chapter 2 | tears of love.

64 19 1
                                    

Souta terpaku ditempatnya berdiri. Ia memandang iri beberapa dari teman temannya yang pulang dijemput oleh orang tua mereka.

Ia hanya mengulas senyuman miris. Tepat ketika Souta hendak melangkah pergi dari sana, seseorang menahannya.

"Maaf..". Souta mengurungkan niatnya. Ia terdiam menatap sosok pria tinggi dewasa yang tampak berwibawa dengan jas hitam yang melekat ditubuhnya.

"Apa kau melihat putraku Gingitsune?". Tanya pria itu memberikan atensi sepenuhnya pada Souta.

Souta bergeming dari tatapan kekagumannya akan sosok pria dewasa dihadapannya itu. "Maksudmu, Gingitsune Kenzo? Apa kau Ayahnya?".

"Ah.. ya. Aku Ayahnya. Kau mengenal putraku?".

"Tentu saja. Kami bahkan teman sekelas..". Souta mengangguk tersenyum.

"Ah.. begitu rupanya. Apa kau melihatnya?".

"Maaf tuan tapi aku tidak melihatnya. Dan lagi, meski kami teman sekelas tapi kami tidak terlalu dekat. Terakhir kali kulihat Gin pergi bersama dengan teman temannya, Riji dan Krow. Setelah itu aku tidak tau..".

Pria didepannya itu hanya mendengus kecil. Putranya itu memang tak pernah menunggunya hingga ia tiba menjemput ke sekolah.

"Dia pasti pergi ke game center. Haishh.. sudah kubilang nilai nilainya jadi menurun karena berteman dengan orang orang itu..".

Souta hanya terdiam memperhatikan bagaimana pria itu menggerutu. Entahlah.. tiba tiba saja ia merasakan sesuatu dalam dadanya berdesir hangat. Ia merasa begitu dekat dengan orang ini seolah mempunyai ikatan tak kasat mata. Souta menggeleng seraya meyakinkan hati dan perasaannya jika apa yang tengah dirasakan olehnya itu tidaklah benar.

"Oh ya, jika boleh kutahu siapa namamu? Aku Rion Kenzo..". Ucapnya sembari mengulas senyuman hangat pada Souta.

"Souta..". Balasnya sembari membungkuk sopan.

"Seharusnya putraku berteman dengan anak sepertimu. Kau anak yang baik dan sopan..". Ucap Rion sembari menepuk lembut surai biru milik pemuda itu.

'Deg'

Sesuatu meletup letup dalam dadanya. Darahnya seakan mengalir begitu deras. Souta tersentak namun kemudian merasa nyaman dan begitu merindu akan sentuhan lembut di kepalanya. Entah mengapa kedua manik matanya seolah berkabut memandang pria dewasa yang mengulas senyuman hangat untuknya.

"... Ayah". Lirihnya.

Sontak saja Rion menghentikan usakan disurai pemuda itu. Ia terkesiap ketika seorang anak laki laki dihadapannya memanggilnya dengan sebutan Ayah. Benarkah ia baru saja mendengar kalimat itu terucap dari mulutnya? Ataukah mungkin ia hanya salah dengar saja?

Namun apapun itu, entah mengapa Rion merasa hatinya berbunga seakan akan ia begitu mendamba akan panggilan itu untuknya.

"Apa.. kau baru saja mengatakan sesuatu?".

The Second Lead

Setelah kejadian tadi, Rion membawa Souta ke sebuah kafe terdekat.

"Maaf untuk yang tadi Tuan. Aku sungguh minta maaf. Aku tak bermaksud memanggilmu seperti itu. Aku-hanya.. merasa rindu pada Ayahku..". Jelas Souta sembari menunduk dalam. Ia merutuki apa yang sudah diperbuatnya dalam hati.

Lain halnya dengan Souta, Rion hanya tersenyum maklum. "Tidak apa apa. Aku bisa mengerti. Oh ya, kenapa kau rindu pada Ayahmu? Apa kalian sudah lama tidak bertemu?".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

the second lead | rioncaineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang