05.

2.6K 253 11
                                        

Hasil seleksi anggota baru di tim baseball akhirnya diumumkan pada sore yang cerah setelah pulang sekolah. 

Angin berhembus lembut, membawa harum rerumputan lapangan yang masih basah setelah hujan semalam.

Kerumunan siswa berkumpul di papan pengumuman yang tertempel di dinding ruang olahraga. Suara gemuruh obrolan dan tawa bercampur dengan detak jantung Winter yang berdegup kencang.

Di bawah identitasnya sebagai 'Minjeong', ia berdiri di antara siswa-siswa lain, menahan napas saat pandangannya menyusuri daftar nama yang tertulis rapi dengan huruf tebal.

Mata Winter menelusuri baris demi baris, hatinya semakin mencelos dengan setiap nama yang dilewatinya. Namun, di bagian tengah daftar itu, pandangannya terhenti pada satu nama : Minjeong Astawijaya.

Detik itu juga, jantungnya seperti berhenti, lalu meledak dalam gelombang kegembiraan yang tak tertahankan.

"Gue lolos!!" serunya setengah tertahan antara ketidakpercayaan dan sukacita.

Tak jauh darinya, Sunwoo dan Ningning berdiri menunggu dengan cemas. Ketika melihat ekspresi wajah Winter yang tiba-tiba berubah cerah, Ningning melonjak kegirangan.

"Serius? Lo lolos, Jeong?" teriak Ningning sambil melompat ke arah Winter, memeluknya dengan hangat.

Sunwoo tersenyum lebar, matanya menyiratkan rasa bangga yang tulus. Merangkul bahu Winter dengan bangga.

"Udah gue duga. Lo emang berbakat." ujar Sunwoo.

Mereka bertiga segera meninggalkan kerumunan yang masih sibuk mencari nama masing-masing dan berlari menuju taman belakang sekolah, tempat mereka biasa berkumpul. Di bawah pohon besar yang rimbun, mereka duduk dengan napas yang masih tersengal-sengal.

Mata Winter berbinar, tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Tangan Ningning menggenggam erat tangan Winter, sementara Sunwoo duduk bersandar dengan lengan dilipat di dada, senyum kecil masih terukir di wajahnya.

"Kita harus ngerayain ini!" Ningning berseru dengan mata berbinar. "Gue tau tempat kafe baru di dekat sekolah yang katanya punya es krim paling enak!"

Winter mengangguk cepat, masih terbuai dalam euforia. 

"Itu ide bagus, Ning. Kita pantes rayain setelah semua usaha ini."

Mereka bertiga pun berjalan menuju kafe yang dimaksud, masih dengan tawa dan gurauan yang mengisi perjalanan.

Winter sesekali mencubit lengannya sendiri, memastikan ini bukan mimpi. Perasaan lega dan bangga menyelimuti hatinya.

Ia ingat bagaimana selama ini menyembunyikan jati dirinya, ketegangan saat mengikuti seleksi di bawah tatapan tajam pelatih dan kapten tim, dan rasa takut jika kedoknya terbongkar. Namun, di tengah kebahagiaan itu, semua kekhawatiran seolah-olah lenyap.

Di kafe yang dipenuhi aroma manis cokelat dan vanila, mereka bertiga duduk di meja dekat jendela besar.

Sinar matahari sore mengintip malu-malu, menambah hangat suasana. Ningning sibuk memotret es krimnya, sementara Sunwoo mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan, menatap Winter dengan pandangan penuh rasa ingin tahu.

"Lo serius sama baseball, ya?" tanyanya setengah bercanda tetapi penuh rasa hormat.

Winter tertawa kecil. "Lebih dari yang bisa kalian bayangin." jawabnya sambil menatap kedua sahabatnya.

Dari momen itu, Winter merasa tidak hanya mendapatkan tempat di tim baseball, tetapi juga menemukan dukungan dan persahabatan yang berarti.

Di kejauhan, suara riuh dari jalanan kota terdengar, namun di dalam kafe itu, mereka bertiga hanya tenggelam dalam obrolan dan tawa.

She Not Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang