Flashback 1

4 0 0
                                    

Pernahkah Kamu berpikir bahwa di balik kota yang dipenuhi lampu neon, bersemayam monster dari kisah-kisah kuno yang tertinggal?

Mereka yang selama ini hidup berdampingan tanpa diketahui...

Sebuah suara yang berteriak meminta keadilan yang tidak ada....

Suara cipratan dari genangan air menggema disaat seorang wanita terus berlari seolah ia dikejar waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara cipratan dari genangan air menggema disaat seorang wanita terus berlari seolah ia dikejar waktu.

Di sisi lain, tepatnya dibalik bayangan, sepasang mata merah berbinar cerah di gelapnya malam. Di bawah guyuran hujan sosok itu hanya berdiri diam menonton sesuatu yang sedang berlari menjauh darinya.

Sosok yang berlari memiliki bentuk yang aneh dengan aura mengerikan yang kental.

"Kekhh!" Makhluk itu terkejut saat ia terkurung dalam dinding merah transparan.

Angin berhembus dengan suasana mistis, membuat makhluk itu menatap sekitarnya dengan panik dan berteriak memanggil seseorang yang berani mengganggunya.

Wush~~

Hembusan angin membawa rasa takut pada diri makhluk itu. Kepalanya membunyikan suara sirine bahaya.

Suasana yang awalnya berisik karena serangga malam menjadi hening, udara yang ringan menjadi dingin dan berat.

Dunia terasa aneh baginya, cahaya merah dari langit....

Langit?

Dengan takut-takut, makhluk itu mengangkat pandangannya dan menatap benda besar yang kini berwarna merah dan seolah tidak jauh darinya.

Bulan merah?

Matanya membola saat ia menyadari apa yang terjadi. Bulan merah jelas menandakan sesuatu yang buruk bagi makhluk sepertinya.

Dengan rasa takut yang semakin menelannya, makhluk itu memukul didinding transparan yang mengurungnya.

"Lepaskan aku!!!"

Ia berteriak keras dan mengamuk mencoba kabur. Semuanya menjadi sia sia saat dia melihat kelereng merah kembar yang bersembunyi dalam bayangan.

"....Tidak... Tidak...." Suaranya bergetar.

Dengan marah ia memaki dan maju menyerang sosok yang kini berjalan mendekat kearahnya dengan anggun.

Di setiap langkahnya, kain kain pakaiannya berayun cantik di udara, setiap langkah, jalanan yang tersentuh kakinya menumbuhkan bunga merah.

Sosok itu menunjukkan smirk nya.

Meski takut, makhluk itu tetap kekeh untuk menyerangnya. Dia tidak menghindar, hanya dengan tangannya yang melayang di udara, sebuah dinding merah transparan muncul di depannya dan melindunginya dari serangan.

Mata makhluk itu bergetar ngeri karena serangan yang gagal. Meski begitu, ia masih terus menyerang dengan cakar hitam nya.

Darah menetes ke atas bunga merah.

Breath, The Judge!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang