Kayak ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar sentuhan jari di dadanya, dan Togar sepertinya juga ngerasa.
Dia nggak komentar apa-apa, tapi dari cara dia sedikit menunduk dan pandangan matanya yang melunak, gue tahu dia meresapi sentuhan gue. Seolah dia ngambil energi dukungan dari sana, yang bikin dia lebih nyaman.
Ada kehangatan yang mengalir, sesuatu yang gue sendiri nggak biasa rasain sebelumnya. Tapi di saat yang sama, pikiran gue mulai teralihkan oleh hal lain yang... lebih gelap.
Bayangan-bayangan liar mulai muncul. Gue kebayang gimana kalau gue benar-benar bebas sentuh setiap inci dari otot dadanya yang montok dan padat itu. Gue bayangin kalau gue bisa pegang tanpa batasan, merasakan bagaimana tekstur kulitnya, bagaimana ketegangan otot di bawah permukaan yang halus. Adrenalin gue makin terpacu, sampai di titik gue mulai ngerasa kalau ini nggak sekadar keinginan sesaat—ini dorongan yang udah lama banget terpendam.
Sampai akhirnya, pikiran gue tiba-tiba ngebawa gue lebih jauh lagi, ke ranah yang bahkan nggak pernah gue bayangin bakal muncul di momen seserius ini.
Di kepala gue, muncul gambaran dada Togar yang terikat tali ketat, dibikin membusung, tiap otot di dadanya kelihatan tegang karena tekanan tali itu. Gue bisa bayangin tangan gue melilitkan tali secara perlahan, ngikat setiap putaran dengan ketat, memastikan otot dadanya makin menonjol, menampilkan setiap detail yang tersembunyi.
Nggak berhenti di situ, imajinasi gue makin liar. Di pikiran gue, gue ngebayangin jari gue mencubit putingnya, perlahan-lahan narik sampai dia nggak tahan lagi dan mulai menggeliat.
Sensasi kekuasaan yang terpancar dari bayangan itu bikin gue merinding, membayangkan bagaimana reaksi Togar ketika gue memegang kendali penuh. Gue bisa ngerasain otot dadanya yang menegang di bawah tekanan tangan gue, menunggu apa yang akan gue lakukan selanjutnya.
Tapi, tiba-tiba gue sadar.
Gue langsung tersentak, seperti dipukul balik ke kenyataan. Gue ngerasa kaget sama diri sendiri, buru-buru ngelempar jauh-jauh bayangan liar itu ke sudut terdalam otak gue.
Apa yang gue pikirin barusan? Gue berusaha ngatur napas, menenangkan pikiran yang udah kelewat ekstrem.
Gue coba fokus lagi ke Togar yang masih di depan gue, nahan senyum kecil biar nggak ketahuan apa yang sebenarnya berkecamuk di kepala gue. Gue tahu harusnya ini momen buat support dia, bukan untuk mikirin hal-hal yang... ya, gitu.
Setelah momen yang rasanya panjang tapi sebentar, gue pelan-pelan tarik tangan gue, sambil berharap dia nggak notice kalau napas gue tadi sempat tertahan.
Togar ngeliat gue dengan mata berbinar, senyum kecilnya muncul, tulus tapi ada sedikit kekakuan, seolah dia tahu sentuhan itu ada artinya lebih dari sekadar dukungan biasa. Rasanya hangat dan bikin gue nyaman, meskipun ada ketegangan yang tetap tertinggal di udara di antara kami.
"Lo emang beda, ya," kata Togar sambil senyum kecil yang lebih tulus. Di situ gue ngerasa kalau apa yang dia rasain barusan mungkin sama kayak yang gue alami. Dan dengan halus, gue mengangguk, ngerasa bahwa ini momen yang lebih dari sekadar obrolan—tapi ikatan yang sebenarnya udah lama gue cari.
Malam itu, ada pergulatan batin yang nggak bisa gue abaikan. Di satu sisi, gue pengen kelihatan santai, easy-going, tapi di kepala, ada hasrat tersembunyi yang makin kuat. Gue nggak cuma pengen jadi dominan biasa; gue pengen kendali total. Iya, ada bagian diri gue yang pengen punya kuasa penuh, terutama atas sosok berotot dan kuat—yang siap tunduk, ngikutin arahan gue tanpa perlawanan.
Jujur, kadang gue bingung sendiri. Apa ini gara-gara kebiasaan nonton yang lama-lama nyari yang makin ekstrim? Atau ini memang sisi gue dari sananya, sesuatu yang udah ada, cuma akhirnya nemu jalannya? Mungkin kombinasi dua-duanya. Gue sendiri nggak yakin. Kadang gue nanya, apa orang lain juga punya sisi gelap kayak gini atau ini cuma gue?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kencan Kendali: Strategi Memikat Muscle Bottom
RomanceTerinspirasi kisah nyata: Sebagai pria dominan yang mendambakan kendali, aku tak pernah menyangka bahwa aplikasi kencan akan mempertemukanku dengan Togar, seorang muscle bottom dengan fisik yang dirancang sempurna untuk ditaklukkan. Di balik ototnya...