𝐀𝐬𝐬𝐚𝐥𝐚𝐦𝐮'𝐚𝐥𝐚𝐢𝐤𝐮𝐦, halo semuanya selamat membaca ya, sebelum membaca jangan lupa vote dan komennya, biar aku semangat buat part selanjutnya okee. 😄
ini cerita pertama aku jadi jangan di bully ya,, dan cerita ini aku karang sendiri,, dan aku terinspirasi dari cerita lain jadi aku coba buat versi aku sendiri,, jadi terimakasih ya guysss,, selamat membaca!!!!! 😘
* __________________________ *
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲
•
•
𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠______________________________________
"Assalamu'alaikum, Ayah, Umma. Kiya pulang," sapa Kiya, langkahnya malas menuju sofa, tubuhnya lemas setelah seharian beraktivitas.
"Wa'alaikumussalam, Non. Udah pulang," jawab Bik Sanah, senyum ramah menghiasi wajahnya.
"Iya, Bik. Ayah, Umma pergi ke mana, Bik?" tanya Kiya, penasaran.
"Orang tua Non pergi ke mall, kata Bapak tadi beli perlengkapan untuk mondoknya Non," jawab Bik Sanah.
"Oh, udah lama pergi nya, Bik?"
"Udah lumayan lama Non. Siap sarapan tadi Bapak sama Ibu langsung pergi Non. Ya udah, Kiya ke kamar dulu ya, Bik. Iya Non, Bibik juga mau lanjutin kerja Bibik," jawab Bik Sanah.
Makan siang terlewati dengan tenang. Kiya menghabiskan waktunya di kamar, pikirannya melayang ke berbagai hal. Ia masih belum bisa sepenuhnya menerima keputusan orang tuanya untuk memasukkannya ke pesantren. Rasa takut dan kerinduan bercampur aduk dalam dirinya.
Ketukan lembut di pintu mengagetkannya.
"Kiya, sayang. Umma boleh masuk?"
"Wa'alaikumussalam, Ma. Buka aja Ma, gak dikunci kok," jawab Kiya, matanya masih tertuju pada tumpukan buku di mejanya.
"Wah, kamu mau ngapain, Nak? Mau beresin barang Kiya, Umma? Biar gak ada yang ketinggalan," tanya Umma, matanya berbinar melihat semangat Kiya.
"Bagus, Kiya. Kamu udah nerima, dimasukkan ke pesantren, Nak?" tanya Umma, nada bicaranya sedikit khawatir.
"Udah, Umma," jawab Kiya, berusaha bersikap tenang. "Oh iya, Umma tadi chat Kiya, nyuruh pulang pas Kiya pulang, Ayah sama Umma gak di rumah. Iya, maaf ya, Nak. Umma sama Ayah tadi ke mall, beli barang untuk kamu. Nih, kamu coba dulu bajunya, dan yang ini barang untuk kamu bawa. Ini snack, untuk kamu bawa, Nak," jelas Umma, menyerahkan paper bag berisi berbagai macam perlengkapan.
"Makasih ya, Umma. Kiya ijin ke walk in closet bentar ya, Umma," pamit Kiya, matanya berbinar melihat baju-baju baru yang dibelikan Umma.
"Iya, Nak," jawab Umma, senyumnya merekah melihat antusiasme Kiya.
"Gimana? Bagus gak, Nak?" tanya Umma, penasaran.
"Bagus, Umma. Kiya suka. Bahannya juga adem," jawab Kiya, menunjuk baju-baju yang ia sukai.
"Sukur lah kamu suka, Nak. Yaudah, kita turun makan siang, oke?" tanya Umma.
"Oke, Umma," jawab Kiya, semangatnya sedikit terusik oleh bayangan pesantren yang akan ia tinggali.
Makan siang terasa hambar. Kiya hanya melahap makanannya dengan sedikit nafsu. Pikirannya kembali melayang ke pesantren, membayangkan suasana baru yang akan ia hadapi.
"Ya udah, Nak. Kamu mandi siap-siap, kita berangkat ke pesantren," ucap Ayah Hanif, suaranya tegas.
"Hm, iya, Yah," jawab Kiya, matanya menerawang ke luar jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian sepertiga malamku
FantasyDi sepertiga malam, ketika dunia tertidur lelap, sebuah penantian dimulai. Ketika jarum jam menunjukkan pukul 03.00 dini hari, itulah waktu untuk bermunajat, memohon kepada Allah, bercerita tentang segala masalah, dan meminta dipertemukan dengan j...