𝐏𝐞𝐫𝐩𝐢𝐬𝐚𝐡𝐚𝐧

2 0 0
                                    

الفراق يحتاج إلى الصبر حتى تكتسب العلم النافع، حتى لو اضطررت لفعل أي شيء، كالانفصال عن والديك وإخوتك وأقرب الأصدقاء، فربما تكتسب بذلك المزيد من السعادة.

"Perpisahan membutuhkan kesabaran agar dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat. Sekalipun terpaksa melakukan apa pun, misalnya berpisah dengan orang tua, saudara, dan teman terdekat, engkau mungkin akan memperoleh lebih banyak kebahagiaan.
     
        ____𝐀𝐦𝐞𝐞𝐫𝐚 𝐜𝐞𝐢𝐬𝐲𝐚 𝐚𝐝𝐳𝐤𝐢𝐲𝐚_____
... 𝐀𝐬𝐬𝐚𝐥𝐚𝐦𝐮'𝐚𝐥𝐚𝐢𝐤𝐮𝐦, halo semuanya selamat membaca ya, sebelum membaca jangan lupa vote dan komennya, biar aku semangat buat part selanjutnya okee. 😄
Dan kalian jangan panggil author ya tapi vivi oke,,,
ini cerita pertama aku jadi jangan di bully ya,, dan cerita ini aku karang sendiri,, dan aku terinspirasi dari cerita lain jadi aku coba buat versi aku sendiri,, jadi terimakasih ya guysss,, selamat membaca!!!!! 😘
* __________________________ *


 Ayah tidak habis pikir dengan sikapmu. Sudah berapa kali ayah dipanggil ke sekolah karena kamu terus-menerus membuat masalah. Ayah malu! Seharusnya, kamu menjadi anak yang baik, bukan justru menciptakan onar. Kata gurumu, kamu berkelahi lagi tadi. Apakah kamu tidak capek dengan semua ini? Keputusan ayah sudah bulat; besok, ayah akan mengantarmu ke pesantren teman ayah. Di sana, kamu tidak boleh membuat onar lagi. Kamu harus belajar dengan baik. Mengerti, Kiya?

Dia adalah Muhammad Hanif El-Putra, ayah Kiya.

"Yah, tapi Kiya tidak mau masuk pesantren! Kiya ingin bebas! Tolong beri Kiya kesempatan sekali saja. Kiya janji tidak akan membuat masalah lagi," ucap gadis berambut panjang hitam lebat, dengan hidung mancung, kulit putih, bibir berbentuk love yang indah, alis tebal, bulu mata lentik, dan tubuh yang ideal. Sungguh sempurna.

"Tidak ada kesempatan lagi, Kiya. Kamu sudah sering berjanji untuk berubah, tetapi tidak pernah melakukannya. Lebih baik kamu bersiap-siap. Tidak ada penolakan dan jangan pernah berpikir untuk kabur. Mengerti?" ucapnya tegas sebelum pergi.

"Umma, tolong bujuk ayah! Kiya tidak mau ke pesantren! Umma sayang Kiya, kan?" Kiya merayu sambil menangis dan memeluk ibunya.

"Maaf, Nak. Ini adalah keputusan terbaik. Umma juga setuju dengan ayahmu. Mungkin di pesantren, kamu bisa belajar untuk menjadi lebih baik dan mandiri," jawab Aina Haura Amanda, ibunya, sebelum berlalu meninggalkan Kiya sendirian dalam kesedihan.

Skip ke pagi berikutnya

"Kiya, bangun nak! Umma sudah menyiapkan sarapan. Kiya, umma masuk ya," suara Aina menyapa lembut saat ia membuka pintu yang tidak terkunci.

"Assalamu'alaikum," ucapnya sambil mendekati ranjang anaknya. "Kiya?"

Kemana anak itu? Apa dia di kamar mandi? Aina memeriksa, namun tidak menemukan siapa pun.

"Anak ini kemana sih? Mungkin di walk-in closet?" pikirnya, tetapi tidak ada juga. "Jangan-jangan Kiya kabur..." monolognya dalam kekhawatiran.

Saat ingin keluar, Aina melihat sebuah surat dan segera membacanya. Betul, itu dari... anaknya, Kiya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Penantian sepertiga malamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang