Bab 62. Bangun sayang! Maafkan aku!

2.2K 268 34
                                    


Tubuh Rakha gemetar saat menyadari bahwa Mala mengalami pendarahan. Ia menahan air matanya, ketakutan luar biasa melandanya. Ia membopong tubuh Mala yang tak sadarkan diri.

Anggota Zero yang tiba tepat waktu langsung bergerak, sementara beberapa dari mereka menangkap tiga pria yang mencoba melarikan diri. Salah satu dari mereka, Ares, membawa mobil mendekat.

Di dalam mobil, Rakha terus menggenggam tangan Mala,terus berbisik berharap Mala bisa mendengar.

"Sayang, kumohon bertahanlah... demi aku, demi kita," katanya, suaranya penuh kesedihan.

Adara, Cantika, dan Vio hanya bisa berdoa tanpa bisa menahan air mata mereka di kursi belakang, berharap agar Mala dan bayi dalam kandungannya bisa selamat. Perjalanan menuju rumah sakit terasa seperti perjalanan terpanjang dalam hidup mereka, dan dalam setiap detiknya, Rakha hanya bisa berdoa dalam hati, berharap keajaiban akan segera menyelamatkan nyawa wanita yang paling dicintainya.

Sampai di Rumah Sakit, dokter segera memberi tindakan medis darurat, berusaha menghentikan pendarahan hebat yang dialami Mala. Situasi ini benar-benar gawat—Mala dan bayi mereka berada dalam bahaya besar. Rakha hanya bisa berdoa, berharap semuanya akan baik-baik saja. Di tengah rasa bersalah yang semakin menghantui, Rakha merasa ketakutan akan kemungkinan kehilangan istri dan anaknya yang belum lahir.

"Ku mohon kalian harus bertahan, maafkan aku!" Rakha terlihat sangat hancur. 

Mereka menunggu dengan cemas, para nggota Zero juga teman-teman Mala yang tak berhenti menangis. Dokter keluar dari ruang tindakan, Rakha segera mendekatinya dengan wajah penuh kecemasan.

"Dok, bagaimana keadaan istri dan anak saya?" tanyanya dengan suara bergetar.

Dokter menghela napas sejenak sebelum menjawab, "Kami sudah berusaha menghentikan pendarahannya, namun kondisinya masih kritis. Istri Anda butuh istirahat total, dan kami akan melakukan observasi ketat untuk memastikan kondisi bayinya tetap stabil."

Rakha mengangguk, meskipun dadanya terasa semakin sesak. "Tolong, Dok... tolong selamatkan mereka berdua," pintanya dengan penuh harap.

Dokter menepuk bahu Rakha dengan lembut. "Kami akan melakukan yang terbaik. Sekarang, yang bisa Anda lakukan adalah berdoa dan tetap kuat untuk istri Anda."

Rakha mengucapkan terima kasih dengan suara parau, lalu berjalan ke kursi tunggu sambil mengepalkan tangannya. "La... kumohon, bertahanlah. Aku butuh kamu!"

Semua terdiam, MAla belum boleh di temui, masih ada beberapa prosedur yang harus dokter lakukan sambil memantau kondisinya.

"Apa yang kalian lakukan di hutan!" ucap Rakha tiba-tiba dengan suara bergetar.

"Kami hanya mencari bukti?" jawab Adara dalam pelukan Afan.

"Tapi kenapa kalian tidak mengajak salah satu dari kami?" sahut Zayyan, mereka merasa kecewa.

"Mala tak ingin merepotkan kalian, lagipula kita tak tahu akan begini kejadiannya!" jawab Adara sambil terisak.

"sstt! udah-udah!" Afan membelai lembut punggung Adara menenangkan.

Cantika, yang sedang membersihkan luka di wajah Gibran, mencoba menengahi "Kita semua cuma mau yang terbaik untuk Mala. Gue tahu ini berat buat kita semua, tapi mungkin sekarang bukan saatnya untuk saling menyalahkan."

Vio yang mendengar itu menghela napas panjang. "Mala cuma ingin membuktikan bahwa dia nggak bersalah, Rakh. Dia melakukan ini karena dia cinta sama lo, dan dia nggak sanggup melihat lo kecewa atau  ragu padanya."

Semua terdiam, masing-masing terbenam dalam pikiran mereka sendiri. Rasa bersalah dan kekhawatiran memenuhi ruangan. Hanya suara mesin rumah sakit yang terdengar di antara mereka. Andai mereka bisa mengulang waktu.

'MALA'ikat Tak Bersayap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang