"Han, aku masuk ya?"
Petikan hanni pada gitar yang sedang dia mainkan berhenti sejenak. Hanni menoleh ke sumber suara, pintu kamarnya yang tadi tertutup kini terlihat sedikit terbuka.
"Iya masuk aja ji, biasanya juga langsung nyelonong"
Jawab hanni dengan sedikit berteriak. Pandangannya kembali beralih pada senar gitarnya.Krieet
Pintu kamar hanni terbuka, menampilkan seorang perempuan tinggi dengan setelan kemeja black jeans dan celana cargo berwarna cream. Rambutnya dikucir ekor kuda sehingga menampilkan leher jenjangnya. Tidak ketinggalan kacamata dengan frame kotak yang sering dia kenakan ketika berada di dorm.
Hanni bengong sejenak ketika melihat sosok perempuan tersebut di pintu kamarnya. Dia mengagumi bagaimana menawannya penampilan teman satu grupnya tersebut. Terlihat seperti seorang nerd cupu tapi tetap rupawan, andai dia lelaki pasti akan hanni jadikan crush. Begitulah kira-kita isi pikiran hanni.
Ekor matanya juga mengikuti pergerakan langkah tamunya tersebut. Dari yang menutup pintu kamarnya, kemudian berbalik dan melangkah ke arahnya.
Minji mendekati hanni dan duduk di pinggir kasurnya. Menatap hanni yang sedang lesehan di lantai dengan memangku gitar kesayangannya. Minji memiringkan sedikit kepalanya sambil mengibaskan tangannya di depan wajah hanni karena gadis itu terlihat hanya diam melihat ke arahnya.
"Halo? Pham hanni?"
Hanni mengerjapkan matanya, tersadar dari aktivitas bodohnya yang terlalu kentara.
"Kenapa kamu bengong liatin aku?" Minji tersenyum miring.
"Engga ada ya, gausah kepedean lu" hanni buru2 mengelak tuduhan minji.
"Oh ya, btw ada perlu apa kamu kesini?" Lanjut hanni.
Minji terlihat berfikir sejenak, dia hendak mengucapkan suatu kalimat tapi tertahan. Minji ragu ingin mengungkapkan maksud tujuannya menyambangi kamar hanni.
"Apa ji? Buruan ih, aku masih mau ngulik beberapa nada lagi" hanni kembali memetik gitarnya, tapi hanya petikan-petikan asal pada satu senar.
"Hmm, aku boleh minta peluk ga?"
Hanni menatap heran pada minji. Kemudian dia meletakkan gitarnya di lantai. Sekarang minji sedang merentangkan tangannya dengan posisi masih duduk di kasur hanni. Mau tak mau hanni bangkit dari posisi duduknya di lantai.
"Tumben, lagi kenapa kamu?"
Hanni mendekat dan berdiri di depan minji, dia ikut merentangkan tangannya. Minji bangkit dan segera membawa hanni pada rengkuhannya. Minji mempererat pelukannya. Dia sedikit menunduk untuk menyamakan tingginya dengan hanni, dagunya dia letakkan pada bahu hanni.
Hanni menepuk2 punggung minji dengan gerakan patah-patah. Tak biasanya mereka melakukan pysical touch seperti ini. Karena selama ini hanni selalu bersikap anti romantic pada minji.
"Aku kangen"
Hanya dua kata, namun karena terdengar sangat dekat di telinga hanni, membuat gadis itu merasa pipinya sedikit memanas.
"Aneh banget, seharian ini juga kita bareng"
Hanni berusaha bersikap biasa saja. Sambil menerka-nerka kemana arah pembicaraan minji kali ini.
"Tadi pas aku voice call phoning, ada bunnies yang pamer kalo dia abis dapetin boneka otter dari claw machine. Terus dia nanya aku jeles ga karena ga bisa dapetin boneka otter kek dia"
Hanni hanya diam menunggu minji melanjutkan ceritanya. Sebenarnya dia juga mendengarkan call minji di bagian itu. Jujur saja itu membuatnya salting, tapi hanya sedikit. Segini saja 🤏🏼