9. Masalah

6.2K 505 11
                                    

Dering ponsel yang berada di atas nakas membuat tidur nyenyak Jordan terganggu. Perlahan dirinya mengangkat telepon tanpa melihat siapa yang menghubunginya, ia hanya tidak ingin dering ini menganggu tidur nyenyak putranya pula.

"Halo?" Suara serak khas seseorang yang baru bangun terdengar, pria itu memilih untuk bangkit sambil melirik pada jam dinding yang terpajang apik di kamar.

Baru pukul empat pagi, harusnya Jordan bisa tidur selama satu jam lagi, tapi, seseorang di sebrang sana tampaknya benar-benar tidak bisa menunggu matahari terbit dulu.

[Nanti nggak usah datang ke kantor, datang ke rumah. Ada yang perlu kita bahas lagi.]

Mata Jordan seketika terbuka sepenuhnya saat suara Gerald yang terdengar. Pria itu menatap layar ponsel yang menampilkan nama sang ayah sebelum kembali menempelkan benda persegi itu di telinga.

"Kenapa?"

[Jangan banyak tanya, ah! Nggak usah ajak Lava---]

"Loh, nggak bisa gitu, dong!" potong Jordan yang langsung merasa tak terima, bagaimana bisa ia meninggalkan putranya sedangkan Jordan pergi ke rumah orang tuanya.

Suara decakan sebal terdengar dari seberang sana, [Ini untuk kebaikan dia, kita perlu datang ke rumah Rahayu. Kamu mau Lava seperti waktu itu?]

Jordan terdiam, bayangan saat Lava menangis ketakutan saat bertemu Rahayu waktu itu kembali terlintas, membuat Jordan dengan refleks menggelengkan kepalanya.

"Tapi, kenapa harus ke rumah dia?" tanya Jordan yang masih tak paham arah pembicaraan sang ayah, "Tante Rahayu buat ulah lagi?"

[Bukan, ini tentang berkas-berkas yang kamu minta kemarin. Ada yang keliru, jadi, besok datang ke rumah, titipin Lava sama tetangga kamu atau ... antar dia ke rumah gadis yang kemarin.]

Anyelir, pasti yang ayahnya maksudkan adalah gadis itu. Saat panggilan terputus, Jordan menatap kearah Lava yang masih tertidur lelap. Dirinya belum mengerti sepenuhnya, namun, Gerald bilang ada sebuah kekeliruan, itu pasti menyangkut tentang putranya.

Jordan melangkah kembali mendekati ranjang, jemarinya meletakan ponsel di atas nakas sebelum beralih untuk menaikkan selimut Lava yang sedikit turun.

Pria bermata sipit itu tersenyum lembut kemudian memilih untuk turun, sudah tidak minat lagi untuk melanjutkan tidur dengan pikiran yang mengawang kemana-mana.

Jordan memilih untuk mandi terlebih dahulu sebelum mulai memasak sarapan. Akhir-akhir ini sarapan mereka sudah mulai bermacam-macam dengan segala tutorial membuat makanan yang ia ikuti dari media sosial.

Mungkin nanti dirinya bisa membuatkan Lava berbagai macam jenis makanan untuk menjadi bekal sekolah. Memikirkan itu membuat Jordan terkekeh pelan dengan wajah sedikit memerah.

Tanpa di sadari waktu mulai bergerak cepat, matahari pun perlahan mulai menampakkan sinarnya. Sarapan buatan Jordan sudah tersaji apik sejak satu jam yang lalu, sedangkan sang koki sudah duduk manis di kursi meja makan sambil memainkan ponselnya. Jordan sendiri sama sekali belum menyentuh sandwich yang menjadi menu mereka hari ini karena menunggu putranya terbangun.

Sekitar sepuluh menit berlalu, suara langkah kaki kecil terdengar, membuat Jordan sesegera mungkin meletakan ponselnya di atas meja. Menyambut sang anak dengan sapaan hangat seperti biasanya.

"Papa belum siap-siap?" tanya Lava saat melihat sang ayah yang masih memakai pakaian rumahan.

Jordan menggeleng pelan, meraih tubuh kecil Lava untuk duduk di sebelahnya, "Papa ada urusan nanti, jadi enggak kerja dulu. Kita sarapan sekarang?"

BAD PAPA 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang