02. Langkah Pertama

2.5K 237 11
                                    

Winter Astawijaya menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah memasuki gerbang sekolah barunya.

Rambutnya yang dicukur pendek tersembunyi di balik topi baseball yang ia kenakan rendah, nyaris menutupi alisnya. Seragamnya rapi, dengan kemeja dan dasi yang membuatnya tampak seperti siswa laki-laki pada umumnya—tampaknya, semua detail sudah diatur dengan hati-hati.

Namun, perasaan gugup tetap menggelayuti hatinya. Winter tahu, ia harus bisa menjaga rahasianya agar bisa masuk ke tim baseball, tim yang selama ini hanya menerima anggota laki-laki. Setelah sekolah lamanya membubarkan tim baseball perempuan, kesempatan ini adalah satu-satunya harapan untuk melanjutkan mimpinya di lapangan.

Menyamar sebagai laki-laki di sekolah baru adalah rencananya—rencana yang penuh risiko, tapi juga satu-satunya cara agar ia tetap bisa bermain.

Saat berjalan di koridor, beberapa siswa dan siswi melirik ke arahnya. Sebagian besar hanya sekilas, namun ada beberapa tatapan yang lebih lama. Winter mencoba menenangkan diri dan berpura-pura cuek, seperti seorang siswa laki-laki yang percaya diri.

Ia melangkah ke ruang kelas, berusaha terlihat tenang meski jantungnya berdegup kencang. Duduk di bangku paling belakang, ia berharap bisa menghindari perhatian berlebihan.






Setelah mendapat jadwal kelas, Winter berjalan menuju ruang kelas barunya. Berbagai pikiran terus berputar dalam benaknya. Bagaimana kalau ada yang menyadari? Bagaimana kalau ia tak sengaja melakukan hal yang membuat mereka curiga?

Begitu ia memasuki ruang kelas, seorang siswa yang duduk di barisan belakang melambai ke arahnya.

"Bro, hei! Lo anak baru, ya? Gue Sunwoo," sapanya sambil tersenyum lebar. "Sunwoo Sutrisno."

Winter mengangguk, berusaha merendahkan suaranya. "Salam kenal Sutrisno, gue Minjeong Astawijaya," jawabnya singkat.

Sunwoo tertawa kecil. "Langsung Sunwoo aja. Jangan panggil marga."

"Oke, Sunwoo."

"Lo bakal betah di sini. Jangan khawatir. Eh, lo suka olahraga apa?"

"Baseball," jawab Winter tanpa ragu, seolah instingnya untuk menjawab itu datang begitu saja. Sebuah jawaban jujur, tapi penuh rahasia di baliknya.

Sunwoo terlihat bersemangat. "Wah, serius? Lo harus gabung ke tim baseball sekolah ini! Kita lagi butuh pemain yang serius!"

Winter berusaha menyembunyikan senyumnya yang hampir muncul. Rasa senang yang meluap dalam hatinya sedikit mengurangi kegugupan yang ia rasakan sepanjang pagi. Seolah dengan beberapa kalimat dari Sunwoo, rencananya mulai berjalan dengan baik. Mungkin, penyamarannya ini benar-benar akan berhasil.

"Mau dong... bantu gue, ya?"










**










Winter baru saja selesai dengan kelas pertamanya hari itu ketika ia memutuskan mengambil jalan memutar menuju lapangan untuk kelas olahraga di jam selanjutnya. Sejak datang ke sekolah baru ini sebagai "Minjeong," setiap langkahnya terasa seperti sebuah misi. Ia harus memastikan gerak-geriknya tak mencurigakan dan menjaga suara tetap rendah, tapi juga tak berlebihan agar tak terlihat aneh.

Saat ia berbelok ke koridor belakang yang cukup sepi, Winter terhenti. Di sudut aula dekat ruang ganti, tampak seorang gadis sedang berdiri dengan kepala tertunduk, sementara seorang senior yang terlihat lebih tinggi darinya berbicara dengan nada keras.

"Karina, kamu tahu kan kalau latihan itu bukan main-main?" bentak seniornya dengan nada mengintimidasi. "Kalau kamu serius jadi kapten, kamu harus bisa tanggung jawab, bukan malah sibuk dengan hal-hal yang nggak penting!"

She Not Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang