sering dia mengingatkan Rizal untuk lebih disiplin, tapi sikap santai Rizal selalu jadi alasan untuk menunda-nunda.

"Dasar males, lo," komentar Salsa sambil menggelengkan kepalanya.

"Nggak males, cuma anti panik aja," jawab Rizal dengan nada bercanda.

Di sela-sela percakapan, Adel yang pendiam tiba-tiba mengangkat kepala dan berbicara, suaranya pelan tapi terdengar jelas.

"Tapi... menurut kalian, ulangan matematika kali ini bakal susah nggak sih?" tanyanya dengan nada khawatir.

Andre langsung tertawa, membuat Adelina tersipu. "Aduh Del, santai aja lah. Kalau gagal ya tinggal remedial. Kita kan udah biasa kayak gitu!" jawab Andre dengan santainya.

Fajar yang dari tadi hanya mendengarkan ikut tersenyum kecil. "Tapi menurut gue bener juga sih, kalau lo belajar sekarang, besok nggak bakal deg-degan, kan?"

Adel mengangguk pelan, tersenyum karena merasa sedikit lebih tenang. Di antara teman-temannya, Fajar selalu jadi sosok yang mengingatkan mereka untuk berpikir lebih tenang dan nggak gampang panik. Meski jarang bicara, kehadirannya cukup bikin mereka merasa stabil.

Obrolan mereka terhenti sejenak ketika bel tanda masuk berbunyi. Seperti biasa, mereka menghabiskan waktu istirahat di kantin untuk melepas penat, tapi sekarang sudah saatnya kembali ke kelas. Mereka berdiri dari meja, merapikan sisa makanan dan minuman, dan berjalan beriringan menuju kelas.

----

Di lorong menuju kelas, Andre yang masih tidak bisa diam mulai menceritakan cerita horor tentang sekolah mereka.

"Denger-denger, di lantai tiga tuh ada kelas yang dikunci soalnya dulu pernah ada anak yang kesurupan di sana," ucap Andre sambil mengerling misterius.

"Ampun, Dre, masih pagi lo udah nakut-nakutin aja," celetuk Salsa, sambil mengibas-ngibaskan tangannya seolah cerita Andre itu cuma angin lalu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Value of TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang