1

241 43 2
                                    

Jangan kaitkan segala sesuatu yang tercantum pada cerita ini dengan realita dari pro-player karena cerita ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan kehidupan asli mereka.

Happy reading ─ell

.
.

Berandalan, itulah kata yang muncul dipikiran orang-orang jika mereka melihat sosok tinggi dengan paras rupawan yang kini tengah berjalan angkuh di koridor bersama teman-temannya.

Tidak ada yang berani mengusiknya, bahkan guru sekalipun. Bisa dibilang hal itu adalah salah satu keuntungan menjadi anak dari donatur sekolah elite ini.

Ayah Skylar sudah banyak membantu sekolah dengan rekeningnya, itulah alasan guru-guru tidak berani menegur Skylar jika dia terlibat masalah dengan siswa lain. Selain itu, Skylar juga sangat berpotensi dibidang non-akademik dan sudah banyak meraih penghargaan dengan keahliannya itu.

Tak sedikit juga yang selalu mencuri-curi pandang ke arah Skylar, dia tergolong sangat populer dikalangan siswa-siswi. Namun Skylar selalu menanggapi mereka dengan acuh, menurutnya cinta hanyalah penghalang tuk kebebasan yang bisa ia raih dengan mudah sekarang.

Skylar tiba di rooftop, tempat dimana teman-temannya biasa berkumpul. Ia mengeluarkan vape miliknya dan menghirupnya, anggur akan selalu menjadi variant yang ia incar jika membeli liquid, nikotin yang selalu membuatnya candu benar-benar memabukkan.

Bahunya terasa ditepuk, ia menoleh dan mendapati sahabatnya yang kini menatap dengan senyuman lebar.

"Sendirian aja, gak ngajak yang lain buat sebat juga kau?"

Skylar menanggapi Dyren dengan menggeleng pelan, "Arthur ga suka asep kaya gini, Rinz lu tau sendiri bucinnya kayak apa, dia mana mau diajakin sebat." ia kembali menghirup vapenya dan menghembus pelan.

Setelah menyudahi sesi 'menghirup nikotin' itu, Skylar dan Dyren memutuskan untuk pergi ke kantin karena perut mereka yang mulai berbunyi. Di tengah perjalanan menuju kantin, Skylar tak sengaja ditabrak oleh seseorang, awalnya Skylar ingin memarahinya, tetapi ia mengurung niat itu saat mengetahui wajah orang itu yang menurutnya sedikit lucu.

"Maaf, gw ga sengaja"

Skylar terpaku dengan wajahnya, ia tampak berbeda dengan yang lain. Ia merasakan suatu gejolak aneh didadanya,

"Gapapa, lagipula gw ga luka juga, btw siapa nama lu?"

Insan itu mengerinyitkan alisnya dan menatap lawan bicaranya dengan bingung, "Aeron XI E, lu Skylar anak XI A kan?"

Skylar mengangguk sekilas dan menyulurkan tangannya untuk berjabat tangan, Aeron menanggapi dengan menjabat tangannya dengan senyuman tipis.

Senyuman yang terasa manis nan bersahabat itu membuat hati Skylar menghangat, aroma colagen segar dari Aeron membuatnya terasa nyaman, sampai tak menyadari telinganya yang agak memerah.

Dyren yang menyadari perubahan tingkah sahabatnya segera memberi tahu Skylar jika telinganya memerah secara bisik-bisik.

Aeron melepaskan jabatan tangan mereka dan melambaikan tangan ke Skylar, memberitahukan jika ia harus melakukan sesuatu, meninggalkan Dyren yang kini menatap jahil ke arah pemuda berparas jangkung itu.

"Merah-merah apaan tadi lek?"

"Ren.. diem"

"Naksir kau ya sama dia─ aduh!" Kepala Dyren di pukul pelan oleh Skylar untuk menghentikan ucapannya, ia tak mau tersebar rumor aneh tentangnya.

"Cepetan napa ke kantinnya, nanti kalau ayam geprek Mpok Idah abis gimana?"

Dyren dan Skylar sampai di kantin tak lama setelahnya, Skylar tanpa pikir panjang langsung mengantri ke stand ayam geprek kesukaannya sedangkan Dyren pergi mencari tempat yang ia yakini teman-temannya sedang makan sedari tadi.

"Ren, sini!" Ucap salah satu siswa yang melambaikan tangan ke arahnya, Idok.

Dyren menghampiri mereka, baru saja ia sampai disana kurang dari 5 detik, wajahnya sudah masam. Pasalnya pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah Rinz yang sedang menyuapi Sutsujin es krim, Sutsujin sendiri sedang membaca buku yang membuat dirinya terlalu fokus.

"Pacaran mulu kau─ eh baru inget aku! pada mau denger info terbaru ga? mendidih ini topiknya"

"Apaan tuh?" Sahut Rinz ditanggapi seringai lebar oleh Dyren, ia mengisyaratkan mereka untuk mendekat. Sutsujin yang semulanya fokus dengan bukunya kini ikut tertarik dengan gosip yang 'panas' dari Dyren.

"Jadi tadi kan aku mau ke kantin bareng Skylar, dia tabrakan sama cowok tuh, abis itu gada angin gada hujan dia tiba-tiba nanyain nama tu cowok jir, mana sambil blushing pula"

"Tapi kau tau namanya Ren?"

Dyren dengan semangat mengangguk, "Aeron, anak XI E dia, sekelas sama kau Thur."

Idok dan Rinz menoleh kearah Sutsujin dan memintanya untuk memberitahu rupa dari 'Aeron' yang dimaksud oleh Dyren.

"Liat aja jarum jam 9 dari gw, dia lagi makan juga disini."

Ketiga insan itu menoleh kearah yang dimaksud Sutsujin, memperlihatkan Aeron yang kini sedang makan bersama perempuan yang dikenali Idok sebagai adik kelas mereka.

"Aduh kasian betul Bang ler, baru juga fall in love udah nice try aja, miris betul" Ujar Rinz sambil memakan es krim yang ia genggam sedari tadi.

Idok mengangkat salah satu alisnya, "Emangnya udah try?"

Sutsujin berpikir sejenak, menatap kedua insan di seberangnya itu dengan cermat.

"Eh tapi seinget gw dia itu─"

.
.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love is.. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang